NovelToon NovelToon
Billioraire'S Deal: ALUNALA

Billioraire'S Deal: ALUNALA

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Terlarang / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Romansa / Dark Romance
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Marsshella

Pernikahan mereka bukan karena cinta, tapi karena ultimatum. Namun malam pertama membuka rahasia yang tak pernah mereka duga—bahwa gairah bisa menyalakan bara yang tak bisa padam.

Alaric Alviero—dingin, arogan, pewaris sah kekaisaran bisnis yang seluruh dunia takuti—dipaksa menikah untuk mempertahankan tahtanya. Syaratnya? Istri dalam 7 hari.

Dan pilihannya jatuh pada wanita paling tak terduga: Aluna Valtieri, aktris kontroversial dengan tubuh menawan dan lidah setajam silet yang terkena skandal pembunuhan sang mantan.

Setiap sentuhan adalah medan perang.
Setiap tatapan adalah tantangan.
Dan setiap malam menjadi pelarian dari aturan yang mereka buat sendiri.

Tapi apa jadinya jika yang awalnya hanya urusan tubuh, mulai merasuk ke hati?

Hanya hati Aluna saja karena hati Alaric hanya untuk adik sepupunya, Renzo Alverio.

Bisakah Aluna mendapatkan hati Alaric atau malah jijik dengan pria itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsshella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Belajar Menjadi Pelindung

Dapur Keluarga Alverio I.

Pintu dapur dibuka dengan bunyi kasar. Senara masuk lebih dulu dengan langkah cepat. Sepatunya masih basah. Di belakangnya, Alaric menutup pintu dengan suara cukup keras.

Di dalam dapur, dua maid yang sedang berkemas untuk pulang langsung berhenti bergerak. Salah satunya mematikan kompor yang baru saja digunakan untuk merebus air, satunya lagi masih memegang lap piring.

Senara melempar kemeja kotak-kotak basah ke sandaran kursi. Menyisakan kaos putih polosnya. Matanya menatap Alaric tajam. Napasnya naik turun. Marah dan malu bercampur jadi satu.

“Abang ngikutin gue sampe ke belakang rumah? Serius?”

Alaric menyilangkan tangan di dada. Bajunya lembap sebagian. “Mau ngikutin atau ngangkut lo ke rumah sakit jiwa... terserah lo. Tapi lo bukan anak kecil lagi, Sena.”

“Justru karena gue bukan anak kecil, gue bebas jalan sama pacar, Bang!”

Suara Senara naik. Salah satu maid buru-buru mengambil tasnya, satunya lagi menyikut temannya sambil melirik takut-takut.

Alaric mendekat, pelan tapi tajam. “Pacar? Di bawah hujan? Malam-malam? Di halaman belakang rumah?”

Senara mundur selangkah tapi tetap menegakkan dagu. “Dulu Abang juga pacaran sama—”

Alaric menatapnya tajam. Senara menggigit bibir, menahan lidahnya.

Alaric berbisik dingin. “Sebut satu nama itu, dan lo bakal gue langgar malam ini.”

Para maid pura-pura sibuk merapikan rak. Satu dari mereka menyenggol teko dan buru-buru minta maaf.

Senara merendahkan suara, masih emosi. “Abang nggak bisa larang semua hal. Dunia gue bukan hanya kuliah dan rumah. Gue berhak bahagia.”

Alaric mengangguk kecil, lalu menyeka wajahnya dengan tisu dari meja. “Kalau lo hamil sebelum lulus, jangan minta Abang selesaikan. Pikir baik-baik ya.”

Senara membeku. Matanya berkaca. Tapi tidak menangis. Ia hanya mengambil napas panjang. “Abang pikir gue seceroboh itu... padahal yang Abang lakuin di luar rumah jauh lebih parah. Nikah demi warisan.”

Para maid saling pandang, lalu buru-buru pamit. “Permisi, Tuan Muda…”

“Pulang sana. Besok pagi jam 6 tetap kerja.”

Para maid mengangguk cepat, berlarian keluar rumah seperti lari dari zona perang.

Alaric menatap ke arah tangga. Lalu berbalik ke wastafel, membuka keran, membasuh wajahnya.

Senara duduk di kursi makan, rambutnya masih basah karena hujan. Ia memegang handuk kecil dan mengelap leher sambil melirik Alaric yang kini berdiri membuka salah satu kotak lauk yang dibungkus rapi.

Senara berdeham. “Tumben banget Abang pulang ke rumah ini. Cuma buat ngomelin gue ya?”

Alaric tidak menjawab. Ia mengambil nasi dari rice cooker dan mulai menyendok lauk ke piring. Suaranya tenang tapi tetap dingin. “Tumben lo pacaran sama bencana masa kecil lo.”

Senara melongo. “Hah? Abang ingat Ares?”

Alaric menoleh sekilas. “Cowok tengil yang dulu bolos bareng lo pas SMP, kena skors dua kali. Gimana gue bisa lupa? Orang gue yang ngurus masalahnya ke sekolah lo.”

Senara memutar bola matanya. “Ya ampun... jadi Abang masih ingat?”

