Cinta itu manis, sampai kenyataan datang mengetuk.
Bagi Baek Yuan, Reinan adalah rumah. Bagi Kim Reinan, Yuan adalah alasan untuk tetap kuat. Tapi dunia tak pernah memberi mereka jalan lurus. Dari senyuman manis hingga air mata yang tertahan, keduanya terjebak dalam kisah yang tak pernah mereka rencanakan.
Apakah cinta cukup kuat untuk melawan semua takdir yang berusaha memisahkan mereka? Atau justru mereka harus belajar melepaskan?
Jika bertahan, apakah sepadan dengan luka yang harus mereka tanggung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
...Eternal Love...
...•...
...•...
...•...
...•...
...•...
...🌻Happy Reading🌻...
Sementara itu Reinan berada di lobi hotel dengan wajah cemas dan khawatir karena tidak menemukan Haru di sekitar. Ia meminta bantuan staff hotel apa ada yang melihat nya atau tidak.
Selang beberapa menit terdengar suara teriakan dari arah pintu masuk.
"Mamaaaa!" teriak Haru menghampiri ibunya.
Reinan berjongkok, meraih bahu kecil Haru dengan kedua tangannya, suaranya bergetar penuh cemas.
“Astaga, Haru… mama hampir gila mencarimu. Mama bilang jangan pergi sendirian, kan? Bagaimana kalau ada orang jahat yang melukaimu?”
Haru menunduk, bibirnya manyun. “Maaf, Ma… aku cuma jalan sebentar. Lagian aku ketemu om baik kok. Om itu bilang aku nggak boleh main sendirian juga.”
Reinan menahan napasnya, jantungnya berdetak lebih cepat. “Om…? Om siapa, Haru?”
Haru mengangkat bahu, polos. “Aku lupa tanya namanya. Tapi matanya… mirip mama kalau lagi sedih. Dia kelihatan kesepian. Jadi aku temenin sebentar.”
Mata Reinan langsung berkaca-kaca, tubuhnya sedikit goyah. Ada perasaan tak nyaman yang menghantam dadanya. Sosok siapa yang Haru temui? Kenapa kalimat anaknya itu seperti mengguncang rahasia yang selama ini ia kubur rapat-rapat?
Dengan suara gemetar ia hanya bisa memeluk Haru erat-erat. “Jangan pernah lagi bicara dengan orang asing tanpa mama, ya? Mama mohon…”
Haru mengangguk patuh, meski wajahnya masih polos.
Sementara itu, di taman belakang resort, Yuan masih duduk di bangku kayu, menatap kosong ke arah laut. Kalimat terakhir bocah itu terus bergaung di kepalanya.
...****************...
Begitu pintu Presidential Suite terbuka, Haru langsung berlari kecil.
“Samcheon!!” serunya riang, melompat ke pelukan pria yang sejak tadi menunggu dengan sabar di ruang tamu.
Pria itu tersenyum tipis, membalas dengan menggendong Haru tinggi-tinggi seolah semua kecemasan barusan lenyap begitu saja.
“Dari mana kalian, hm? Apa kalian bermain tanpa samcheon?” tanyanya, nadanya lembut tapi ada sedikit teguran tersembunyi.
Haru terkikik kecil, tangannya melingkar di leher pria itu. “Aku cuma jalan sebentar, Samcheon. Tapi mama marah… aku ketemu om baik, tapi mama bilang nggak boleh ngomong sama orang asing.”
Pria itu menoleh ke Reinan yang berdiri tak jauh, wajahnya masih tegang. Ia bisa membaca jelas kekhawatiran yang belum reda dari sorot mata wanita itu.
“Kamu benar-benar harus menjaganya lebih ketat, Reinan,” ucapnya pelan, kali ini tatapannya penuh arti.
Reinan menghela napas panjang, suaranya bergetar.
“Aku tahu… hampir saja aku kehilangan dia tadi.”
Pria itu mendekat, menepuk bahunya lembut sembari masih menggendong Haru.
“Tenang. Selama aku di sini, kalian berdua aman”
Acara resmi akhirnya dimulai. Aula utama Haerang Resort dipenuhi pengusaha besar dari berbagai negara, suara musik lembut berpadu dengan denting gelas kristal. Yuan berdiri dengan wajah datar, seolah tidak terganggu oleh keramaian, sampai matanya berhenti pada satu sosok di seberang ruangan.
Pria itu berdiri tegak dengan jas hitam rapi, senyumnya tenang saat berbincang dengan perwakilan Jepang. Wajah yang sejak enam tahun lalu tak pernah hilang dari ingatan Yuan.
Xu Kai (Kevin Xu) bukan orang sembarangan. Ia adalah pewaris Xuanyi Group—konglomerat raksasa dari Tiongkok yang kerap bersaing sekaligus berkolaborasi dengan Baekho Group di pasar internasional. Sosoknya elegan, penuh wibawa, dan selalu terlihat tenang. Tapi di balik itu, nama Xu Kai sudah lama menghantui benak Yuan.
