Sampahmu Adalah Hartaku

Berpura-pura tidak mengalami regresi sama sekali. Erlina bahkan tidak mengetahuinya, sama sekali tidak curiga.

Matanya melirik ke arah Erlina yang bergandengan tangan mesra dengan Andika. Kemudian berucap dalam hati."Makan tuh sampah!"

Menghela napas, walau bagaimanapun dirinya harus konsentrasi pada kehidupannya sendiri. Kala berpapasan dengan Erlina dan Andika di lorong sekolah. Mungkin satu hal yang tidak disadari olehnya. Andika melirik ke arahnya. Tidak seperti bisanya. Tatapan mata tajam, menginginkan mantan kekasihnya.

Tapi hanya sepersekian detik. Karena kemudian, Andika kembali tersenyum lembut pada Erlina.

Perjanjian yang ditandatangani dengan ketentuan denda yang cukup besar. Andika merupakan orang yang perhitungan dan teliti. Cukup sulit untuk mengalahkan ular ini.

Hanya menunggu, mengembangkan perusahaan milik orang tua Erlina. Setelah mencapai puncak, tinggal menyingkirkan parasit ini (Erlina) dan mengikat leher rubah kecil miliknya.

Sementara Fishya menatap ke arah jendela. Masa depan tidak akan berubah, jika tidak memiliki niat untuk merubahnya. Tidak ada yang instan di dunia ini, kecuali kopi luwak.

Karena itu, melindungi diri dari Erlina memang penting. Melangkah kembali tanpa melihat ke belakang. Segalanya memerlukan proses bukan?

***

7 tahun kemudian_

Wanita yang melangkah menggunakan sepatu hak tinggi. Wajahnya benar-benar terlihat cantik, membawa paperbag berisikan beberapa kotak alat kontrasepsi pria.

Benar-benar alat kontrasepsi pria, berusaha menghemat uang dengan menaiki bis. Beberapa pria berusaha menggodanya.

"Cantik! Boleh kenalan?"

"Nomornya berapa?"

"Kok judes?"

Tapi, dirinya tetap tegar tidak tergoyahkan. Berpura-pura menggunakan earphone adalah senjatanya. Memasuki gedung hotel nan megah, usai turun dari bis.

Melangkah melewati lobby, beberapa karyawan hotel bergosip tentangnya.

"Membawa kontrasepsi lagi?"

"Gila!"

"Yah...mau bagaimana lagi namanya pekerjaan. Tidak usah ikut campur."

Itulah kalimat yang kerap didengarkan olehnya. Fishya hanya menghela napas, kemudian menekan tombol lift.

Melangkah kembali, mencocokkan nomor kamar. Barulah menekan kode akses dan memasukkan kartu.

Kala pintu terbuka, adegan ranjang pria dan wanita terlihat. Dirinya sudah biasa, amat sangat biasa.

"Tuan, saya tinggalkan disini." Ucap Fishya terdengar kaku."Apa ada keperluan lain?"

"Kamu mau ikut bergabung? Ah...ini menyenangkan..." Ucap seorang pria, yang tengah menjamah tubuh seorang wanita di tempat tidur.

Fishya mengangkat sebelah alisnya."Mau saya mengundurkan diri?" tanyanya.

"Kamu membuat kepalaku sakit! Sudah! Belikan wine di restauran lantai 1! Dasar kaku!" Bentak seseorang yang berada di balik tirai.

"Jam 12 ada pertemuan makan siang dengan klien, anda tidak boleh datang dalam keadaan mabuk. Jam 1 ada rapat pengambil alihan hotel RH. Saya tidak dapat mewakili kehadiran anda dalam hal ini." Sebuah jawaban perfect, benar-benar sempurna.

Membuat sang bos yang berada di balik tirai tempat tidur meninggalkan wanita yang tengah menjerit di bawahnya. Menggunakan piyama berbentuk kimono, kemudian berucap."Kamu berani mengaturku?"

"Aku akan mengundurkan diri." Jawaban Fishya dengan wajah datar, membuat pria gagah nan perkasa itu tidak dapat berkata-kata.

"Iya! Iya! Cerewet! Tidak alkohol! Kalau begitu aku minta bir." Tegasnya.

"Tetap mengandung alkohol." Fishya mengangkat sebelah alisnya.

"Kalau begitu bir kaleng." Sang majikan berkompromi.

"Tidak, sama saja alkohol. Aku tidak ingin berkompromi dengan makhluk sepertimu." Fishya berusaha tersenyum.

"Iya! Iya! Iya! Terserah kamu saja, bensin, jamu, apapun! Yang penting dingin!" Teriaknya murka.