“Dua bencana dipertemukan lagi. Satu petak rumah bakal meledak nanti.”

Senara tertawa kecil, lalu menunduk. “Tapi dia baik, Bang. Beneran.”

Alaric tidak menyela, hanya mendengarkan sambil mengunyah. Setelah menelan, ia bersandar ke kursi.

“Kalau lo tetap mau jalan sama dia, minimal nurut sama Mama. Jangan bikin dia mikir dua kali lipat. Uangnya, waktunya, semua buat lo. Dia capek, Sena. Udah tua.”

Senara terdiam. Senyum isengnya berubah sendu. Ia mengangguk kecil. “Iya. Gue tahu. Nanti gue minta maaf ke Mama.”

Alaric menyelesaikan makan dengan cepat. Ia berdiri, mengambil kotak makanan satunya dari kulkas untuk dibawa pulang.

Senara berdiri. “Mau balik ke apartemen?”

“Iya. Lo mandi dulu. Bau hujan dan dosa.”

Senara melempar handuk ke arah Alaric tapi meleset. Alaric hanya tersenyum miring.

Senara pun melangkah ke arah tangga sambil berteriak. “TITIP SALAM BUAT ARSHEN!”

Alaric berkata, “dia nggak bisa baca salam, masih bayi!”

Pintu rumah tertutup. Senara menghela napas lalu naik ke lantai kamar, sementara Alaric keluar membawa kotak lauk dan wajah datar—tapi dalam hati, sedikit lebih tenang.

...***...

Lampu jalan temaram memantul di aspal basah. Alaric yang duduk di dalam mobil memperlambat laju saat melihat sosok cowok berdiri sambil menilik ban motor yang kempis.

Alaric mengetuk kaca mobil. Bodyguard langsung menepikan mobil. Alaric turun. “Ares?”

Ares menoleh cepat. Rambutnya basah, helm tergantung di stang motor. “Eh—Bang Alaric…”

Alaric berjalan mendekat, memandangi ban belakang motor sport itu. “Ban bocor?”

“Iya… nggak tahu kena apa. Kedai tutup semua, bengkel juga.”

Alaric membuka smartphone dan menelepon singkat. “Kirim mekanik. Lokasi saya share. Ban motor bocor. Bawa alat lengkap.”

Ia menutup telepon, lalu menoleh ke Ares. “Lo itu nyusahin diri sendiri. Udah tahu hujan, masih maksa naik motor.”

Ares tersenyum tipis. “Nggak ada kendaraan lain, Bang.”

Alaric mendekat, berdiri sejajar. Suaranya mendadak lebih lembut. “Jaga Senara baik-baik! Dia keras kepala. Tapi kalau lo yang bicara, dia dengar.”

Ares menunduk sedikit, sopan. Tapi sebelum sempat menjawab, lampu mobil mendekat. Mobil hitam mewah berhenti di depan mereka.

Alaric berucap dingin. “Masuk. Pulang. Sekarang.”

Ares ragu. “Motor gue, Bang—”

Alaric menarik kunci motor dari tangan Ares begitu saja. “Motor burik, biarin aja! Masuk!”

Ares mematung, lalu tertawa kecil saat tubuhnya dipaksa masuk mobil terkesan seperti diculik. “Padahal gue rawat motor ini kayak anak sendiri, Bang!”

“Sekarang anak lo Senara. Masuk!”

Dengan pasrah, Ares akhirnya masuk ke dalam mobil yang disetir sekretaris Alaric. Mobil melaju, meninggalkan Alaric berdiri sendiri di tengah rintik hujan.

Tak sampai lima menit, satu mobil mekanik berhenti di depan kedai. Dua orang turun, lengkap dengan senter kepala dan toolkit besar.

“Mana motornya, Pak?”

Alaric menyerahkan kunci. “Betulin. Terus antar ke Universitas Alverio. Taruh di parkiran. Jangan baret.”

“Siap, Pak.”

Alaric berjalan ke mobilnya. Di balik kedinginan wajahnya, ada ketenangan. Ia melindungi dua anak muda itu. Dalam diam. Dengan caranya sendiri.

...***...

Pintu apartemen terbuka, diiringi bunyi khas yang menandakan password berhasil diinput. 

Alaric masuk menenteng kotak plastik berisi lauk. Air hujan masih menetes dari ujung rambutnya yang kusut oleh udara dingin.

Di ruang tengah, Aluna duduk di karpet bulu lembut bersama Arshen yang masih aktif bergumam kecil dan menggigit mainannya.

Begitu mendengar pintu terbuka, Aluna menoleh dan tersenyum hangat. “Arshen… Papa pulang tuh…”

Arshen langsung bangkit—merangkak cepat dengan lengan gemuknya yang mungil ke arah pintu. Alaric menurunkan kotak lauk ke meja dekat sofa dan berjongkok menyambut putranya.

“Arshen, ayo salim… cium tangan Papa,” ucap Aluna lembut.

Arshen yang semangat menyentuh punggung tangan Alaric, lalu tiba-tiba tersentak—seperti kaget. Tangannya mundur sejenak.

