Follow ig author : @Shikuzika97
PLAGIAT! BISULAN SEUMUR HIDUP 🤙🏻😤
Restu Anggoro Wicaksono, seorang pria yang sering kena bully ketiga sahabatnya lantaran dirinya yang belum pernah melakukan hubungan s*xs dengan lawan jenis. Jangankan berhubungan badan, dekat dan sekedar berciuman saja Restu belum pernah.
Hingga suatu malam, ketiga sahabatnya menyeretnya ke klub malam. Menyewakan seorang wanita untuk membantu Restu merasakan pengalaman bercinta.
Namun, pertemuannya dengan wanita malam tersebut, membuat Restu terkesan, terpikat dan tidak bisa melupakannya.
Bertahun-tahun berlalu, Restu masih mencari wanita malam itu. Tapi nihil, wanita tersebut menghilang seperti di telan bumi. Di sisi lain, keluarganya sudah menuntutnya untuk segera menikah.
Akankah Restu bisa menemukan kembali wanita yang ia cari? Ataukah akhirnya dia harus menyerah dan menerima perjodohan yang telah diatur oleh keluarganya?
Yuk, ikuti dan dukung keseruan kisah Restu 😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquarius97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aedriz Wicaksono.
Niko menekan pedal gas lebih dalam hingga mobil melaju dengan kecepatan 80 km/jam. Dengan gesit ia menyalip kendaraan demi kendaraan di depannya. Hanya satu hal yang ada di pikirannya saat ini, secepat mungkin mengantar bosnya ke tempat tujuan. Mobil itu akhirnya perlahan masuk ke halaman rumah yang cukup besar. Begitu berhenti, Restu segera membuka pintu dan keluar. Langkahnya tergesa, buru-buru ia masuk untuk mengecek ke dalam rumah.
Rumah kedua keluarga Wicaksono di Jakarta berdiri megah dengan halaman luas dan arsitektur bergaya klasik modern. Saat ini, rumah itu hanya dihuni oleh beberapa maid serta satpam. Tuan Aedriz sengaja membangunnya sebagai tempat singgah ketika ada urusan atau kepentingan di Jakarta. Meski demikian, kemegahan rumah itu masih belum sebanding dengan rumah utama keluarga Wicaksono di Surabaya, yang tetap menjadi simbol kejayaan dan pusat berkumpul keluarga besar.
Tuan Aedriz adalah mendiang suami dari Oma Dania sekaligus opa kandung Restu. Berkat kerja keras dan kepemimpinannya, nama Wicaksono semakin dikenal luas oleh masyarakat melalui keberhasilannya dalam mengembangkan usaha.
Sedikit mengenal tentang Tuan Aedriz!
Pada masa remajanya, ketika berkunjung ke Indonesia, Aedriz mengalami sebuah kecelakaan yang membuatnya hilang ingatan. Beruntung, ia ditemukan dan ditolong oleh Tuan Besar Wicaksono, ayah Oma Dania, yang kemudian mengangkatnya menjadi anak dalam keluarga mereka.
Tuan Besar Wicaksono, ayah Oma Dania, merawat Aedriz dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Kehadiran Aedriz menjadi pelengkap keluarga itu yang sebelumnya hanya dikaruniai seorang putri tunggal, yakni Oma Dania. Meski begitu, mereka tidak pernah menutupi jati diri Aedriz yang bukan anak kandung.
Beberapa tahun hidup dengan menyandang nama Wicaksono, ingatan Aedriz perlahan pulih. Dengan berat hati, mereka bertiga melepaskannya kembali ke keluarganya di Tiongkok. Namun, setahun kemudian, Aedriz kembali ke Indonesia dengan maksud berbeda. Bukan sekadar mengunjungi keluarga, tetapi untuk melamar Oma Dania.
Awalnya, kedua orang tua Oma Dania terkejut mendengar pengakuan Aedriz yang selama ini ternyata diam-diam mencintai putri mereka bukan sebagai adik. Tapi ketika Oma Dania mengungkapkan perasaan yang sama, kedua orang tua justru senang dan menyambut lamaran Aedriz dengan bahagia.
Cie-cie..Oma Dania....
Akhirnya, mereka pun menikah dan dikaruniai seorang putra, yaitu Tuan Ardhan. Tuan Aedriz menetap di Indonesia dan melanjutkan usaha Tuan Besar Wicaksono.
