Azura Eliyena, seorang anak tiri terbuang. Ibu dan Ayahnya bercerai saat usia Azura masih tiga tahun. Bukan karena ekonomi, melainkan karena Ibunya tak sudi lagi bersama Ayahnya yang lumpuh. Ibunya tega meninggalkan mereka demi pria lain, hidup mewah di keluarga suami barunya. Menginjak remaja, Azura nekat kabur dari rumah untuk menemui Ibunya. Berharap Ibunya telah berubah, namun dirinya justru tak dianggap anak lagi. Azura dibuang oleh keluarga Ayah tirinya, kehadirannya tak diterima dan tak dihargai. Marah dan kecewa pada Ibunya, Azura kembali ke rumah Ayahnya. Akan tetapi, semua sudah terlambat, ia tak melihat Ayah dan saudaranya lagi. Azura sadar kini hidupnya telah jatuh ke dalam kehancuran. Setelah ia beranjak dewasa, Azura menjadi wanita cantik, baik, kuat, tangguh, dan mandiri. Hidup sendirian tak membuatnya putus asa. Ia memulai dari awal lagi tuk membalas dendam pada keluarga baru Ibunya, hingga takdir mempertemukannya dengan sepasang anak kembar yang kehilangan Ibunya. Tak disangka, anak kembar itu malah melamarnya menjadi Istri kedua Ayah mereka yang Duda, yang merupakan menantu Ayah tirinya.
“Bibi Mackel… mau nda jadi Mama baluna Jilo? Papa Jilo olangna tajil melintil lhoo… Beli helikoptel aja nda pake utang…” ~ Azelio Sayersz Raymond.
“Nama saya Azura, bukan Bibi Masker. Tapi Ayah kalian orangnya seperti apa?” ~ Azura Eliyena.
“Papa ganteng, pintel masak, pintel pukul olang jahat.” ~ Azelia Sayersz Raymond.
“Nama kalian siapa?”
“Ajila Ajilo Sales Lemon, Bibi Mackel.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35. ANAK TIRI TERBUANG MENJADI ISTRI TANGGUH DUDA KILLER | MAMA JANGAN PELGI
Azelio mendorong pintu kamar mandi dengan ekspresi yang cemberut. Ia tampak belum mandi karena Azelia yang tidak mau memberinya tempat. Dengan piyama tidur yang masih melekat di tubuhnya, ia melangkah pelan mendekati sisi ranjang.
"Papa, bangun! Bangun!" Ia mengguncang lengan Joeson berulang kali, namun ayahnya tetap tak bergeming, seolah sulit sekali untuk membuka mata.
"Jilo…" bisik Azura.
"Mama Jula sudah bangun?" Azlio terkejut melihat ibunya yang didekap.
"I-iya, Jilo bisa bantu Mama lepasin tangan Papamu?" pinta Azura merasa sesak nafas. Tak tahan dengan bau badan Joeson yang kuat. Azlio pun melihat tangan kekar Joeson melingkar di pinggang Ibunya.
"Baik, Mama," bisik Azlio kemudian membantu Azura melepaskan pelukan Joeson. Azura pun bernapas lega sambil mengelus dada. Setelah itu, ia buru-buru turun dari tempat tidur sebelum pria itu menariknya lagi.
"Dia tidur atau pingsan, sih? Tapi kalau pingsan, tidak mungkin tangannya bergerak sendiri, kan?" gumam Azura kemudian menatap Azlio yang tampak gelisah.
"Jilo belum mandi?"
Azlio menggeleng.
"Kenapa?" tanya Azura sambil berjongkok di hadapannya.
"Jila nda mau bagi sampo, Mama," jawab Azlio sambil menunjuk pintu kamar mandi.
"Biasanya kalian mandi sendiri atau dibantu Papa?" tanya Azura. Ia melirik Joeson yang mulai menggeliat pelan di kasur.
"Sama Papa, tapi Papa kaya na nda bisa bangun," jawab Azlio menunjuk Ayahnya yang tidur memeluk guling.
"Kalau begitu, Jilo mau mandi bareng Mama?" ajak Azura sambil tersenyum kecil. Wajah Azlio langsung berseri-seri dan mengangguk antusias.
Azura mengusap kepala Azlio lalu menariknya masuk ke kamar mandi. Di dalam, Azelia tampak terkejut membuat Azura menggelengkan kepala melihat gadis mungil itu yang bukannya mandi malah asyik bermain gelembung.
Azelia cekikikan lalu memberi tempat untuk mereka. Tawa riang si kembar terdengar memenuhi kamar mandi. Mereka sangat gembira karena ini adalah kali pertama mereka mandi bersama Azura.
Di tengah kebahagiaan itu, Azura terkejut mendengar celetukan Azelia.
"Mama… sayang nda sama Papa Jila?"
"Ah itu…" Azura tampak kesulitan menjawabnya.
"Mama nda sayang ya sama Papa? Kasihan, lho, Papa dali dulu nda ada yang sayang," ucap si kembar dengan nada sedih.
"Tapi, Jilo sama Jila sayang, kan, sama Papanya?" tanya Azura sambil mengeringkan badan mereka dengan handuk bergantian.