Aluna cepat-cepat mendekat dan memegang tangan suaminya. Alaric tidak bergerak, hanya menatap tenang. “Hujan, ya?”

Alaric mengangguk singkat. Ia tidak berkata apa-apa, tapi tidak juga menolak saat Aluna menggosokkan kedua tangannya ke tangan Alaric, mencoba menghangatkan.

Arshen bersandar ke kaki Alaric, memeluk betis papanya yang baru pulang.

“Dingin-dingin begini masih aja keluyuran… tapi aku nggak mau nanya ke mana kamu tadi, karena aku tahu... kamu bakal cerita kalau kamu siap.”

Alaric menarik napas panjang, lalu berdiri dan melepas jas basahnya, menyampirkannya di gantungan dekat pintu. Ia baru berbicara setelah beberapa detik hening.

“Kalian harusnya tidur. Nggak perlu nunggu aku…”

Aluna tersenyum lembut. “Nungguin orang yang ditunggu itu… bukan beban. Lagian Arshen juga belum tidur. Mungkin karena tahu papanya belum pulang.”

Alaric melirik ke arah putranya yang masih duduk manis, lalu perlahan ia duduk di sofa. Ia menghela napas, lalu menunjuk kotak lauk.

“Mama ngirimin ayam ungkep. Tinggal digoreng. Tapi udah malam. Simpan aja dulu.”

Aluna mengambil kotak itu dan menuju kulkas, membiarkan Alaric duduk menenangkan diri. Arshen kini duduk di pangkuan papanya, wajahnya bersandar ke dada Alaric—hangat meski tadi sempat kaget.

Aluna kembali dan hanya menatap pemandangan itu. Lalu duduk di lantai dekat sofa sambil menyandarkan kepalanya ke paha Alaric.

Mereka tidak bicara. Tapi kehangatan mereka cukup terasa untuk membungkam bunyi hujan di luar.

...***...

Lampu ruang tengah telah diredupkan. Di antara bantal-bantal sofa, Arshen yang tadinya aktif bermain kini sudah tertidur pulas di pangkuan Aluna. Napasnya teratur. Jemari mungilnya masih menggenggam sisa mainan berbentuk hewan.

Aluna perlahan menyentuh bahu rapuh Arshen, hendak membopong Arshen ke kamar. Tapi sebelum ia sempat bangkit, Alaric berdiri lebih dulu. 

Diam-diam dari sisi sofa, ia menunduk, lalu mengangkat Arshen dengan gerakan ringan. Sekali gendong, tubuh mungil itu bersandar pas di dada Alaric.

Aluna tak bergerak. Tatapannya mengikuti Alaric yang perlahan berjalan menuju kamar. Kakinya tanpa suara, dan tubuh Arshen bersandar nyaman seperti tahu itu rumah terhangatnya.

Seketika Aluna mengangkat smartphone. Jari-jarinya bergerak cepat. Cekrik.

Sebuah foto gelap-remang dengan cahaya lampu kamar menyelinap dari sela pintu yang belum tertutup. Alaric tampak dari samping-belakang. Kaos tipis abu-abu, tubuh tinggi tegapnya memeluk Arshen yang menyender di bahu. Hanya bagian belakang kepala Arshen dan lengannya yang terlihat, tertutup sebagian oleh dada sang papa.

Foto yang seolah tanpa suara. Tapi terasa seperti ribuan kalimat tentang rumah, kehangatan, dan papa-anak yang sedang belajar saling memiliki.

@valtieri.aluna

Tenanglah dalam tidurmu, rumah kecilmu sedang belajar menjadi pelindung 🌙

#LateNight #FatherAndSon #ArshenAlverio #QuietMoment #DaddyGoals

🕐 22.45 WIB · Agt 21, 2025 · X for iPhone

💬 37.1K komentar 🔁 188K retweet ❤️ 920K suka 👁️ 24.3M views

💬 Kolom Komentar Netizen:

@mimipink87 Aku nangis. Lihat dari belakang aja aura papanya manis banget 😭

@reallivinain Plis jangan cuma dari belakang, mau lihat wajah papanya dong!!!

@cewekdrama Captionnya Aluna selalu puitis, tapi fotonya selalu bikin netizen baper massal!

@rareviolet.id Ini bukan pasangan drama, ini pasangan nyata. Manis banget!

@coffeekuning Alaric ini CEO dingin tapi di rumah kok jadi daddy goals gini sih 😭💘

1
Soraya
mampir thor
Marsshella: makasi udah mampir Kak ❤️
up tiap hari stay tune ya 🥰
total 1 replies
Zakia Ulfa
ceritanya bagus cuman sayang belum tamat, dan aku ini g sabaran buat nungguguin bab di up. /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Marsshella: makasi udah mampir, Kak ❤️
Up tiap hari udah aku alarm 😂
total 1 replies
Desi Oktafiani
Thor, aku udah nggak sabar nunggu next chapter.
Marsshella: ditunggu ya, update tiap hari 👍
total 1 replies
Dear_Dream
🤩Kisah cinta dalam cerita ini sangat menakjubkan, membuatku jatuh cinta dengan karakter utama.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!