Sahara, si arwah penasaran yang sekarang sudah menjadi pendamping keluarga Darmawan masih harus terus berperang melawan para jin dan manusia yang masih ingin mengganggu keluarga itu.
Tapi sekarang dia tidak hanya di temani Rukmini atau Gandra saja, ada dua anaknya yang merupakan algojo yang mendampingi Dimas dan Kania yang terikat perjodohan darah. mereka adalah Argadana dan Anggadana.
Bintang dan Galuh juga masih terus membantu anak anak mereka agar bisa hidup dengan tenang dalam masa penyatuan perjodohan itu.
mampukah Sahara dan kedua anaknya melindungi keluarga Darmawan terutama Dimas dan Kania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beraktifitas kembali
"Aku malas kerja kalau lihat kamu begini" keluh Dimas yang nyaman memeluk Kania di depan meja rias. Menatap istrinya dengan rambut setengah basah yang tergerai, hanya Dimas yang bisa menikmati itu di dalam kamar karena Kania akan berhijab saat keluar kamar.
"Kamu sudah libur dua hari dari sejak kita pulang kak, kak Gibran terus menelepon tuh" ucap Kania menunjuk handphone miliknya.
"Masih saja panggil kakak, panggil mas atau sayang" bujuk Dimas
"iya, pelan pelan mas Dimas"
"Pelan pelan atau lebih suka cepat?" goda Dimas.
"Kak Dimas ih, dasar mesu*!" rengek Kania
"Nggak apa apa, aku begini hanya di depan kamu saja kan" ucap Dimas
Tok. Tok. Tok.
"Siapa?" tanya Dimas
"Saya bi Sumi den, itu di luar ada teman teman den Dimas katanya mau jemput kerja" jawab Sumi
"Iya bi, saya akan keluar, sebentar lagi" jawab Dimas menghela nafasnya panjang
"Lihat tuh, mas sudah di jemput, padahal kantornya di depan rumah" ledek Kania
"Teman laknat memang, mereka nggak bisa lihat aku senang" gerutu Dimas kembali memeluk Kania
"Ayo turun, nanti mama protes karena menantunya telat sarapan" ajak Kania
"Rumah sepi karena si kembar pesantren, makanya mama jadi cari kamu terus, anaknya di lupakan" keluh Dimas
"Yang penting kan kita masih bisa berduaan saat di kamar kak, eh mas" jawab Kania
Cup.
"Vitamin Dimas" bisik Dimas mengecup bibir Kania lalu menuntun nya keluar karena Kania sudah memakai hijabnya.
Saat sampai di ruang makan, teman teman Dimas dengan tidak berdosanya hanya nyengir kuda sambil menyendokkan nasi ke mulut mereka. Bahkan isi piring Gibran sudah hampir habis tapi dia tidak malu menambah lagi.
"Lo nggak makan di rumah bang?" tanya Dimas yang sekarang memanggil Gibran dengan sebutan Abang
"Nggak, tadi gue di tarik si Panji, Gilang dan Restu, di luar juga ternyata ada Sadam, mereka culik gue" jawab Gibran
"Kalian nggak pada kerjaan memangnya?" tanya Dimas melirik Sadam dan Gilang karena mereka punya pekerjaan masing-masing.
"Aku mau buka warung kopi di samping bengkel kamu Dim" jawab Sadam sopan
"Gue mau buka warung makan sama Listiani di samping warung kopi Sadam" jawab Gilang
"Lo berdua memangnya di ijinkan papa?" tanya Dimas heran
"Tentu saja" jawab Bintang yang sedang menikmati kursi pijat yang di belikan Gilang dan Sadam dengan cara patungan.
"Cih.. Sudah ku duga, harga kursi itu bahkan lebih mahal dari penghasilan Lo berdua nanti, kenapa malah kasih papa itu?" tanya Dimas
"Buat sogokan lah, nanti kan kalau kami buka warung di sana, otomatis banyak yang beli dan uang itu akan kembali lagi" jawab Gilang enteng
"Ada ustadz nyogok orang biar bisa dapat ijin buka warung kopi" ejek Panji
"Itu hanya sekedar perhatian Sadam pada Om Bintang, Om Bintang kan sibuk di kebun dan berjalan kesana kemari pasti gampang lelah, itu untuk meringankan tugas Tante Silvia juga, iya kan Om?" tanya Sadam
"Benar sekali, kamu memang sangat perhatian pada Om dan Tante" jawab Bintang
"Mama mau coba pa" ucap Silvia
"Iya sekarang giliran mama" ucap Bintang
"Makan dulu pa, nanti pindahkan Kursinya ke ruang keluarga" ucap Dimas
"Tidak, ini akan di simpan di kamar papa, ini khusus untuk papa dan mama saja" jawab Bintang
"Astagfirullah" gumam Dimas dan Gibran sementara yang lain malah tertawa
Selesai sarapan, mereka langsung berangkat ke bengkel, terhitung sudah hampir satu Minggu Dimas tidak masuk kerja sejak ke kampung Ciremai, dan sekarang dia melihat ada beberapa motor dan satu mobil di dalam bengkelnya.