"Sayang, tapi nda cukup, Mama."
"Kenapa begitu?" tanya Azura penasaran.
"Habisnya, Papa suka sedih kalau sendilian. Papa Jila nda punya teman di lumah ini. Jila sama Kakak Jilo nda tega lihat Papa sedih," jawab si kembar murung. Mereka meraih kedua tangan Azura.
"Mama Jula… nanti kalau Papa sudah menang lawan Kakek jahat, Mama Jula jangan pelgi, ya… Mama Jula halus telus di sini yah," pinta si kembar dengan mata berkaca-kaca sambil memeluk Azura.
Azura terdiam, berpikir, 'Maunya sih begitu… tapi… bagaimana ya… Ayah kalian tidak menyukaiku.'
Azura menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum.
"Baik, Mama tidak akan pergi," ucap Azura. Seketika, senyum cerah kembali menghiasi wajah kedua anak itu.
"Janji ya, Mama?" Mereka mengacungkan jari kelingking.
Azura tampak ragu, tapi ia akhirnya menautkan jari kelingkingnya ke jari mungil mereka.
"Hmm, Mama janji.”
Di depan pintu kamar mandi, Joeson yang baru bangun hendak mengetuk. Namun, ia mengurungkan niatnya setelah mendengar percakapan si kembar dengan Azura. Joeson berbalik badan sambil memegangi dadanya yang mendadak terasa sesak. Ia lalu menatap cincin pernikahannya dengan Aina yang masih melingkar di jarinya.
Tanpa berkata apa-apa, Joeson keluar dari kamar. Lalu, Azura dan si kembar lantas terkejut melihat Joeson sudah tidak ada di tempat tidur.
Karena hari ini hari Minggu, si kembar mulai senam pagi bersama Azura di halaman depan. Sementara itu, Ayah mereka hanya memperhatikan si kembar dari balkon.
Namun, tatapannya lebih terfokus pada Azura yang menari-nari dengan tingkah lucunya di depan si kembar yang bernyanyi riang. Tanpa sadar, ia tersenyum tetapi Joeson segera mengatup mulutnya.
Melihat ayahnya hanya mengamati dari jauh, si kembar pun berteriak memanggil Joeson.
"Papa, sini tulun bial sehat!"
Karena terus-menerus diteriaki si kembar, Joeson akhirnya menyerah. Ia turun menghampiri mereka di halaman. Azelio dan Azelia langsung menarik tangan ayahnya, mengajaknya ikut senam. Tiba-tiba, suasana menjadi canggung. Joeson dan Azura berdiri bersebelahan. Seragam olahraga ketat yang dikenakan Azura tampak membuat Joeson salah tingkah dan tenggorokannya terasa kering. Jakunnya naik-turun tak terkendali.
Saat mereka asyik mengikuti gerakan senam yang dipimpin Azura, mendadak Azura tersandung kakinya sendiri. Ia kehilangan keseimbangan dan jatuh, menindih tubuh Joeson yang kaget. Mereka terdiam, saling menatap, dengan posisi yang sangat intim. Wajah Azura perlahan memerah, sementara Joeson menahan napas.
Bibir mereka nyaris saja bersentuhan.
Azura dan Joeson segera berdiri tegak. Wanita itu buru-buru merapikan bajunya, sementara Joeson berdehem salah tingkah.
"Ma-maaf, aku tidak sengaja," kata Azura cepat sambil memalingkan wajahnya yang masih merona. Tiba-tiba tangan kirinya diraih oleh Joeson membuat jantung wanita itu berdebar-debar tak menentu.
“Dia mau ngapain?” gumam Azura gugup dan takut tangannya dipelintir.
“Tanganmu terluka, harus diobati sebelum infeksi,” kata Joeson menyentuh luka goresan tipis di tangan istrinya dengan lembut, membuat si kembar melongo melihat Ayah mereka tiba-tiba perhatian. Azura juga kaget bukan main.
‘Ada apa dengannya?’
‘Apa dia mulai jatuh cinta padaku?’
Azura membatin tak percaya pria jutek itu kini tengah mengoleskan obat ke tangannya. Sementara si kembar tersenyum-senyum sendiri di samping Azura melihat Ayah mereka membalutkan perban ke luka Ibunya.
Azura menunduk, ia harusnya senang tapi entah mengapa perasaannya cemas dan gelisah.
____________
Like, komen, subscribe, vote 🌹
apakah msh bisa marah sama kang joeson
nyari mampus nama ny.
gak jera2 nech si Rmes. udah pernah hampir mm ati di tngan Zander.
sekarang benaran mati di tangan Joeson, 😁😁😁
kutu di skak cewek tomboy Azurra 😀😀😀
up lagi donk
tapi sayang ny yg satu mulai jatuh cinta, yg satu lagi terobsesi. hingga gak peduli kalau yg xewek udah menikah
ori setimal drngan petbuatan ny di mada lalu. dan itu lah karma ny. nebedatin anak hatimau atau buaya, udah besat di terkam ny. dan akhor ny minta tolong ss mm a ansk srndiri