Ribuan tahun sebelum other storyline dimulai, ada satu pria yang terlalu ganteng untuk dunia ini- secara harfiah.
Rian Andromeda, pria dengan wajah bintang iklan skincare, percaya bahwa tidak ada makhluk di dunia ini yang bisa mengalahkan ketampanannya- kecuali dirinya di cermin.
Sayangnya, hidupnya yang penuh pujian diri sendiri harus berakhir tragis di usia 25 tahun... setelah wajahnya dihantam truk saat sedang selfie di zebra cross.
Tapi kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari absurditas. Bukannya masuk neraka karena dosa narsis, atau surga karena wajahnya yang seperti malaikat, Rian malah terbangun di tempat aneh bernama "Infinity Room"—semacam ruang yang terhubung dengan multiverse.
Dengan modal Six Eyes (yang katanya dari anime favoritnya, Jujutsu Kaisen), Rian diberi tawaran gila: menjelajah dunia-dunia lain sebagai karakter overpowered yang... ya, tetap narsis.
Bersiaplah untuk kisah isekai yang tidak biasa- penuh kekuatan, cewek-cewek, dan monolog dalam cermin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon trishaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berlatih Dengan Gojo Satoru
Seperti ditampar oleh buku kedokteran setebal 1.000 halaman, Rian akhirnya menyadari sesuatu, hal sepele, tapi penting, dan sama sekali luput dari pikirannya.
Namun berkat Six Eyes yang bekerja real-time, kebenaran itu langsung menghantamnya tanpa ampun.
Rian menghela napas panjang dan berat. Tatapannya berubah datar saat dia menutup panel Status Atribut.
“Laki-laki tampan ini… sejujurnya tidak ingin bolak-balik keluar rumah,” gumam Rian dengan wajah letih, tangan kanan memegang kening. “Padahal rencanaku delapan hari ke depan adalah… perawatan wajah.”
Dengan kata lain, meskipun Rian sudah memiliki Six Eyes dan secara teori, Teknik Bawaan Limitless seharusnya sudah otomatis “terinstal” di otaknya, nyatanya, dia belum benar-benar tahu cara menggunakannya secara langsung.
Ibaratnya, Rian belajar nyetir mobil dari internet: semua teori, gigi mundur, rem tangan, stir, kopling, semuanya hafal. Tapi... begitu nyoba didunia nyata- baru masuk gigi mundur, udah nabrak tiang.
Namun, di tengah kekecewaan, sebuah ide jenius muncul.
Rian segera mengakses Toko Sistem, membeli perlengkapan perawatan wajah level advance. Tidak lupa, Rian juga beberapa ransum militer dan air mineral.
Setelah membeli yang diperlukan, dengan tekad yang baru terbentuk, Rian melangkah keluar dari rumah.
Tujuannya: Rumah Pelatihan.
Di sanalah Rian akan berlatih mengaktifkan Limitless, sambil melakukan perawatan wajah, dan menginap selama delapan hari penuh.
Dengan langkah mantap dan hati yang sedikit pasrah, Rian pun menutup pintu rumahnya.
***
Di tengah ruangan berdinding putih dari segala arah: atas, bawah, kiri, kanan, depan, dan belakang, Rian sedang menyusun skenario pelatihan, memilih lawan sparing dan mengatur latar tempat.
Setelah menempuh perjalanan singkat yang tidak memakan waktu sehari, Rian akhirnya tiba di Rumah Pelatihan, dan langsung menyewanya untuk delapan hari ke depan.
Biayanya: 800 Poin Sistem, tidak mahal bagi Rian yang masih memiliki cukup banyak Poin sistem.
Begitu Rian menekan tombol "Setuju", pemandangan di sekelilingnya berubah drastis. Ruangan hampa itu menjelma menjadi arena terbuka bertanah coklat, dikelilingi pilar-pilar marmer putih menjulang di batas lapangan.
Sepuluh meter di hadapannya, berdiri sosok yang sangat familiar: seorang pria berambut putih acak, mengenakan kemeja putih dan jas hitam. Mata biru cerahnya menatap tajam ke arah Rian. Tak salah lagi: Gojo Satoru.
Di sekeliling laki-laki itu, Rian dapat melihat partikel-partikel energi berkedip samar, membentuk semacam kubah tak kasatmata yang menyelimuti tubuhnya. Sekilas, distorsi visual menyerupai glitch tampak muncul dan lenyap.