"Kalau begitu air putih dingin." Pada akhirnya Fishya tersenyum meninggalkan majikannya.

"Sayang..." Panggil wanita yang ada di atas tempat tidur.

"Pergi kamu! Aku tidak mood lagi!" Bentak Noah pada teman kencannya. Sial! Benar-benar sial! Sekretarisnya selalu mengganggu waktunya untuk bermain.

Sudah lima orang sekretaris yang mengundurkan diri, setelah dirinya memegang jabatan sebagai direktur. Cuma orang ini yang bertahan, wanita bagaikan robot pekerja.

***

Sedangkan Fishya sendiri, ingin mengumpat rasanya memiliki bos seperti ini. Tempat dimana kesuksesan berada, disanalah dirinya tinggal.

Menggunakan kemampuannya sendiri untuk kuliah di luar kota. Kembali setelah lulus, kemudian bekerja pada mantan bos Andika sebelum waktu terulang.

Noah, adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. Kandidat paling lemah untuk menduduki posisi CEO nantinya. Tapi karena ide briliannya yang diberikan pada Andika, kemudian Andika meneruskan pada Noah. Andika dapat naik jabatan menjadi wakil CEO. Noah secara alami menjadi CEO. Sementara Fishya menjadi ibu rumah tangga, tapi super sibuk, itulah yang terjadi sebelum waktu terulang.

Kali ini ide mengalir darinya langsung pada Noah. Tanpa ada embel-embel Andika lagi. Kali ini, dirinya akan menentukan nasibnya sendiri.

***

Tangannya bergerak cepat, membalas e-mail berbahasa asing. Sesekali dirinya memikirkan satu hal, dimana Virgo saat ini. Apa masih menjadi lembek? Apa keluarganya akan tetap hancur?

"Fishya..." Panggil Noah melangkah keluar dari ruangannya. Fishya segera bangkit, melangkah mengikuti bosnya.

"Saat rapat nanti, sebaiknya tuan tidak banyak berbicara dan berkomentar. Itu akan menjaga image anda. Tuan Ronald lebih menyukai hasil daripada proses. Karena itu yakinkan dia ini akan memberikan keuntungan yang besar." Komat-kamit Fishya menjelaskan. Kemudian menekankan tombol lift untuk Noah.

"Keuntungan besar?" Tanya Noah.

Fishya menghela napas."Katakan saja, jika anda tidak percaya pada kami, kami tidak akan memaksa."

"Kamu ingin proyek sebesar ini lolos!?" Noah membulatkan matanya.

"Tentu saja tidak. Lihat saja nanti...kapan saya pernah salah?" Pertanyaan penuh senyuman dari Fishya membuat Noah menatap aneh padanya.

Tapi memang benar, cara bekerja sekretarisnya perlu mendapatkan nilai A+. Benar-benar super kaku dan sempurna.

"Pantas saja kamu tidak pernah pacaran. Begitu kaku, aku yakin tidak akan ada pria yang mau menikah denganmu."

"Terimakasih pujiannya."

"Siapa yang memujimu!"

"Itu bukan pujian? Jika bukan, tutup mulut anda. Sebelum saya meletakan surat pengunduran diri ke bagian HRD."

Pada akhirnya Noah tidak dapat berkata-kata lagi. Kala pintu lift terbuka kasak-kusuk beberapa karyawan terdengar.

"Dia masih bekerja?"

"Mungkin menjadi simpanan bos."

"Kalian sudah dengar gosip? Katanya sekretaris Fishya pernah mencuri jam tangan semasa SMUnya."

"Siapa yang menyebarkannya?"

"Ini! Ada akun anonim."

"Ada gosip juga, dia pacar anak orang kaya. Tapi karena tidak direstui, mereka dipisahkan."

Noah melirik ke arah sekretarisnya. Ingin mengetahui kehidupan pribadi orang ini. Apa benar seorang pencuri? Wanita penggoda? Atau pacar rahasia putra keluarga konglomerat?

"Fishya aku ingin bertanya---" Kalimat Noah disela.

"Jika tentang kehidupan pribadi sebaiknya jangan. Sebab kehidupan pribadiku, benar-benar kacau karena anda menyuruh saja membeli alat kontrasepsi rasa strawberry." Jelas sang sekretaris kaku.

Tidak ada cinta diantara mereka. Jangan salah paham, Noah hanya menatap sengit.

"Gajimu aku potong!"

"Alat kontrasepsi mu aku lubangi."

Hanya pertengkaran sengit biasa.

***

Mungkin satu hal yang tidak disadari Fishya. Seorang pemuda tengah duduk di kursi CEO perusahaan yang cukup besar kini. Kemudian bergumam."Sudah 7 tahun..."