NovelToon NovelToon
Istri Siri Om Majikan

Istri Siri Om Majikan

Status: tamat
Genre:Poligami / CEO / Nikah Kontrak / Tamat
Popularitas:20.9k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Tanpa gaun putih, tanpa restu keluarga, hanya akad sunyi di balik pintu tertutup.
Aku menjalani hari sebagai pelayan di siang hari… dan istri yang tersembunyi di malam hari.

Tak ada yang tahu, Bahkan istri sahnya yang anggun dan berkelas.

Tapi apa jadinya jika rahasia itu terbongkar?
Saat hati mulai berharap lebih, dan dunia mulai mempertanyakan tempatku…

Istri Siri Om Majikan adalah kisah tentang cinta yang lahir dari keterpaksaan, tumbuh di balik status yang tak diakui, dan perjuangan seorang perempuan untuk tetap bernapas dalam cinta yang ia tahu tak pernah boleh ada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 34

Jordan baru saja melangkah keluar dari Alfamart ketika matanya tertumbuk pada sosok yang membuat seluruh tubuhnya mendadak kaku.

Kantong plastik di tangannya hampir terjatuh. Matanya melotot, membulat sempurna.

Seorang perempuan hamil, mengenakan dress panjang berwarna krem pucat, tampak sedang mendorong sebuah stroler bayi.

Bayi di dalamnya menangis keras, suaranya memekakkan telinga di tengah sunyinya sore itu. Tapi bukan hanya suara tangisan itu yang mengguncang Jordan melainkan wajah perempuan itu, siluet tubuhnya, caranya berjalan terlalu familiar.

"Syifa…?" bisik Jordan nyaris tak terdengar, tapi jantungnya berdegup liar seakan memekik lebih keras dari suaranya sendiri.

Ia berdiri mematung di depan mobilnya. Perempuan itu sama sekali tak menyadari keberadaannya. Ia sibuk menenangkan bayi yang terus menangis sambil mengusap perutnya yang tampak sudah besar.

Tatapannya letih, tapi lembut. Ada ketenangan dan ketegaran dalam sosok itu yang membuat dada Jordan mendadak sesak.

Langkah kakinya mulai bergerak sendiri, perlahan tapi pasti. Ia mengikuti dari kejauhan, tak yakin harus apa. Tapi satu hal pasti yaitu ia tak bisa membiarkannya menghilang lagi.

Tangannya yang gemetar menggenggam erat kantong plastik berisi minuman, tapi pikirannya berantakan. Seandainya itu benar Syifa siapa bayi itu? Siapa ayahnya?

Atau lebih menyesakkan lagi apakah itu anaknya sendiri yang pernah ia tolak untuk lahir ke dunia?

Jordan mematung di tempat. Nafasnya mulai tak teratur. Jantungnya berdebar kencang seperti genderang perang yang tak berhenti.

Langkahnya ingin berlari mengejar, memanggil nama itu sekeras-kerasnya. Tapi suara bayi yang menangis dan gerakan tangan perempuan itu yang begitu lembut semuanya membuat Jordan terdiam.

Ia memutuskan mengikuti dari jauh. Jarak beberapa meter. Tak berani mendekat, tak siap menerima kebenaran jika itu benar Syifa dan jika bayi itu memang anaknya.

Setiap langkah perempuan itu terekam jelas dalam matanya. Gerakan tangannya saat menepuk pelan dada bayi, gumaman lirihnya yang samar tertangkap telinga Jordan semuanya seperti dejavu, menghidupkan kembali semua kenangan pahit yang berusaha dia kubur.

Perempuan itu berjalan menyusuri sisi taman, lalu duduk di bangku yang teduh di bawah pohon besar. Ia mengeluarkan botol susu kecil dari tas dan mulai menyuapi bayi itu yang masih terisak pelan. Wajahnya menunduk, rambutnya jatuh menutupi sebagian pipi.

Jordan berdiri di balik pohon besar, masih diam, masih ragu. Tak tahu harus mendekat atau tetap jadi bayangan dari kejauhan.

“Syifa…” gumamnya pelan, hanya untuk dirinya sendiri.