Enam tahun lalu, Yuan menerima amplop berisi foto-foto Reinan yang berada dalam pelukan pria itu—Xu Kai. Sejak hari itu, Yuan menyimpan bara. Ia tak pernah bisa melupakan wajah dalam foto itu, wajah pria yang kini nyata berdiri di hadapannya.
Yuan sudah lama menunggu kesempatan ini. Bukan hanya sebagai pengusaha yang ingin mengetahui lawan tandingnya, tapi sebagai pria yang ingin tahu… apakah Xu Kai masih ada hubungan dengan Reinan? Apakah pria inilah alasan Reinan meninggalkannya tanpa sepatah kata pun?
Jantung Yuan berdegup lebih kencang.
Akhirnya… kesempatan ini datang.
Ia merapikan jasnya, lalu melangkah perlahan melewati kerumunan. Taesung sempat melirik heran melihat arah langkah bosnya. Begitu jarak mereka tinggal beberapa langkah, Yuan membuka percakapan dengan nada tenang, meski matanya menusuk penuh perhitungan.
“Tuan Xu Kai, bukan? Perwakilan Xuanyi Group dari Tiongkok.”
Senyum kecil terukir di bibir Yuan. “Saya Baek Yuan, Baekho Group. Sudah lama saya ingin berkenalan langsung dengan Anda.
Xu Kai menoleh, menyambut uluran tangan Yuan dengan tatapan teduh namun sulit dibaca. “Kebetulan. Saya juga sudah sering mendengar nama Anda, Tuan Baek. Dunia bisnis memang sempit, ya.”
Tangan mereka berjabat erat. Dari luar terlihat sopan—tapi di balik genggaman itu, Yuan menahan banyak sekali pertanyaan, kecurigaan, dan amarah yang sudah ia simpan selama enam tahun.
Percakapan mereka berlanjut dengan sopan. Xu Kai melirik sekeliling aula, matanya singgah pada jendela besar yang menampilkan laut Jeju berkilau diterpa cahaya lampu malam.
“Resort ini sungguh indah,” ucap Xu Kai, nada suaranya tenang, seakan tulus. “Pemandangan lautnya menenangkan. Tidak heran kalau banyak tamu betah tinggal di sini. Bahkan keluarga saya pun menyukainya.”
Yuan yang semula berusaha menjaga ekspresi dingin, merasakan hatinya mencelos seketika. Kata itu—keluarga.
Alisnya sedikit berkerut, meski suaranya tetap terdengar terkendali.
“Keluarga?” ia mengulang pelan, matanya menatap lurus ke arah Xu Kai. “Maksud anda bersama istri?”
Xu Kai tidak langsung menjawab. Senyum samar masih bertahan di bibirnya, seolah-olah ia sengaja membuat jeda untuk membiarkan kata-kata Yuan menggantung di udara.
Suasana di antara mereka mendadak menegang, padahal di sekitar masih terdengar tawa ringan dan gelas yang beradu.
Xu Kai menoleh sebentar pada Yuan, seakan mempertimbangkan sesuatu. Senyumnya tidak hilang, tapi matanya menyimpan sesuatu yang sulit ditebak.
“Ah… sepertinya saya terlalu banyak bicara,” ucapnya ringan sambil meneguk minumannya. “Yang jelas, keluarga saya menikmati waktunya di sini. Itu sudah cukup membuat saya puas.”
Ia tidak menyinggung nama siapa pun, tidak menyebut istri atau anak, tidak juga menyangkal atau mengiyakan pertanyaan Yuan.
Sementara Yuan menatapnya lekat, rahangnya menegang. Kata keluarga masih terngiang-ngiang, mencabik pikirannya. Apakah benar yang dimaksud Xu Kai adalah Reinan? Atau hanya istrinya yang lain?
Ambiguitas itu membuat dada Yuan makin sesak.
Yuan menegakkan tubuhnya, mencoba menjaga wibawa seorang tuan rumah meski di dalam dadanya api sudah membara.
Ia mengulas senyum tipis, padahal pikirannya penuh tanya.
“Senang mendengarnya, Tuan Xu,” ucapnya pelan, menahan nada suara agar tidak terdengar tergesa. “Saya merasa terhormat jika resort kami menjadi pilihan terbaik bagi Keluarga anda untuk menikmati keindahan Jeju…"
Xu Kai hanya mengangguk kecil, matanya seperti mempelajari wajah Yuan. Sejenak, keheningan menggantung di antara mereka.
Lalu dengan santai ia menambahkan.
“Jeju memang… punya kenangan tersendiri bagi sebagian orang. Bukankah begitu, Pak Yuan?”
Identitas Xu Kai terungkap!
Apakah dia suami Reinan?
Nantikan kelanjutan cerita lainnya di Eternal Love!
Jangan lupa vote like dan komen ya karena itu berarti buat ceceee 😘
Have a great day all 😘✨
semangat berkarya terus ya Thor