NovelToon NovelToon
Lampu Kuning Kawah Sikidang

Lampu Kuning Kawah Sikidang

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Ketos / Perjodohan / Cintamanis / Reinkarnasi
Popularitas:460
Nilai: 5
Nama Author: Ys Simarmata

Tak ku sangka kawah gunung itu menyatu kan garam lautan dan asam pegunungan,lampu kuning penanda kehidupan ternyata jalan ku menemui dia sebagai teman sehidup semati ku

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ys Simarmata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Isi hati Bibi

Sudut gang sebelah kanan memperlihatkan atap rumah berwarna cokelat. Itu tandanya, aku hampir sampai di tujuan akhir: rumah. Aku mencoba untuk ikhlas mengakhiri perjalanan keluarga kecil ini, dan turun terlebih dahulu.

[Adriana mengetuk jendela tempat Sagam mengemudi]

Sagam:"Angel gak bisa dibangunin, kasihan juga kalau misalnya dibangunin masih nyenyak banget."

Adriana:"Gendong aja! "

Ucapan ku seperti doa ijabah langsung Sagam mengambil ranselnya dari bangku belakang membuka pintu Angel dan menggendong Angel seperti bagaimana impian terhadap Sagam."Titip ambilin handphone ku ya." Yee kebagian ambil handphone nya doank.

Sagam:" Kamu aku tinggal dulu ya."

Anggukkan ku,terus mematikan mobil mengambil handphone berserta kunci. Tanganku refleks membuka layar.

Gambar pertama yang muncul bukan

hanya mengejutkan, tapi mematahkan. Seorang perempuan dengan senyuman damai dan seorang anak di pangkuannya. Wallpaper. Itu wallpaper di HP Sagam. Dadaku sesak. Aku ini apa? Tarik nafas mu Adri, pastikan tidak ada yang melihat air mata mu.Tetap pada prinsip utama mu,Sagam punya kehidupan sebelum kedatangan mu jadi jangan terlalu ikut campur ke dalam hidup Sagam. Panggilan telepon ku langsung menelepon kak Tere.

Adriana:" Kamu sengaja nitipin Angel kesini! Atau kamu kira rumah ini tempat penitipan Anak? "

kak Tere :" Dri,boleh aku ngomong 4 mata? Kalau kamu enggak siap aku datang,disini bisa kok.Perlakukan aku layaknya kakak ya."

Ucap kak Tere lembut membuat aku luluh dalam diam dan air mata ku,aku mencoba menahan perasaan tertahan. Awalnya niatku untuk menghubungi kak Tere untuk melampiaskan amarah ku,ini malah jadi titik terendah ku.

Kak Tere:" Dri luruskan kalau penyampaian kakak salah terhadap kamu,selama ini tanggapan kakak ke kamu adalah seperti yang saat ini kakak ucapan. Kamu itu keras kepala Dri,kamu seolah-olah paling tersakiti, awalnya kamu tumbuh dengan kata tidak mau kalah, aku sebagai kakak mu tidak mempermasalahkan itu, kamu hebat! Kamu tidak menunjukkan pedihnya di tinggal Papa tapi makin hari... Dengan dukungan mama dan dunia kami terlupakan Dri,kami juga anak yang kehilangan Papa,dimana kami di letakkan selama ini makanya kamu lupa kami adalah Abang dan kakak mu?."

Panjang dan cukup rumit untuk menelaah ucapan kak Tere, tapi aku coba untuk menafsirkan ucapan satu persatu agar perdebatan ini tidak didengar oleh orang rumah.

Kak Tere:" Ucapan mu yang selalu merendahkan ku, disaat itu sakit hati,

Perasaan paling hina terlebih setelah aku

dan suamiku melakukan kesalahan fatal.

Harusnya, disaat kuliah ku terganggu dan hubungan ku dengan Mama rusak kau selaku adik bukan jadi hakim atau pun kompor Dri, kamu bisa jadi dukungan terhebat ku masa itu, disitu aku berharap kamu bilang ke aku.

'Kak aku menemani setiap langkah mu.' Tapi ini enggak, kamu nge-judge aku wanita murahan, wanita lemah iman ; lemah syahwat apalah dengan seribu bahasa kotor mu, aku diam kan! Kamu sendiri yang seolah kehilangan Papa Dri, terus aku ini apa? Aku menemukan sosok itu di suamiku Dri, jalan kami yang salah. "

Aku ingin membantah, tapi lidahku kelu. Kata-kata kak Tere seperti anak panah yang akhirnya tepat di tengah-tengah dadaku. Dulu aku menganggap dia lemah. Tapi sekarang, aku yang merasa seperti pengecut. Obrolan ini amat menjatuhkan egois ku, ternyata selama ini aku udah salah memperlakukan kakak ku, pantesan kak Tere selalu ngomong perlakukan ia sebagai kakak. Salah ku amat besar kepada ia,dia benar enggak cuman aku anak yang kehilangan Papa, kenapa kemarin aku kasar banget sama dia.