Di bawah kepemimpinan Aedriz, semuanya berkembang pesat. Yang awalnya hanya sebuah bisnis perhotelan kini telah meluas menjadi jaringan yang mencakup properti dan restoran ternama.
Dan yang paling penting, dari opa Aedriz lah Restu mewarisi ketampanannya.
Sayangnya, Opa Aedriz meninggal tepat pada usia 55 tahun karena penyakit jantung.
Hingga kini, keluarga Wicaksono tetap dikenal masyarakat sebagai keluarga terpandang yang rendah hati, berkat didikan dan teladan yang diwariskan oleh Tuan Aedriz Wicaksono.
>>>
Restu berlari kecil menuju rumah. Tanpa basa-basi, ia langsung menanyakan pada kepala pelayan. Namun, jawaban yang diterimanya justru membuat hatinya semakin gelisah, tidak ada tamu yang datang, apalagi Oma Dania.
Restu meraup wajahnya dengan kasar, kecemasan jelas menjalar di setiap sudut pikirannya.
"Oma... Oma ke mana? Kenapa harus nyusulin Restu segala, sih..." gumamnya lirih, merasa frustasi.
"Nik, kerahkan semua bodyguard! Cari Oma sekarang juga! Saya tidak peduli bagaimana caranya, pokoknya Oma harus segera ditemukan!" perintah Restu dengan tegas, mata menyala penuh kekhawatiran.
"Baik, Kak," jawab Niko singkat, lalu bergegas menjalankan perintah.
...🕊️🕊️🕊️...
Setelah sempat berdebat, Qiana akhirnya mengajak nenek masuk ke rumah untuk sarapan.
Selesai makan, Bu Heni dan Qiana mengajak nenek duduk bersama di ruang keluarga, mencoba berbicara dengan lembut.
"Bu... apakah Ibu ingat siapa nama Ibu?" tanya Bu Heni hati-hati. Kemarin beliau sudah bertanya, tapi nenek mengaku lupa.
Wanita tua itu mengernyit, seolah berusaha menggali ingatannya. "Seingatku... namaku ada nia-nia nya... sebentar..."
Qiana dan Bu Heni saling pandang.
"Sonia, mungkin, Nek?" tebak Qiana.
"Ngawur!" balas sang nenek mengibaskan tangan sambil memutar kedua bola matanya.
Beberapa detik kemudian, ia menepuk tangan. "Ah! Namaku Dania. Iya, sepertinya Dania!" ucapnya mantap.
Qiana dan Bu Heni mengangguk bersamaan.
"Lalu, coba pelan-pelan Ibu ingat... Ibu mau ke mana? Kenapa sendirian?" Bu Heni kembali bertanya dengan sabar.
Wanita tua itu menghela napas sebentar, lalu menjawab, "Seingatku, aku mau mencari cucuku. Rumahku memang jauh... aku pergi kesini sendiri, tapi pas sampai di sini malah kecopetan. Sial!"
Qiana membola mendengar nenek tua itu mengumpat begitu saja. "Eh, nenek! Tidak boleh mengumpat, ya!"
"Eh, maaf!" Oma Dania nyengir, menutup mulutnya dengan tangan.
Qiana menggeleng kan kepala, lalu kembali bertanya dengan hati-hati. "Nama cucu Nenek siapa, nenek ingat tidak? Nyerempet dikit deh coba..."
Tapi, Oma Dania hanya menggeleng pelan, membuat Qiana menghela napas panjang.
"Yasudah, nanti biar Min-min coba bantu carikan cucunya ya, Bu, pelan-pelan. Selama Ibu belum ketemu, tinggal dulu di sini tidak apa-apa. Tadi Mbak Ani juga sudah mengizinkan, kok," ujar Bu Heni menenangkan.
Oma Dania tersenyum tulus. "Terima kasih banyak, kalian orang-orang baik. Saya beruntung dipertemukan dengan kalian. Hanya Tuhan yang bisa membalasnya."
"Iya Bu. Sama-sama, bukankah sesama manusia kita sudah seharusnya saling tolong menolong?" Kata Bu Heni, memandang Qiana dengan tersenyum.
...ΩΩΩΩΩΩΩ...
Akankah Niko segera bisa menemukan Oma Dania yang sedang bersama Min-min? Ikuti terus ya ceritanya 😘
Kenapa harus nunggu, Qiana dulu?