Rian menatap pemandangan itu penuh antusias.
"Oh... Jadi Limitless: Infinity wujudnya seperti itu, ya?" gumam Rian, mata berkilat. "Ternyata tidak sulit..."
"Kalau begitu, tinggal pelajari Blue dan Red, ya? Tapi lebih baik perdalam Blue terlebih dahulu," ujar Rian sambil tersenyum percaya diri. "Ayo kita mulai, laki-laki tampan ini sudah siap!"
Begitu kalimat itu selesai, tubuh Gojo Satoru menghilang dari tempatnya berdiri, dan tiba-tiba saja muncul tepat di depan Rian.
BUK!
Satu pukulan telak menghantam dada Rian.
"Ugh... Khak!"
Darah menyembur dari mulutnya, napas terhenti sesaat, dan dunia di sekitarnya berputar. Rasa nyeri menyebar, semua tulang rusuknya benar-benar retak.
Namun Gojo belum selesai. Tangan kirinya mencengkeram bahu Rian, menariknya ke depan, dan pukulan berikutnya mendarat.
BUAK!
Kali ini bukan pukulan biasa, melainkan serangan Blue, diperkuat oleh Cursed Energy.
Dada Rian hancur, berlubang tembus hingga ke punggung. Darah memuncrat ke tanah cokelat, mewarnai lapangan pelatihan.
Gojo Satoru melepaskan cengkeraman dari bahu Rian.
Tubuh Rian jatuh berlutut. Matanya terbuka lebar, kosong, tak percaya pada apa yang baru saja terjadi. Dalam hitungan detik, Rian pun ambruk ke tanah, tak bergerak.
Sekitar mereka seketika memudar, digantikan oleh ruangan putih bersih serba terang, ruang simulasi.
Di tengahnya, Rian berdiri terengah, satu tangan menekan dada, napasnya berat, dan keringat dingin membasahi pelipis. Meski yang Rian dapat luka virtual, tetapi sensasi masih terasa sangat jelas.
"Dua pukulan...?" gumam Rian lirih, ekspresi tercampur antara tidak percaya dan kesal.
"Laki-laki tampan ini langsung tumbang hanya dengan dua pukulan?" kata Rian, mengingat dengan jelas, "Padahal kekuatan Gojo sudah aku sesuaikan agar setara."
Rian menarik napas panjang, mencoba menenangkan degup jantung yang masih kacau. Pandangannya jatuh ke tangan kanan, gemetar samar, karena sedikit trauma.
"Yah... Setidaknya, laki-laki tampan ini sekarang mengerti," ujarnya pelan. "Konsep Blue sudah masuk ke dalam kepala ini."
"Menurut data, Cursed Technique Lapse: Blue adalah bentuk lanjutan dari Limitless, teknik ekstensi yang kuat dan diwariskan dalam Klan Gojo," gumam Rian, matanya masih menatap telapak masih tangan.
Di dalam benaknya, Rian kembali mengulas konsep Blue.
Blue adalah penerapan ekstrem dari Limitless, di mana ruang dikompresi hingga ke titik konvergensi tak terhingga, menciptakan efek seperti kekosongan mutlak. Sebuah lubang di ruang itu sendiri.
Teknik ini bekerja dengan memperkuat Limitless menggunakan energi kutukan negatif.
Hasilnya adalah kekosongan yang memaksa dunia di sekitarnya untuk ‘mengoreksi’ ketidakseimbangan itu, menarik segala materi ke titik pusat yang ditentukan.
Namun, Blue memiliki kekurangan fatal, yaitu sangat sulit dikendalikan. Teknik ini menuntut manipulasi energi dengan penuh presisi.
Terlebih, menyalurkan energi kutukan dalam jumlah besar secara terus-menerus dapat menguras stamina pengguna dengan sangat cepat.
Didorong oleh rasa akan penasaran, Rian memutuskan untuk mencoba.
Rian mengangkat tangan, lalu mengeluarkan Knight Killer dari Void Ring dengan satu pikiran. Belati itu jatuh dan berdenting pelan di lantai putih bersih yang kosong.
"Cursed Technique Lapse: Blue," gumam Rian pelan, menyebutkan nama tekniknya dengan nada setenang mungkin.
Dalam sekejap, dalam jangkauan Limitless-nya, Rian menjadikan Knight Killer sebagai target, dan telapak tangan kanannya sebagai titik konvergensi.
