Lionel Danny, adalah pria berpengaruh yang kejam. Karena dendam ia terpaksa menikahi putri musuhnya sendiri.
Namun, tepat setelah pernikahan selesai dilangsungkan, ia justru menghabisi seluruh keluarga istrinya, Maura.
Karena benci dan dendamnya akhirnya Maura sengaja mendekati pria kaya raya bernama Liam. Siapa sangka jika Liam benar-benar jatuh hati kepada Maura.
Mungkinkah Danny luluh hatinya dan berusaha merebut kembali miliknya?
Bagaimana jadinya jika ternyata Liam justru pria yang lebih kejam dari Danny?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Benci Itu Luka
Maura terkadang memiliki sisi manja. Tetapi ia juga masih keras kepala. Masa lalu yang selalu diingat dalam benaknya. Membuatnya bersikap dingin pada suaminya.
Malam ini Danny terlihat lelah, wajahnya masih pucat pasi karena kurang tidur semenjak istrinya mengalami insiden keguguran.
Meski begitu, ia tidak bisa mengabaikan pekerjaannya begitu saja bukan?
Julio dan seorang maid, sedang sibuk menata makanan. Sementara Maura, ia sudah merebahkan tubuhnya di ranjang empuk. Mungkin saja ia lelah, dan bisa jadi pasca operasi kuret yang menyisakan rasa sakit membuatnya harus istirahat.
"Tuan, makanannya sudah siap," kata Julio.
Danny menghela napas panjang. Lalu pandangan matanya berpindah melihat istrinya sudah memejamkan matanya.
"Kau tidak ikut makan bersama, Julio?" Danny berbicara, tetapi sorot matanya tidak sedikitpun menatap lawan bicaranya.
Ia kembali kesetelan awal. Dingin, dan menyeramkan. Bahkan senyuman tak lagi menghiasi bibirnya. Entah apa sebabnya, mungkinkah itu semua karena sikap Maura padanya? Entah.
"Saya bisa makan bersamaan maid di luar setelah Anda dan Nyonya selesai." Julio langsung menghampiri maid itu da memintanya mendekati Maura.
Maid itu pun mengerti, dengan langkah cepat, dan dagu tegak, bagian wajahnya terangkat. Ia mendekati Maura yang sedang terlelap.
Lalu dengan lembut ia membangunkan Maura.
"Nyonya, waktunya makan dan minum obat. Bangunlah sebentar saja." Maid itu berkata lirih sembari mengguncangkan tubuh Maura.
Maura hanya menggeliat, lalu kembali meraih dan memeluk guling di dekatnya.
"Mataku berat, suru saja Danny makan. Aku lapar, tapi mataku tidak bisa dibuka," keluh Maura.
Danny seketika beranjak berdiri dan mendekati mereka.
"Keluar, dan pergilah makan bersama Julio, bereskan ketika kalian selesai. Maura, biar aku yang urus!" Danny menatap dingin ke arah maid itu.
Mendengar perintah itu, akhirnya ia bergegas pergi bersama Julio. Mereka bahkan meninggalkan kamar bosnya dengan langkah tergesa-gesa.
Mungkin itu mereka lakukan sebab mereka tahu jika Danny tidak suka mengulang perintah yang sama. Bisa-bisa marah besar nanti.
Setelah Julio dan maid itu pergi, akhirnya Danny segera mengunci pintu kamar hotel. Ia mengurungkan niatnya untuk membangunkan sang istri.
Alih-alih membuat Maura terjaga dan makan, ia malah menanggalkan pakaiannya. Semua otot tubuhnya terasa kaku dan pegal-pegal.
Rupanya, berdiam diri menjaga Maura sangat melelahkan. Ya. Danny memang orang yang lincah bergerak. Berdiam diri sebentar saja akan membuat tubuhnya terasa sakit semua.
Jas bagian luar sudah ditinggalkan, kini Danny mulai menarik dasi yang semula menggantung di lehernya, lalu ia melemparkan sembarangan penuh emosi. Setelah itu, buku jemarinya gesit membuka kancing kemeja satu persatu.