Dan di saat itu, perempuan itu menoleh sekilas ke sekeliling taman matanya menyapu tempat Jordan berdiri, seolah merasakan seseorang memperhatikannya.

“Kayak ada yang memanggil? Tapi kok nggak ada siapa-siapa? Mungkin hanya perasaan aku saja,” gumam Syifa.

Jordan cepat menunduk. Detak jantungnya kacau. Jari-jarinya gemetar.

"Apa itu benar kamu…?" batinnya lirih, nyaris putus napas.

Dari balik batang pohon yang cukup lebar untuk menyembunyikan tubuhnya, Jordan berdiri membisu. Dunia seolah mengecil hanya pada satu titik pandang, adalah perempuan itu.

Perempuan yang sejak tadi duduk di bangku taman sambil menenangkan bayinya yang terus menangis dalam stroler merah muda.

Tangannya yang lembut sesekali bergerak ke atas, mengusap perutnya yang buncit dengan gerakan pelan dan penuh kasih. Seolah sedang membisikkan sesuatu pada kehidupan kecil di dalam sana.

Senyumnya samar lelah, tapi damai. Ada ketenangan yang Jordan belum pernah lihat di wajah itu sebelumnya. Ketenangan yang justru menyayat.

Syifa Tak salah lagi, itu Syifa Mutmainnah Azzahra.

Walau jarak dan waktu memisahkan, Jordan mengenali setiap detailnya. Cara dia menunduk, cara dia menyentuh bayi dalam stroler, bahkan cara dia menyeka keringat dari pelipisnya.

Dan bayi itu… perempuan kecil dengan rambut tipis dan mata bundar tengah menangis pelan sambil menggenggam selimut kecilnya erat-erat.

Jordan menahan napas saat mendengar Syifa berbisik lembut, “Ayla… shh, Ayla sayang… Mama di sini, ya. Jangan rewel, nak…”

Ayla, Nama itu menghantam dada Jordan seperti gelombang. Terdengar asing tapi juga mengiris. Benarkah itu anaknya? Anaknya yang dulu ia tolak bahkan sebelum sempat menggenggam tangan mungil itu?

Syifa masih tidak menyadari kehadirannya. Ia sibuk menyuapi bayi itu dengan susu dari botol kecil, sesekali mengusap perutnya dengan lembut.

Dua anak. Jordan hampir terhuyung. Ia memejamkan mata sejenak, merasakan dunia berputar pelan di sekelilingnya. Tangannya mencengkeram batang pohon, menahan dirinya agar tidak jatuh.

“Aku yang menolak dia. Aku yang bilang dia harus gugurkan. Tapi dia tetap memilih hidup. Dia tetap memilih anak-anak itu.”

Jordan ingin melangkah maju. Ingin berteriak, ingin berlutut dan menangis. Tapi kakinya seperti dipaku bumi. Bibirnya kelu. Ia tahu, ini bukan waktunya. Ia belum layak bicara dan belum pantas muncul sebagai siapa-siapa.

Ia hanya bisa memandangi dari jauh. Menjadi bayangan asing yang berdiri di antara penyesalan dan kehilangan yang tak terucap.

Setelah beberapa menit duduk di bangku taman sambil menenangkan Ayla, Syifa tampak mulai bersiap kembali pulang. Ia merapikan botol susu, menyelimuti tubuh kecil putrinya dengan kain tipis, lalu berdiri perlahan sambil kembali mengusap perutnya yang membuncit.

Tanpa bicara sepatah kata pun, ia mulai mendorong stroler itu menyusuri jalan setapak yang teduh oleh pohon-pohon rindang. Wajahnya tenang sementara Ayla sudah tertidur, hanya sesekali menggeliat dalam tidurnya yang tenang.

Dari kejauhan, Jordan masih berdiri membatu. Tapi begitu Syifa mulai berjalan, tubuhnya bergerak otomatis. Ia mengambil jarak, menjaga agar langkahnya tak menimbulkan suara mencolok, sembari memastikan wajahnya tetap tersembunyi.

DIa merasa seperti penguntit, tetapi hatinya tak sanggup menahan keinginan untuk tahu lebih jauh, ke mana Syifa pergi, dan dengan siapa kini dia hidup.