Rian menciptakan skenario di mana dunia harus mengoreksi dirinya sendiri, menghasilkan kekosongan yang menarik semua materi ke arah titik pusatnya.
Knight Killer yang sebelumnya tergeletak di lantai, perlahan terangkat dan melayang, lalu jatuh tepat ke genggaman tangan kanan Rian.
Ia menarik napas dalam-dalam, sedikit kelelahan. “Rumit juga ternyata,” gumamnya pelan. “Susah-susah gampang, ya.”
Ia memiringkan kepala dan mengusap peluh tipis di pelipis. “Aish... bahkan kontrolnya harus nyaris sempurna. Untung saja laki-laki tampan ini cepat beradaptasi. Kalau tidak… bisa lebih merepotkan.”
Setelah menghela napas sekali lagi, Rian menatap belati di tangannya, lalu menyimpannya kembali ke dalam Void Ring.
“Kalau begitu… tinggal coba Maximum Output,” kata Rian dengan nada penuh rasa ingin tahu.
“Laki-laki tampan ini penasaran… sebesar apa output-nya kalau hanya punya 23 poin INT?” pikir Rian, dilingkupi rasa penasaran yang perlahan tumbuh menjadi obsesi kecil.
Tanpa ragu, Rian kembali mengatur ulang ruang simulasi Rumah Pelatihan. Dalam sekejap, ruang putih itu berubah menjadi medan lapang dengan tanah coklat dan pilar-pilar marmer putih mengelilinginya.
Ini adalah tempat yang sama, ketika Rian melawan Gojo Satoru sebelumnya.
Namun kali ini, Gojo tidak ada. Di hadapan Rian berdiri sebuah batang kayu besar, kokoh, tegak. Target sempurna untuk menguji kekuatan Maximum Output: Blue.
Di tengah lapangan simulasi, Rian mengangkat tangan kanannya.
“Phase."
"Twilight."
"Eyes of Wisdom."
"Cursed Technique Lapse - Maximum Cursed Energy Output: Blue.”
Seketika, udara mendistorsi. Sebuah bola energi berwarna biru terang muncul di udara, berputar pelan namun memberi tekanan luar biasa.
Diameternya sekitar tiga puluh sentimeter, tak terlalu besar, namun cukup untuk membuat batang kayu di hadapannya bergetar hebat.
Dalam hitungan detik, terdengar suara retakan. Tanah di bawah kayu merekah ditarik ke satu titik, bersamaan dengan batang kayu tersebut.
“Hanya segini… tapi efeknya lumayan,” gumam Rian dengan senyum tipis, napasnya sedikit berat.
Dengan satu ayunan tangan, laksana gerakan tari yang ringan namun penuh ketegasan, bola biru terang, sepenuhnya terbentuk dari energi murni, meluncur di atas tanah cokelat, menyusuri lapangan pelatihan dalam garis lengkung yang indah namun mematikan.
Dalam sepersekian detik, bola itu menghantam salah satu pilar marmer putih yang berdiri kokoh di batas lapangan.
BUUM!
Sebuah lubang menganga tercipta pada titik tumbukan. Retakan merambat liar seperti guratan petir di permukaan pilar.
KRRAAKK!
Pilar itu ambruk, hancur menjadi reruntuhan dalam dentuman yang menggetarkan udara. Kemudian, reruntuhan itu ditarik ke satu titik konvergensi.
Rian, dengan tangan kanannya masih terulur, mengatur arah bola biru tersebut seperti sedang memainkan mainan berbasis kendali jarak jauh.
Bola itu sempat melayang ke atas, lalu perlahan menghilang begitu Rian memutus pasokan energi. Reruntuhan pilar marmer hancur lebur, menyisakan debu-debu yang berjatuhan.
Seketika, sunyi kembali merayap. Hanya sisa kehancuran yang membuktikan bahwa sesuatu yang luar biasa barusan terjadi.
Rian langsung terduduk di atas tanah, napasnya terengah dan keringat dingin membasahi pelipis. Wajahnya jelas menunjukkan kelelahan yang tidak main-main.
"Jadi... laki-laki tampan ini... sudah mencapai batas?" gumamnya pelan, nyaris seperti keluhan seorang seniman yang kehabisan tenaga setelah menyelesaikan karya besar.
btw si Rian bisa domain ny gojo juga kah?