Nahasnya ia lupa melakukan hal itu tepat di depan Maura terbaring. Wanita itu perlahan membuka kelopak matanya hingga sempurna, matanya baru saja mengerjap perlahan, tetapi ia sudah terkejut saat melihat Danny memutar tubuhnya dan melepaskan kemejanya.
"Danny!" teriak Maura.
Bukan karena terkejut melihat suaminya bertelanjang dada. Tetapi Maura melihat luka gores di punggung suaminya yang cukup panjang dan masih berdarah.
Danny pun meringis kesakitan. "Aduuuh, Maura. Jika kau masih mengantuk tidurlah. Dan jika kau lapar cepat pergi makan."
Pria yang biasanya selalu bersikap dingin itu mengarahkan jari telunjuknya ke arah meja. Membuat mata Maura terbelalak menyaksikan sudah tertata rapi berbagai macam makanan di atasnya.
"Aku memang lapar, tetapi kau lebih butuh bantuan." Maura langsung beranjak dari ranjangnya.
Perlahan ia melangkah mengambil kotak obat lalu menyuruh Danny duduk di sofa sudut ruangan. Kali ini Danny menurut saja.
Dengan wajah lelahnya, Maura membantu Danny membersihkan luka, lalu menutupnya dengan perban.
Biasanya Danny selalu mengoceh dengan ejekan yang selalu ia lontarkan pada Maura. Tapi kali ini ia hanya diam.
Sesekali ia meringis sembari memejamkan matanya.
"Apakah sakit?" tanya Maura berhati-hati saat menempelkan kapas yang sudah ia bakar dengan obat merah.
"Perih, sangat perih," keluh Danny.
Sesekali tangannya menggenggam dan menahan pergerakan telapak tangan Maura. Dan di waktu yang sama akhirnya mereka saling bertatapan mata. Entah sepersekian detik lamanya, tetapi yang jelas lumayan membuat ke dua sisi pipi Maura bersemu merah.
"Apakah luka ini karena Liam?" tanya Maura penasaran.
Kening Danny berkerut. "Kau sangat peduli dengannya? Tidak percaya kalau dia sebenarnya pria yang lebih kejam?"
Danny mengesah berat. "Kau bahkan mengenal Paman Luo dengan baik bukan? Terutama ayahmj, sama seperti percaya padaku, ayahmu tidak mempercayai jika ia yang meracuni pikiranku untuk...."
Maura langsung meletakkan jemarinya di antara bibir Danny sembari menggelengkan kepalanya. Seolah memberinya isyarat agar Danny tidak melanjutkan kalimatnya.
"Bersihkan wajahmu, lalu cepat makan dan tidur." Maura langsung meninggalkan Danny, dan memilih melangkah menuju makanan yang sudah tersaji.
Aroma ayam rempah membuat wanita itu menelan ludah, beberapa sayuran segar yang terhidang, lengkap dengan asapnya yang masih mengepul, menambah menggoda selera.
"Aku makan dulu, setelah itu aku tidur," teriak Maura pada akhirnya.
Danny hanya diam. Ia bersikap dingin. Bahkan ia melemparkan barang-barang dengan kasar. Seolah ingin menunjukkan jika suasana hatinya sedang kesal sekarang.
***
Danny tertidur dalam kondisi terduduk, lengkap dengan laptop miliknya yang masih dibiarkan menyala di atas meja.
Ada rasa penasaran yang terlintas di benak Maura. Tetapi ia lebih kasihan melihat suaminya sedang tertidur menampilkan wajah lelah itu.
'Lionel Danny, kau sangat tampan. Aku tahu sekarang, rasanya hidup tidak memiliki keluarga satupun itu sangat menyesakkan dada. Tetapi aku ingin membuktikan padamu, jika bukan ayahku yang menghabisi keluargamu. Bukan, tapi meski begitu ... aku tidak bisa memaafkan perlakuan kejimu para keluargaku.' Batin Maura sembari menatap lekat wajah suaminya dari jarak dekat.
update lebih bnyk lgi sehari 2-3 bab hehe...