Mobilnya ia tinggalkan di parkiran Alfamart. Ia memilih berjalan kaki, mengikuti jejak perlahan di belakang. Tak terlalu dekat, tak terlalu jauh. Cukup untuk melihat dan tidak kehilangan arah.

Syifa menyeberang jalan kecil, menyusuri gang sempit yang dipenuhi rumah-rumah sederhana. Beberapa warga sekitar menyapa ramah, ada yang membantu membukakan pagar kecil ketika Syifa hendak lewat. Jordan mengamati semua itu dari kejauhan, matanya tak lepas sedikit pun.

Akhirnya, perempuan itu berhenti di depan sebuah rumah sederhana bercat abu pucat. Ada tanaman bunga kertas tumbuh liar di sisi pagar. Tak mewah, tapi tampak hangat dan bersih.

Syifa membuka pintu pagar, mendorong stroler masuk, lalu menutupnya kembali. Ia sempat berdiri sejenak di depan pintu rumah menatap langit sore sambil mengelus perutnya lagi.

Jordan berdiri di ujung gang, bersembunyi di balik tembok pembatas salah satu rumah. Ia menatap dengan mata berkaca. Hatinya berteriak. Ada ribuan kalimat yang ingin ia ucapkan. Tapi tak satu pun bisa keluar.

Ia hanya bisa menyaksikan Syifa menghilang di balik pintu rumah itu, membawa serta Ayla dan janin yang mungkin, barangkali, adalah anaknya juga.

Jordan mundur perlahan. Dadanya sesak, nafasnya tersengal, langkahnya gontai saat berjalan kembali ke arah mobil.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya ia merasa benar-benar kehilangan. Dan yang paling menyakitkan adalah: semua ini akibat dari pilihan kata-katanya sendiri.

1
Nar Sih
kok udah end kak ,kan naurah nya blm dilamar sama fathan
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Belum dilamar tapi mereka bahagia kok kak
total 1 replies
Nar Sih
ahir nya kmu sgra bertemu org tua kandung mu jordan.
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: mampir baca novel aku yang lain lebih seru judulnya Istri Bar-bar Ustad Tampan dan Dihina Camer Dirajakan Kekasih
total 1 replies
Nar Sih
shifa istri yg baik dan slalu ngerti tentang mu jordan,
Nar Sih
kak thorr kok panggilan ayla beda yaa,yg bnr dedy apa abah ke jordan nya ,kok bingung☺️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: typo banyak kakak 🙏🏻🤭
total 1 replies
Nar Sih
cerita kak othor bnr,,lucu banget bikin terhibur yg bca ,sapai jarang komen bca nya terlambat sih jdi maraton
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Nar Sih
wah...seperti nya naurah cocok nih jdi psangan fathan ya kak thor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭
total 1 replies
Retno Harningsih
terima kasih thooor
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: mampir baca novel aku yang baru tak kalah seru ceritanya judulnya:

istri Bar-bar Ustad Tampan
Dihina Camer Dirajakan Kekasih
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut trs
Nar Sih
semagatt jordan ,buruan samperin tuh shifa dan tanggung jbwlah,
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak kakak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Nar Sih
bca maraton nih kak
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: butuh minum Aqua tuh kak 🤭🙏🏻
total 1 replies
Retno Harningsih
lanjut
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak
total 1 replies
Nar Sih
nah ...ketangkap basah kan ,😂😂
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: mampir baca novel baru aku dong kakak judulnya Dihina Camer Dirajakan Kekasih
Istri Bar-bar Ustad Tampan
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha
total 2 replies
Retno Harningsih
lanjut
Reni Anjarwani
lanjut doubel up
Retno Harningsih
up
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sambil nunggu bab selanjutnya kakak bisa mampir baca novel aku yang baru ceritanya lebih seru judulnya:

Dihina Camer Dirajakan Kekasih
Istri Badas Ustad Tampan
total 1 replies
Adinda
ayo fathan rebut hati naurah cocok kok kamu sama Naurah
Retno Harningsih
lanjut
sunshine wings
♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
😍😍😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!