Setelah kematian ayahnya, Renjana Seana terombang-ambing dalam kehidupan tak terarah, gadis yang baru menginjak umur 20 an tahun dihadapkan dengan kehidupan dunia yang sesungguhnya disaat ayahnya tidak meninggalkan pesan apapun. Dalam keputusasaan, Renjana memutuskan mengakhiri hidupnya dengan terjun ke derasnya air sungai. Namun takdir berkata lain saat Arjuna Mahatma menyelamatkannya dan berakhir di daratan tahun 1981. Petualangan panjang membawa Renjana dan Arjuna menemukan semua rahasia yang tersimpan di masa lalu, rahasia yang membuat mereka menyadari banyak hal mengenai kehidupan dan bagaimana menghargai setiap nyawa yang diijinkan menghirup udara.
by winter4ngel
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Ela Safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketakutan atas kepergian
Hari-hari terus berlalu seperti angin yang menerpa dedaunan, tanaman yang Renjana dan Arjuna tanam sudah mulai membuahkan hasil. Mereka memang tidak menjual sayuran yang mereka tanam di halaman, hanya untuk dimakan sendiri atau dibagikan kepada tetangga sekitar. Masalah izin mengenai dirinya dan Arjuna sudah di urus oleh Suratmo, walaupun itu kebohongan terstruktur, namun hanya itu yang bisa kakeknya lakukan untuk melindungi Renjana dan Arjuna di masa ini.
“Kakek.” Kedatangan Suratmo pagi itu disambut bahagia oleh Renjana yang baru saja selesai menyirami tanaman.
“Bagaimana disini? kamu nyaman?.”
Renjana mengangguk senang, “Silahkan masuk, mau aku buatkan kopi?.” Renjana dan Suratmo sudah sangat dekat karena hampir setiap hari Suratmo pasti mampir sepulang dari ladang, entah memberikan sayuran ataupun ketela yang diambil dari ladang, setidaknya Suratmo pasti memberikan beberapa untuk Renjana juga.
Suratmo duduk di teras rumah tempat tinggal Renjana dan Arjuna, dari jalanan memang tidak akan terlihat karena tertutupi oleh tingginya tanaman yang hampir menyentuh genteng dan menutupi setengah rumah itu. Banyak nyamuk, namun Arjuna punya cara hingga tidak ada nyamuk disana dan tetap nyaman setiap hari.
“Kamu tahu kapan kamu kembali?.” Pertanyaan Suratmo menghentikan langkah Renjana yang akan masuk mengambilkan minuman untuk kakeknya.
“Aku tidak tau kek.”
“Bahaya jika kalian terus berada di sini, aku habis dari luar daerah menanyakan perihal ini. Kau tahu apa yang mereka katakan? Ada harga yang harus kamu bayar saat kamu mengubah masa depan, apalagi itu menyangkut nyawa.”
Renjana terdiam, seharusnya semua berjalan seperti yang terjadi dimasa depan, “Sejauh ini kejadiannya tidak berubah selain kakek mengetahui tentangku.”
“Jangan lakukan apapun yang sudah menjadi takdirnya, aku tahu kamu sangat menyayangi keluargamu sehingga kamu melakukan apapun untuk mereka.”
“Sejujurnya aku ingin mereka tahu bahwa aku putri mereka yang datang dari masa depan, tapi aku tidak ingin, ada banyak ketakutan.”
“Simpan rahasia itu rapat-rapat, mau bagaimanapun juga masa depan bisa berubah saat kamu mengatakan hal itu.”
“Bagaimana dengan kakek?.”
“Umur kakek tidak akan lama, saat ibumu punya anak, kakek akan pergi.”
“Jika aku menggantikan nyawa kakek, apa kakek akan hidup hingga masa depan?.”
Suratmo menatap tajam kearah Renjana, “Aku sudah tua di masa depan sedangkan kamu yang akan menjaga ibumu nantinya. Kembalilah dengan selamat, jangan mempertaruhkan nyawamu pada orang lain.” Suratmo beranjak dari duduknya, “Aku akan pulang, itu bukan keputusanmu sepihak melainkan garis takdir yang sudah seharusnya.”
Renjana melihat kepergian kakeknya dengan wajah sedih, yang dikatakan oleh Suratmo memang tidak salah. Renjana harus menjaga ibunya di masa depan, namun jika Renjana bisa mengubah satu hal yang memperbaiki masa depan Sadewa dan Sendu maka Renjana rela tidak pernah mereka dilahirkan sebagai anak di keluarga itu.
Tanpa Renjana sadari, sejak tadi kedatangan Suratmo, Arjuna mendengar semuanya, termasuk Renjana yang merelakan hidupnya jika kakeknya mungkin bisa hidup hingga masa depan. Ketakutan akan kehilangan mulai Arjuna rasakan, bagaimana jika Renjana melakukan suatu hal yang membuat gadis itu tidak pernah bisa kembali ke masa depan.
Arjuna melihat telapak tangannya yang mulai berkedip, entah mengapa tangannya mulai transparan beberapa kali disaat-saat tertentu. Walaupun hanya beberapa detik saja kemudian kembali ke semula, namun Arjuna tahu bahwa waktunya disini juga tidak banyak.
Kabar kehamilan Sendu mulai terdengar, pernikahan antara Sendu dan Sadewa sudah lama dan wajar jika mereka akhirnya punya anak. Anak pertama yang Renjana tahu adalah kakaknya, Renjana juga tahu bahwa Sendu sedang hamil anak kembar laki-laki.
