Bekerja sebagai tim pengembangan di sekolah SMA swasta membuat Hawa Tanisha bertemu dengan musuh bebuyutannya saat SMA dulu. Yang lebih parah Bimantara Mahesa menjadi pemilik yayasan di sekolah tersebut, apalagi nomor Hawa diblokir Bima sejak SMA semakin memperkeruh hubungan keduanya, sering berdebat dan saling membalas omongan. Bagaimana kelanjutan kisah antara Bima dan Hawa, mungkinkah nomor yang terblokir dibuka karena urusan pekerjaan? ikuti kisah mereka dalam novel ini. Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NGENES
"Tumben gak bikin status," tanya Bima sembari cek ponselnya, melihat status WA Hawa yang masih sama seperti kemarin. Perkara blokir sudah berakhir, kerjaan Bima tambah satu pantengin status WA Hawa di hari ketiga gadis itu cuti. Bayangan Bima setelah blokir dibuka, ia bisa leluasa lihat status Hawa, nyatanya gadis itu malah tak membuat pembaharuan hari ini.
"Apa statusnya disembunyikan buat aku ya?" gusar Bima semakin overthinking pada Hawa. Rasanya kepala Bima mau pecah saja, bangun tidur cek HP, kerja dikit-dikit lihat HP, bahkan dia sekarang meluangkan waktu beberapa menit untuk cek HP yang hasilnya pun sama. Tak ada pembaharuan. Ia pun berinisiatif chat Hawa saja daripada semakin gusar.
Lagi apa, Wa?
Chat sudah dikirim dan centang abu dua, kembali menunggu dan tak dibalas. Bima kesal, jarinya pun kembali mengetik pesan untuk Hawa.
Tumben gak bikin status?
Masih belum dibalas juga, Bima sudah tak sabar ia pun mengabaikan ponselnya. Lama-lama stress juga menunggu yang tak pasti ini. Ia mengusap wajahnya kasar. Pengalaman pertama mengejar gadis, eh malah mengejar musuh bebuyutannya. Cerita cinta macam apa ini. Sial.
Setelah makan siang, ponsel Bima tak ada notif pesan masuk dari Hawa, bahkan cek status juga sama. Ia pun bertanya pada Amelia tentang kesibukan Hawa hari ini, dengan berdalih tugas dari Bima yang tak kunjung disubmit.
"Oh, tadi sempat chat si Pak, kalau hari ini dia full praktik lanjutan, jadi kayaknya gak sempat balas chat. Ada tugas yang bisa saya bantu saja, Pak?" tawar Amelia sesuai kesepakatannya kemarin yang akan menghandle pekerjaan Hawa.
"Oh, gak pa-pa. Biar dihandle Hawa saja, masih lama kok deadlinenya!" ucap Bima masuk ke ruangannya. Sedangkan Bu Dyah dan Amelia saling pandang. Sejak kapan Pak Bima plin plan. Bukannya tadi bilang ada tugas yang harus disubmit Hawa ya, kenapa sekarang deadline masih lama. Dasar atasan muda labil.
Wa kalau sudah longgar kasih kabar dong.
Wa masih sibuk
Wa seharian lo ke mana sih
Masa iya gak pegang ponsel sama sekali, ada kali wa web terpasang di laptop juga.
Lo lagi berduaan sama Rafka ya.
Memang enak sih dekat sama cowok yang satu frekuensi. Dulu voli sama Uki, cocok tapi kandas kan. Sekarang sama Rafka yang punya skill berbeda dan sedang lo pelajari, makin klop kan ya. Tapi kita satu kantor kok lo gak klop sama gue sih, Wa?
Lagi-lagi tak dibalas, bahkan sampai pulang kerja pun tak ada balasan. Bima kesal setengah mati, kayaknya Hawa sengaja menghindar deh. Ponsel Bima pun dilempar di kasur, frustasi pesannya tak kunjung dibalas. Giliran dia fokus pada laptop, ponsel Bima berdenting, notif pesan masuk beruntun. Auto laptop dialihkan segera. Senyum Bima tercetak jelas melihat di pop layar tertera pesan Hawa.
Duh cerewet amat sih Lo, Bim. Pacar enggak, kakak bukan, main nuntut berkabar saja. Harusnya lo sadar sih aturan kantor, dilarang chat pegawai di luar jam kerja. Nah gue cuti Bima saraaaapp.
"Kok dia balasnya begini?" gumam Bima dengan mengerutkan dahi, balasan Hawa tak sesuai ekspektasi Bima sama sekali. Sudah seharian menunggu, sekali balas malah dijutekin begini. Makin sebal saja Bima.
Eh Wa, gue cuma mau tau kabar lo doang. Sewot amat.
Gue pelatihan, Bim. Sama aja dengan sekolah, yakin lo lagi dengerin materi suruh chat lo buat kasih kabar. Dih situ siapa?
Lupa lo, gue atasan lo!