Adriana:[ Menggigit bibir dengan air mata tertahan]

Adriana:" Aku minta maaf ya kak, tolong... Aku sudah menerima ucapan itu sebagai karma ku. "

Kak Tere:" Kamu enggak sepenuhnya salah Dri, sikap dingin kakak buat kamu begitu. Kita buka lembaran baru ya. Ini aku sebagai kakaknya Adri yang bicara."

Adriana:" Datang lah kak, aku kasih kesempatan untuk mu kepada ku."

Panggilan telepon berakhir,aku langsung naik ke kamar mengabaikan siapa yang ada di hadapanku. Ternyata selama ini terlalu banyak orang yang sakit hati dengan ucapan ku,daging se iris mampu menusuk kalbu terdalam.

Entah berapa lama aku bersedih sampai kak Tere datang menepuk pundak ku,ia datang ketika aku menangis di ujung ranjang. Pelukan yang sudah lama hilang kembali dalam hitungan menit.

Kak Tere:" Maaf kan kakak ya dek."

Penuh air mata kak Tere memegang wajah ku,bagai mimpi di siang hari entah kebaikan apa yang ku perbuat Tuhan kembalikan kakak yang lemah lembut, kakak yang perhatian terhadap adek.

Pelukan hangat dari kak Tere mengurangi egois dihati, dagu ku menyatu hangat di bahunya. Tersadar aku pada pikiran lampau,kenapa dulu aku membenci dia? Kenapa tidak dari dulu seperti ini.

Adriana:" Kak, tetap seperti ini ya, Jangan ada motif lagi dibalik ini."

Kak Tere tak mampu berucap,ku rasa anggukan itu lebih tulus daripada seribu kata maaf. Tak ada yang menjadi saksi permintaan maaf adapun kami bertiga satunya Angel yang sedang tertidur.Jadi aku berharap ini permintaan yang paling tulus dari hati.

Adriana:" Enggak usah dibangunin,dia baru tidur. Oh iya kak aku mau kenalin kakak sama Sagam, calon adik mu."

Senyuman kak Tere begitu tulus,ia dan aku menuruni tangga, terhenti pada kedatangan Sagam pada kami berdua.

Sagam:" Aku mau keluar bareng teman?"

Adriana:" kenalin kakak aku."

Jabat tangan mereka untuk saling mengenal, ia tersenyum begitu juga dengan kak Tere.

Sagam:" Ibunya Angel? "

Kak Tere mengangguk kan kepala seraya tersenyum.

Sagam:" Angel malah mirip Tante nya ya ceriwis, Ibunya malah kelihatan kalem."

Kak Tere tertawa.Ini manusia ya senang banget ngebuli.

Sagam:" Eh. Aku udah buatin telur gulung buat Angel, untuk kamu juga udah."

Adriana:" Oke."

Langkah kami terhenti menunju dapur, melihat masakan dari sang penakluk cinta ku.

Ya dia handal juga dalam memasak.

kak Tere:" Sejak kapan dia tinggal di sini?"

Adriana:" Hemm semingguan kali."

Angel datang dengan wajah kantuknya langsung memeluk kak Tere, enggak kebayang saat si kecil diperut ini nanti melakukan hal yang sama pada ku.

Kak Tere:" ini uncle sudah masakin buat kita, emang kamu minta buatin sama uncle?"

Angel:" ia, uncle bawa aku kulineran juga."

Kak Tere tersenyum lembut, memeluk; mencium anaknya.

Kak Tere:" kamu nih ya merepotkan uncle."

Angel:" Ih mama , enggak...Om itu baik."

Kak Tere:" Kok panggil Om?"

Angel:" Ia, aku panggil Abang disuruh nya panggil Om. Katanya om teman nya onty kan."

Kak Tere:" Ia maksud nya mama kan panggil uncle aja,malah kamu panggil nya Abang lagi.Onty aja gak panggil Abang."

Kami tertawa, lugu nya anak itu menyadarkan aku bahwa jarak usia kami terlihat oleh kasat mata.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!