Renjana berjalan sangat gusar kesana kemari, entah apa yang sedang dipikirkan namun membuat Arjuna pusing sendiri.
“Kenapa? apa ada masalah?.”
Renjana melihat kearah Arjuna, “Apa inkubator sudah ada di jaman ini?.” pertanyaan Renjana membuat Arjuna berpikir.
“Untuk apa?.”
“Aku hanya butuh saja.”
“Sepertinya belum, kamu tidak berniat ingin mengubah sesuatu kan?.”
“Apa? tidak.”
“Baguslah.”
“Aku hanya mempermudah prosesnya saja.”
Renjana menyiapkan beberapa buah-buahan dan sayuran dari halaman rumah, di taruh pada keranjang. Renjana berniat untuk mengunjungi Sendu, karena Sadewa sudah mulai bekerja menggantikan Suratmo di kantor desa, jadi Sendu lebih banyak sendiri dirumah, hanya bersama adik-adiknya dan juga ibunya saja, Suratmo juga mengelola ladang sehingga selalu pulang menjelang petang.
“Kamu akan kerumah ibumu lagi?.”
“Iya.” Jawab Renjana bahagia.
“Ren.” Panggil Arjuna kembali.
“Kenapa?.” Renjana masih sibuk dengan kegiatannya menyiapkan barang yang akan dibawah ke rumah Sendu.
“Aku ingin mengajakmu pergi ke pantai.”
Renjana menoleh ke arah Arjuna dengan tatapan bingung, “Kenapa tiba-tiba ingin pergi ke pantai?.”
“Tidak tahu, aku ingin saja, kalau kamu mau-.”
“Hari minggu bagaimana?.”
“Kamu mau?.”
“Iya, aku juga ingin. Kita bisa naik bus kesananya.”
Arjuna tersenyum, dia tidak tahu kapan pria itu benar-benar menghilang dari masa ini. Karena Arjuna tidak pernah berpikir sebelumnya, namun melihat Renjana yang baik-baik saja, tandanya Renjana tidak mendapatkan apa yang dia rasakan saat ini. Arjuna tahu bahwa dia menyembunyikan sesuatu hal yang sangat besar pada Renjana, tapi Arjuna tidak bisa merusak kebahagiaan Renjana saat ini.
“Ada yang kamu pikirkan?.” Renjana melihat kearah Arjuna penasaran, karena sebenarnya Renjana juga sudah menaruh curiga pada Arjuna walaupun tidak tahu apa.
“Tidak ada, pergilah sebelum sore. Aku akan menyiapkan makanan kesukaanmu.”
“Tidak perlu, aku akan segera pulang dan memasak.”
“Kalau begitu aku akan tidur sambil menunggu kamu pulang.”
Renjana tersenyum dan meninggalkan rumah membawa keranjang sayur dan buah-buahan. Senyum Arjuna mulai pudar, dia masuk kedalam kamar dan menghitung uang terakhir yang dia punya. Arjuna menyimpan uang tersebut di sebuah amplop yang ada di lemari pakaiannya, jika Arjuna pulang lebih dulu, Renjana bisa mudah menemukan uang itu disana.
Bohong jika Arjuna bisa memejamkan mata, dia sangat sulit tidur nyenyak setelah hari itu dan beberapa hari belakangan karena takut saat Arjuna bangun, dia tidak berada di tempat ini lagi melainkan kembali ke masa tempat yang seharusnya dia berada. Bagaimana Renjana sangat kesulitan mengganggu pikirannya, Arjuna takut Renjana tidak bisa mengambil air ataupun menyalakan api sendiri. Bayangan terakhir kali Arjuna meninggalkan Renjana sendirian selalu mengganggunya, siapa yang akan menjaga Renjana jika dia pergi lebih dulu.
Arjuna langsung berdiri dari duduknya yang tidak nyaman, pria itu menutup pintu rumah dan membawa sepeda nya menuju ke kantor desa. Entah mengapa Arjuna sangat gusar hingga membuatnya tidak bisa berpikir jernih hingga ingin menemui ayah Renjana secara langsung.
“Juna, apa yang anda lakukan disini?.” Sadewa yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya menghentikan langkah saat melihat Arjuna datang.
“Bisa kita bicara sebentar?.”
“Ya tentu saja, ayo masuk.”
“Tidak, disini saja. Saya hanya sebentar.”
“Baiklah.”
Mereka berdua duduk diatas batu yang ada di bawah pohon mangga dekat kantor desa.
“Ini permintaan yang aneh, tapi bisakah anda melakukannya?.”
“Apa? tentu saja saya akan membantu dengan senang hati.”
“Saat saya pergi, bisakah anda membantu istri saya mengeringkan kayu dan mengambil air sumur, jika genteng rumah bocor, bisakah anda membenarkannya. Lalu bisakah istri anda menemaninya saat siang hari agar dia tidak sendirian dirumah.”
“Memangnya anda akan pergi kemana?.”
“Tempat yang jauh.”
“Renjana tahu mengenai hal itu?.”
Arjuna menggeleng, “belum.”
Sadewa terdiam, “Saya akan membantunya, Sendu juga akan membantunya. Jadi katakan padanya sekarang kalau anda akan pergi, jangan membuatnya sedih saat anda benar-benar pergi, setidaknya ada waktu saat dia bersedih, anda masih ada disisinya.”
Arjuna juga masih berpikir, apakah Renjana akan sedih atau tidak jika dia pergi. Renjana hanya tidak bisa melakukan banyak hal sendirian, bukan karena sedih jika Arjuna tidak ada.