Aku tidak pernah tahu tentang bagaimana akhirnya. Mencintaimu adalah sesuatu tanpa rencana yang harus kutanggung segala konsekuensinya. Jika di izinkan Tuhan untuk bersama, aku bahagia. Tapi jika tidak, aku terima meski terluka. -Alea-
**
Hamil diluar nikah memang sebuah aib, tapi kenapa harus perempuan yang menanggung lebih banyak sikap dan penilaian buruk dari setiap orang.
Lalu, bagaimana dengan Alea? Dia hamil oleh kekasihnya, tapi tidak mendapatkan tanggung jawab dari pria yang telah menodainya.
Di hari pernikahan, Alea harus menerima jika dia harus menikah dengan Rean, suami pengganti untuknya. Kakak dari pria yang membuatnya hamil.
Lalu, pernikahan seperti apa yang akan dia jalani?
Aku hanya suami pengganti untukmu, kau harus pergi dari kehidupanku setelah bayi ini lahir. -Rean-
Bisakah aku memperjuangkanmu sebagai suamiku? -Alea-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tangisan Yang Sia-sia
Waktu boleh berlalu cepat, tapi sepertinya tidak ada yang berubah jika seseorang hanya menantikan kesembuhan atas seseorang yang dia cintai. Sudah 3 bulan berlalu sejak hari dimana Alea mengalami kecelakaan. Bahkan belum ada perubahan, namun Rean tetap setia menemaninya.
Acara tahun baru pun, dia lewati di rumah sakit. Tahun baru kali ini adalah yang terburuk bagi Rean. Karena dia harus melihat perempuan yang dicintainya terbaring lemah.
Tentang Riska, dia sudah dijatuhi hukuman. Meski banyak mengelak atas semua tuduhan, tapi semua bukti yang Rean miliki sudah cukup untuk membuatnya masuk penjara.
Sementara selama 3 bulan ini, Athan selalu datang dan ingin melihat Alea. Namun, tidak pernah berhasil karena Rean yang selalu menetapkan penjagaan yang ketat jika dia pergi ke Kantor sekalipun.
Athan sudah pasti tidak bisa masuk.
Pulang bekerja dan berangkat bekerja dari ruangan rumah sakit ini. Rean tidak mengeluh sama sekali, dia hanya mengeluh tentang istrinya yang belum sadar hingga saat ini. Rean hanya terus berdoa agar Alea segera sadarkan diri dan segera pulih kembali.
Pintu yang terbuka membuat Rean menoleh, dia melihat Arina yang masuk dengan adik sepupunya. Anak dari kembaran Ibunya, ya, Arina dan Arian kembar, karena mereka memang mempunyai gen dari Ibunya yang juga kembar.
"Kak, bagaimana? Apa sudah ada perkembangan?" tanya Arina.
Rean menggeleng pelan, terlihat lesu dan sayu. Entah sampai kapan akan menunggu istrinya ini sadarkan diri. Rean yakin, jika Alea akan bertahan dan kembali padanya. Meski mungkin tidak akan mudah.
"Kak Rean yang sabar ya, semoga istri Kak Rean segera sadar" ucap Sofi.
"Iya Sofi, terima kasih"
"Kak, Tante tadi telepon aku dan meminta Kakak untuk pulang. Sebaiknya kamu kembali dulu, biarkan aku yang menjaga Alea disini" ucap Arina.
Rean menghela napas pelan, bukan dia tidak mau pulang apalagi ini perintah dari Ibunya. Tapi, Rean masih belum ingin bertemu dengan Athan. Sejak saat itu, Athan belum bisa menemui Alea karena Rean selalu menjaganya, dia selalu menempatkan pengawal jika dia pergi bekerja pun. Tidak membiarkan Athan masuk dan melihat istrinya. Rasa kecewanya pada dia masih terlalu besar.
"Cepatlah pulang Kak, kasihan juga Tante karena terus berharap kamu bisa pulang sebentar dan beristirahat. Tubuh kamu sudah kurus kering begini, berbeda sekali dengan Kak Rean yang aku kenal" ucap Arina dengan sedikit mendorong tubuh Rean menuju pintu keluar.
"Pokoknya aku yang akan menjaga Alea, kalau ada apa-apa, aku juga pasti akan hubungi kamu"
Akhirnya mau tidak mau, Rean pergi pulang ke rumah orang tuanya malam ini. Ketika mobil sudah terparkir di halaman rumah, Rean merasa ragu untuk turun. Dia diam beberapa saat setelah mematikan mesin mobil, sebelum akhirnya membuka sabuk pengaman dan turun.
Langkah kaki terasa berat untuk dia masuk ke dalam rumah ini. Bukan dia benci rumah yang menjadi tempat masa kecilnya hingga dewasa. Tapi, Rean masih belum siap untuk bertemu dengan Athan.
