Story Of Love

"Permisi, kak." ucap gadis cantik itu saat dia hendak lewat, namun ada laki-laki yang menghadangnya.

Jay tidak bergeser. Dia masih berdiri di tempatnya sambil terus memperhatikan gadis cantik yang memiliki kulit seputih salju itu. Entah mengapa Jay masih sangat penasaran dengan Salsa, gadis cantik yang memiliki sifat di luar nalar menurutnya.

"Kak?"

"Lo Salsa kan? Cewek yang kemaren joget di hajatan kampung sebelah?"

Deg!

Salsa terkejut ketika mendengar apa yang dikatakan laki-laki itu. Bagaimana bisa kakak kelasnya ini mengetahui bahwa dia tempat berjoget di hajatan anak salah satu pembantu rumah tangga mereka. Sungguh, dia benar-benar tidak percaya bahwa aksinya itu diketahui oleh orang luar. Apalagi ini kakak kelasnya sendiri.

"Kalau loh diam berarti iya!" ucap Jay yang membuat Salsa melotot mendengarnya.

"Gak nyangka gue, cewek segemes Lo, ternyata biduan sound horeg." lanjut Jay yang membuat Salsa benar-benar sangat malu.

"Eh, Lo mau kemana cil? Lain kali ajak-ajak ya!" seru Jay ketika Salsa sudah pergi.

Ternyata menggoda gadis cantik itu asyik juga. Sementara Salsa benar-benar merasa sangat malu ketika aksinya kemaren di ketahui orang lain.

"Anjir, malu bangat gue sumpah." gerutunya setelah Jay mengetahui aksinya kemaren.

"Mana gue jogetnya sampai begitu, lagi." Salsa bersungut-sungut menyadari keteledoran dirinya. Bahkan dia seperti lupa diri ketika berada di panggung bersama anak pembantu rumahnya dan para tetangga disana.

Saat Salsa sedang kesal, tiba-tiba saja ponselnya berdering dan itu panggilan masuk dari mamanya. Entah ada angin apa wanita itu menghubunginya siang-siang begini.

"Halo," sapa Salsa dengan suara malas.

"Kamu dimana, sayang? Sibuk gak?" tanya Tata pada putri bungsunya.

"Kok tumben telpon? Emang ada apa, ma? Ada wartawan lagi? atau-"

"Kenapa kamu ngomong gitu, sayang? Mama cuma pengen ngajak kamu makan siang aja, kok." potong Tata yang membuat Salsa tersenyum kecut untuk itu.

"Sekalian ada yang mau mama omongin sama kamu." lanjut Tata.

Semakin kesini, Salsa semakin yakin jika ada hal yang harus dia kerjakan untuk membantu mamanya di dunia yang membosankan itu. Menurutnya dunia entertainment itu dunia yang di penuhi oleh kebohongan.

"Kabarin aja jam berapa dan apa yang harus Salsa pakai." ujar Salsa dingin.

Hal itu membuat Tata terdiam sejenak, sebelum dia kembali bicara dengan putrinya.

"Oke, nanti mama kabarin ya sayang. Kamu jangan-"

Tut...tut...Tut...

Panggilan telepon mereka terputus dan itu membuat Tata menatap nanar pada ponselnya. Apa dia kembali memaksakan kehendaknya terhadap sang putri?

Tapi bagaimana lagi, ini salah satu tuntutan dari pekerjaannya yang mengharuskan dirinya mengikutsertakan Kehidupan pribadinya pula.

Sedangkan Salsa hanya bisa menghela nafasnya dengan berat. Rasanya lelah sekali berpura-pura bahagia dan tersenyum di depan banyak orang. Dunia entertainment bukan dunianya.

Salsa lebih suka menari, dan bernyanyi Tampa harus di kenal banyak orang.

"Hey, kenapa bengong?" Shea datang mengejutkan Salsa yang terlihat diam saja.

"Kenapa sih? cemberut aja? Mens ya?" lanjutnya bertanya dengan manja.

"Agak pusing. Soalnya panas banget, woi." jawab Salsa berpura-pura dengan keadaannya saat ini.

"Yah, jangan sakit dong. Soalnya nanti malam ultah papi. Kita mau barbeque dirumah aja. Dateng, ya Sal." ajak Shea yang turut mengundang teman-temannya padahal ini adalah acara papinya.

"Barbeque di rumah Lo sama aja kayak ngadain konser tunggal bjir!" ujar Salsa dan Shea pun tertawa mendengarnya.

"Hehehe, tau sendiri kan papi gimana? jadi biarin aja deh. Yang penting kita makan. Ada banyak makanan katanya. Jadi gas, kita habisin semuanya." lanjut Shea yang membuat Salsa tersenyum palsu untuk itu.

***