Gue cuti.
"Ck, masa' iya gue ngaku kala gue calon suami lo, pengen gue tonyor aja tuh jidat Hawa," gumam Bima kesal.
Oke, besok kamu udah gak cuti, dan libur kasih kabar ya. Siapa tahu gue berniat ajak lo kencan gitu. Long weekend loh.
OGAH!!!
"Dih, makin sewot. Emang benar kayaknya Hawa nih, tarik ulur ke cowok, biar diperhatikan terus. Kebiasaan seperti SMA dulu. Memang dia merasa kecakepan terus berlagak jutek begitu, mau dikejar gue gitu, dih gak lah."
Bima pun tak meneruskan chat, sikap Hawa sudah kebangetan, ia tak memaksa dan ngapain juga repot-repot ngejar anak orang. Bima pun akhirnya tidur saja. Dongkol sudah harinya. Niat hati ingin memperbaiki hubungan dengan Hawa, dimulai dari chat bertanya kabar kek, eh Hawa malah tak merespon dengan baik, pantang bagi Bima mengemis perhatian Hawa. Mau kasih kabar kek, gak kasih kabar kek, Bima gak peduli.
Katanya sih gak mau tau kabar Hawa, tapi nyatanya saat membuka mata, yang dicari pertama kali ponsel dan cek status Hawa. Matanya seketika melotot, saat status Hawa 7 jam yang lalu diupload menampilkan foto dia dan Rafka tersenyum bahagia, dan Hawa menunjukkan layar ponselnya, sedangkan Rafka memberi jempol. Ternyata benar kan dugaannya kalau Hawa lebih memilih dekat dengan Rafka daripada dia.
Bima pun tak mau melihat status Hawa lagi, bikin sakit hati. Baru juga merasakan naksir cewek, berniat menjalin hubungan serius eh malah potek seketika. Sebelum lebih dalam, Bima tak mau merasakan cinta bertepuk sebelah tangan.
"Kenapa?" tanya mama saat si bungsu turun dan bergabung di meja makan dengan wajah cemberut.
"Long weekend jomblo ya ngenes lah, Ma!" sahut papa berniat meledek.
"Salah sendiri gak mau cari pacar, wajah ganteng uang banyak kok gak dimanfaatkan," makin sadis saja mama mengomentari kejombloannya.
"Dih, mama. Harusnya mama bersyukur punya anak yang masih orisinil begini. Pacaran gak pernah, baik hati dan tidak sombong, daripada anak mama nanti suka main perempuan, celap- celup ke sana ke mari mencari alamat perempuan, hayo!"
"Gue gibeng lo ya," ancam mama sembari mengangkat centong nasi. Meski beliau bisnis woman, urusan sarapan dan makan malam beliau yang menghandle, cuma kalau terlalu sibuk ya ditinggal apalagi kalau ada undangan ke luar kota, auto Bima sejak kecil sendiri. Makanya Bima gak sebegitu suka dengan perempuan yang terlalu aktif, dia sedikit trauma karena sering ditinggal mama untuk berbisnis.
"Sudah, ato sarapan!" ujar papa melerai.
"Lagian di yayasan emang gak ada cewek single yang cocok untuk Bima ya Pa?" tanya mama masih meneruskan topik percintaan Bima.
"Ada, cuma Bima gak mau sama dia. Malah nomornya diblokir!"
Mendengar itu mama auto mendelik dengan si bungsu. "Lagak lo, Bim. Main blokir, dih sok kecakepan banget lo, Bim!"
"Lah Bima memang cakep!"
"Mama kalau ketemu cowok judes kayak kamu, auto blacklist sekalian ditabok. Dih," ujar mama tak tahu kalau sang putra sampai blokir cewek.
"Emang gimana penampilan ceweknya Pa sampai diblokir Bima?" tanya mama penasaran, mumpung papa juga pegang ponsel. Bima berdecak sebal.
Papa pun menunjukkan foto profile WA Hawa, "Busyet, cantik begini lo blokir Bimantara? Ya Allah, anak saya ya Allah, sombongnya ya Allah. Lo cari yang kayak gimana Bima? Cantik berjilbab begini, kelihatan pintar lagi. Mama setuju, Pa!"
"Setuju apaan, anak kamu yang menolak!"
"Emang benar-benar kamu ya," ucap mama dengan wajah sinis pada si bungsu.
"Ck, Bima yang ditolak kali," sahut Bima mengungkap fakta terbaru.
"Sukurin!" sahut papa dan mama kompak. Bima ngenes.
Dio said: readers, say what??
me: Sokorrrr/Curse/
Order 🍦 lagi gih, bisi Makin Hareudang/Chuckle/
perjuangan masih panjang,, semangaaat
atau roti buaya, jangan deng bisi ketuker ma yg bawa/Sneer/
Auto bawa sperangkat alat solat sekalian akhlak nyaa
awokwook /Curse/