"Rean, akhirnya kamu datang juga, Nak. Ayo duduk" Ibu Yulita langsung menyambutnya dengan penuh senyuman, membawa Rean untuk ikut bergabung di ruang tengah. "Bagaimana keadaan Alea? Apa sudah ada perkembangan? Hari ini Ibu tidak bisa datang kesana, Ibu ada kesibukan"
"Tidak papa Bu, keadaan Alea masih sama saja. Belum ada perubahan" jawab Rean dengan suara rendah.
Ibu Yulita mengelus punggung anaknya, bisa melihat serapuh apa Rean saat ini. Bahkan ini jauh dari penampilan Rean yang dulu.
"Pokoknya kamu yakin saja, Alea pasti akan sembuh"
"Iya Bu, aku yakin jika Alea akan sembuh"
Suara langkah kaki membuat Rean menoleh, itu adalah Athan yang datang menghampiri mereka. Rean langsung memalingkan wajahnya. Sudah menunjukan bahwa dia menatap wajah adiknya saja, sudah malas.
"Rean, Kayla akan kembali besok. Dia ingin mencoba untuk menangani Alea, semoga bisa. Dia sudah menjadi Dokter terbaik di Luar Negara, semoga bisa menemukan cara untuk membuat Alea kembali pulih" ucap Papa Chris.
Kayla adalah saudara jauh dari Rean, tidak terlalu dekat karena pindah ke Luar Negara sejak dia kuliah. Dan sudah lama juga Rean tidak bertemu dengannya.
"Dia sengaja akan kembali?"
"Em, orang tuanya yang sengaja ingin berlibur disini. Ketika tahu kamu sudah menikah, mereka juga kaget, dan mereka ingin menjenguk Alea juga. Papa sudah jelaskan keadaannya"
"Ah, baiklah"
Athan duduk disamping Ayahnya, melirik Kakaknya yang sejak tadi bahkan tidak melirik sedikit pun padanya.
"Izinkan aku melihat keadaannya"
Rean langsung menatap tajam pada Athan, rahangnya mengeras menunjukan kemarahan yang besar. "Tidak akan pernah aku biarkan kau bertemu dengannya!"
Rean langsung berdiri dan pergi ke kamarnya. Melihat itu, Ibu Yulita dan Papa Chris hanya bisa menghela napas pelan.
"Kamu terima saja perlakuan Kakak kamu ini, Athan. Karena jelas kamu salah. Papa tidak pernah berpikir akan mempunyai anak pengecut seperti kamu!"
"Kakak kamu seperti ini juga kesalahan kamu, jadi sekarang terima saja. Berusaha untuk kembali berbaikan dengan Kakakmu itu" Ibu Yulita ikut menimpali ucapan suaminya.
Athan hanya diam dengan menghembuskan napas kasar.
*
"Bagaimana hasilnya?" tanya Rean dengan harap-harap cemas.
"Semua saraf dalam tubuhnya masih berfungsi dengan baik. Ini seperti dia malah menikmati tidur panjang, seolah ada dunia yang menyenangkan baginya di dunia itu" ucap Kayla yang sudah memeriksa keseluruhan keadaan Alea.
"Jadi, maksudmu dia tidak ingin kembali?" tanya Rean dengan perasaan benar-benar cemas tak karuan.
"Ya, seperti alam bawah sadarnya tidak ingin kembali pada dunia ini. Kamu harus sering-sering mengajaknya berbicara, karena dengan seperti itu dia akan mulai tertarik kembali ke alam sadar"
"Aku sudah melakukannya, Kay. Bahkan sudah sering sekali. Tapi belum ada perubahan"
"Kau jangan menyerah begitu saja, aku yakin dia masih bisa kembali sadar. Apalagi melihat dari semua saraf ditubuhnya masih berfungsi normal. Aku yakin dia akan kembali sadar"
Rean mengangguk, menatap sayu pada istrinya yang masih terbaring tak berdaya di ranjang pasien.
"Aku juga berharap seperti itu"
*
Gundukan tanah dengan ukuran lebih kecil dari tiga pemakaman lainnya disini. Athan menyimpan buket bunga di atasnya dan berjongkok. Mengusap nisan itu.
"Nak, Daddy datang lagi. Doakan Ibu kamu segera sembuh ya. Jangan ambil dia juga, maafkan Daddy karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuk kalian"
Athan menunduk, air mata mengalir begitu saja. Penyesalan yang dia rasakan terlalu fana untuk dikatakan sekarang. Karena alasannya tidak bertanggung jawab pada kehamilan Alea, bukanlah hal yang dapat di wajarkan. Jelasnya, dia memang laki-laki yang lari dari tanggung jawab. Dan sekarang dia menyesalinya, namun sudah terlambat. Karena anaknya bahkan sudah tidak selamat, sebelum Athan bisa melihatnya.
"Maafkan Daddy Nak"
Ari mata berjatuhan mengenai tanah, namun semuanya hanya tinggal tangisan yang sia-sia, karena tidak akan merubah apapun yang sudah terjadi.
Bersambung
Dua saudara bakal perang otot 🤦♀️🤦♀️
tadi siang menghadiri undangan , jadi baru sempat baca 🤭🤭