Mengejar Cinta Sang Idola

"Gue harus melacak siapa yang diam diam mengikuti gue dan Arvin hingga berhasil mengambil foto gue diam-diam," monolog Freya pada dirinya sendiri.

Gadis itu sangat yakin orang itu sengaja memosting hal itu agar memancing kekacauan yang terjadi saat ini. Dikarenakan sejak postingan itu muncul masalah datang satu persatu. Dan Freya curiga ini pasti ada kaitannya dengan Ryan.

Gadis itu ingat, ia punya tetangga teman masa kecil di kampungnya yang jago soal meretas sosmed. Gadis itu pun menelpon Ikmal, temannya itu.

"Halo, tumben ko nelpon gue," ucap Ikmal diseberang sana.

"Lo pasti udah tau kan masalah yang melibatkan gue. Nah gue minta tolong donk buat cari tau siapa orang yang memosting foto gue dan Arvin. Juga postingan-postingan lain yang terkait hal itu. Soalnya itu akun baru. Dan gue curiga ada yang sabotase hal itu," ucap Freya serius.

"Yee kebiasaan banget. Giliran ada maunya baru hubungi. Berani bayar berapa?" ucap Ikmal lagi. .

"Dih pelit amat ma gue," ucap Freya dengan nada dramatis yang dibuat-buat.

"Iya-iya, bercanda kali Frey, nanti kalo ada hasilnya gue hubungi lo," ucap Ikmal.

"Nah gitu donk, makasih babang Ikmal ganteng," ucap Freya dengan sumringahnya.

Panggilan itupun terputus, dan kini gadis itu mulai berpikir serius. Namun, tiba-tiba saja ia melihat sekilas bayang-bayangan hitam di jendela. Gadis itu pun lansung ke arah jendela untuk memastikan.

Freya kebingungan, tidak mungkin kan kalo manusia, soalnya apartemennya ini di lantai lima. Bagaimana bisa seseorang bisa melayang begitu saja, kecuali kalo ia manjat. Karena memang terdapat rooftop kecil tepat didepan jendela bagian kamarnya. Namun setelah gadis itu menunduk tidak ada bekas tangga atau sejenisnya. Kalau manjat manual tanpa bantuan alat sepertinya mustahil.

Tidak lama kemudian ia menerima pesan dari nomor asing. "Jangan sok menjadi pahlawan atau kamu akan menyesal!!!"

Kemudian nomor itu mengirim pesan suara. Dengan pelan pelan Freya membuka pesan suara itu dan matanya membulat mendengar itu. Itu bukan suara manusia, tetapi seperti suara pisau yang bergesekan

Freya menelpon nomor asing itu, namun tidak aktif. Dan ternyata nomor itu telah memblokirnya. 'Sial, siapa sih yang neror gue. Gue kira setelah pengakuan Arvin kemarin tidak akan ada lagi neror gue,' batin Freya.

Ia menjadi curiga kalo itu ada hubungannya dengan Ryan. Dan dia yakin bayangin tadi itu merupakan orang yang menerornya. Orang itu begitu cerdik sehingga tidak meninggalkan jejak apapun. Ia harus mulai waspada, sewaktu-waktu orang itu bisa mengawasinya. Ide cemerlang pun sepintas terlintas di otak cantik gadis itu. Gadis itupun tersenyum senang akan rencananya.

Lain halnya dengan Arvin, cowok itu masih saja terus melamun. Dia sudah mengetahui bahwa dirinya diberhentikan dan telah tergantikan. Bahkan beberapa client lain seperti pihak endorse dan pemotretan pun dibatalkan sepihak oleh client. Dirinya sudah tidak memiliki pekerjaan lagi. Sosmednya juga dipenuhi hujatan-hujatan Tetang wartawan yang dihajarnya.

Ia tak sadar hampir merenggut nyawa seseorang karena orang itu telah menjelek-jelekkan Freya. Namun, Freya sendiri ternyata mempermainkannya bahkan memanfaatkannya.

Andai saja ia tidak kenal dengan Freya, andai saja ia tidak dengan mudahnya menaruh hati kepada gadis licik itu. Pasti karirnya akan baik-baik. Sekarang bukan cuma karirnya yang hancur tapi hatinya juga hancur lebur.