"Ini motor dan mobil pelanggan?" tanya Dimas
"Iya kemarin kita sudah mau tutup dan mereka masuk, jadi kami minta mereka hari ini ke sini lagi dan kendaraan mereka di tinggalkan untuk di perbaiki" jawab Gibran
"Ini catatan kerusakan kendaraan kendaraan itu, ada yang harus ganti ban, rantainya sudah sering lepas katanya, terus mobil itu mogok terus, sama satu lagi itu motor katanya nggak bisa naik di tanjakan" jawab Panji
"Itu yang paling parah dim, ban gundul, jok bolong, stangnya keras katanya sama sering tiba tiba mesinnya mati" tunjuk Restu pada satu motor yang terlihat kotor.
"Mereka minta di perbaiki semuanya? Udah DP?" tanya Dimas
"Hanya satu orang yang sudah DP, yang punya mobil" jawab Gibran
"Perbaiki mobil dulu kalau begitu, soalnya kita belum deal sama yang punya motor, takutnya kita perbaiki mereka malah nolak sama harganya" ucap Dimas
"Yang punya mobil ini cewek Dim, gayanya sombong pengen gue cubit bibirnya" adu Panji
"Pengen Lo cubit apa pengen Lo cipok?" sinis Restu
"Cubit lah, cipok mah gue udah punya istri sekarang, mana dia semakin hot saja saat di rumah, rumah gue sekarang nggak dingin lagi" jawab Panji sombong
"Anjir Lo! Lo ngeledek gue karena Resti lagi ke rumah orang tuanya" kesal Restu
"Gue cuma berbagi kebahagiaan gue sama kalian" jawab Panji cuek.
"Nggak perlu!" balas semuanya tertawa
"Lihat tuh pebisnis kuliner kita, mereka sudah sibuk aja mau bangun kios di samping bengkel ini" ucap Gibran
"Biarkan saja , mereka sedang anteng dengan dunia mereka, gue senang kita masih bisa ngumpul begini" ungkap Dimas
Sudah setengah jam mereka mengecek kondisi mobil itu, Dimas juga sudah melakukan tes dan mesin sudah menyala dengan baik, hanya tinggal masalah rem karena sepertinya remnya sedikit longgar.
"Permisi" sapa seorang perempuan berambut sebahu dengan rok mini berdiri di depan Dimas yang sedang memeriksa rem mobil itu.
"Eh neng cinta, mau ambil mobilnya ya? Sedang di cek rem nya dulu, di perbaiki" ucap Restu sopan.
"Oh, kira kita lama nggak ya, soalnya saya harus ke tempat syuting" ucapnya sombong
"Tidak akan lama ko, tunggu saja" jawab Gibran malas
"Selesai, Ji, coba Lo nyalain mesinnya dan tes mobilnya di jalan, apa remnya sudah pakem" ucap Dimas keluar dari bawah mobil cinta
Cinta tertegun, itu pertama kalinya dia melihat Dimas karena dia adalah warga baru kampung Curug, lebih tepatnya seorang artis yang akan syuting di kampung itu.
"Oh my God, you handsome sekali, siapa namanya?" tanya perempuan itu tersenyum manis
"Giliran sama yang modelan Opa Opa Korea dia malah ramah" sinis Panji
"Produk lokal seperti kita hanya laku sama bule Ji" ucap Restu terkekeh
"Bulepotan kan maksud Lo" ledek Gibran
"Ko kamu diam saja sih? Namanya siapa?" tanya Cinta
"Saya Dimas rekan kerja di bengkel ini, mobil Anda sudah saya perbaiki, ini nota pembayaran yang harus anda bayar" jawab Dimas yang sudah selesai mencatat onderdil apa saja yang harus di bayar Cinta
"Suara kamu juga bagus sekali, kenalkan namaku Cinta, kamu pasti sering lihat aku kan?" tanya Cinta percaya diri
"Maaf tapi saya tidak kenal" jawab Dimas membuat teman temannya tertawa
"Kamu pasti cuma pura pira nggak tahu saja kan, sebenarnya kamu penggemar aku" ucap Cinta
"Saya itu penggemar ustadzah Oky Setiana Dewi" jawab Dimas
"Bohong banget, kamu berhasil buat aku perhatiin kamu, kamu jangan jaim begitu dong" bujuk Cinta tapi Dimas hanya cuek memeriksa motor motor di sana.
"Neng Cinta, mobilnya sudah beres, sudah tidak akan mogok lagi dan juga sudah di bersihkan" ucap Panji memberikan kunci mobil Cinta
"Cih, sombong banget sih jadi cowok, lihat saja kamu pasti akan minta tanda tangan aku besok" sinis Cinta lalu membayar ongkos perbaikan itu dan pergi dari sana.
"Itu artis sinetron Dimas masa Lo nggak kenal, Cinta Maharani" ucap Gilang duduk di samping Dimas
"Aduh, istriku penggemarnya dia, Harusnya tadi aku minta tanda tangan" ucap Sadam
"Gue bukan penggemar sinetron, gue penggemar Drakor setelah Kania paksa gue temani dia begadang" jawab Dimas
"Begadang yang bikin enak pasti" ledek Gibran
"Abang tahu saja sih" goda Dimas mengedipkan matanya
"Tapi asli loh dim, gue rasa cinta tertarik sama Lo" ucap Restu
"Tapi gue nggak tertarik sama dia, hanya Kania ya ada di pikiran gue, mata gue dan hati gue" ungkap Dimas
"Hueek.. Hueek.." aduh, anak Sahara nggak bisa di gombalin padahal Sahara suka" keluh Sahara yang tiba tiba saja ada di belakang Dimas
"Jelangkung Sahara, datang tak diundang pergi tak di antar" ledek Gibran
semangat othor/Determined/