Tak lama kemudian Freya masuk ke apartemennya. Ya gadis itu memang memiliki akses keluar masuk ke apartemen itu karena Arvin yang telah memberitahukan pin nya.

"Saya ingin resign karena anda sudah tidak berguna lagi menjadi mesin ATM saya. Saya sudah mendapatkan incaran baru, tetapi saya ingin selama saya masih tinggal di Jakarta apartemen yang saya tempati sekarang masih bisa saya tempati sampai saya pergi dari kota ini," kata gadis itu sambil melemparkan surat resign yang telah dibuatnya ke wajah Arvin tanpa sopan santun.

Arvin tersenyum sinis mendengar itu, kini tabiat asli gadis itu sudah terlihat. Freya memang benar-benar gadis licik yang tidak mau rugi sama sekali. Bahkan perkara apartemen saja, ia tidak mau rugi. Namun Arvin tetap menyetujui hal itu, hitung hitung sedekah kepada orang yang serakah.

"Kenapa sekalian tidak mendaftar casting aja. Gue yakin seratus persen lo akan lolos, soalnya lo sangat pandai dalam hal akting. Gue aja yang udah lama menggeluti dunia itu kalah sama akting lo yang kelihatan natural. Sampai-sampai gue tertipu dengan akting wanita iblis seperti lo," ucap Arvin sambil tersenyum sinis dan berniat pergi meninggalkan Freya yang sedang berdiri mematung.

"Maaf tuan Arvin Mahardika, bukankah anda juga sudah menipu saya. Anda juga berpura-pura mencintai saya, sampai saya tidak bisa membedakan mana yang palsu dan nyata. Dan anda melakukan itu karena memanfaatkan saya untuk ketenaran anda juga kan. Anggap itu semua impas," ucap Freya dan pergi dari ruangan itu.

'Andai saja lo tahu gue tidak pernah berpura-pura mencintai lo. Gue masih sangat mencintaimu ko bahkan sampai detik ini. Gue lakukan semua itu demi melindungi lo. Namun ini balasan yang gue dapat. Gue emang manusia bodoh,' batin Arvin dan menatap nanar Freya yang sedang melangkah pergi.

***

"Ini gue tidak salah baca kan, dia meminta kerjaan di gue dan berhenti di Arvin," ucap Ryan pada dirinya sendiri. Ya, cowok itu baru saja menerima pesan dari Freya.

'Kasih gue kerjaan donk Yan. Gue udah resign dari Arvin. Dia udah gak berguna lagi, semua client memutuskan kerjasama dengannya secara sepihak. Gue butuh duit nih,'

Ryan tersenyum sinis melihat pesan itu. Akhirnya Arvin benar-benar hancur. Bahkan cowok itu berkali-kali lipat hancur, karena bukan cuma karirnya yang hancur tapi perasaannya juga hancur.

Ryan susah mengetahui bahwa selama ini Freya tidak benar-benar mencintai Arvin, dia hanya ingin memanfaatkan cowok itu untuk menambah biaya pernikahannya.

Ryan tanpa berpikir panjang lansung mengiyakan permintaan Freya. Cowok itu lansung memecat manajernya begitu saja dan mengangkat Freya menjadi manajernya. Menurutnya, karirnya akan naik drastis jika Freya ada bersamanya. Ia sudah melihat bagaimana gigihnya cewek itu membujuk para client agar bekerja sama dengan Arvin. Dan gadis itu pasti akan melakukan hal yang sama saat ia kerja dengannya. Mengingat ia tidak memiliki cacat apapun di dunia entertainment seperti kasus Arvin.

'Akhirnya hari ini datang juga. Kehancuran Arvin Mahardika datang juga, dan kejayaan Ryan akan segera datang,' batin Ryan sambil tersenyum sinis.

Sedangkan Freya di seberang tersenyum penuh arti melihat respon Ryan. 'Target sudah masuk jebakan, sebentar lagi permainan akan dimulai,' batin Freya.

Sebenarnya gadis itu sakit hati dengan ucapan Arvin tadi. Apalagi Arvin telah mempermainkannya, namun ia tidak tega meninggalkan cowok itu dalam keadaan hancur. Ia berjanji akan memperbaiki karir cowok itu lagi dan memperbaiki nama baiknya. Setelah itu, ia akan pergi jauh dari kehidupan Arvin dan berdamai dengan perasaannya.