CEO Tampan Bukan Sang Pewaris

Darren menutup mulut dengan kaget, matanya terbelalak saat tahu siapa saat ini yang telah berada di hadapannya.

"Mom!" Darren buru-buru mendekat lalu memeluk Mamah Mona.

"Darren Putraku, maafkan Mamah Nak!" Air matanya jatuh semakin deras, tangisnya pecah tanpa bisa ia tahan.

Darren terus saja memeluk mamahnya dengan sangat erat.

"Mam, sebaiknya kita masuk ke dalam mobilku, dan aku ingin tahu mengapa Mamah bisa berada di sini!" ajaknya seraya mengedarkan pandangannya ke arah sekitar, Darren takut ada orang lain yang melihatnya.

Mona mengangguk dalam, dan ia bergegas ikut dengan putranya.

Selama dalam perjalanan, Darren terus saja menggenggam tangan ibunya, rasa rindu yang teramat dalam, yakni lebih dari sepuluh tahun ini, akhirnya bisa terbayarkan, dan tak ada lagi kepura-puraan di sini karena keduanya bukan berada di kediaman Wijayanto.

Akhirnya Darren membawa ibunya ke apartemen miliknya.

Setibanya di apartemen, barulah Darren menanyakan mengapa ibunya bisa lolos dari jeratan keluarga Tuan Miko.

"Ini semua berkat bantuan dari Siska Nak, Mamah berhutang budi padanya!" Mona tersenyum senang sambil menggenggam kuat kedua tangan putranya.

"Siska, yang melakukan ini semua? Ini tidaklah mungkin Mom!" Darren sampai mengerutkan dahi karena ia tidak percaya.

Kemudian Mona menghela napasnya sejenak, lalu membuangnya perlahan.

"Loh, kok kamu tidak percaya dengan kekasihmu sendiri Darren?" Mona sampai menggeleng atas sikap putranya yang seperti itu.

"Aku sudah putus dengan Siska, karena hubunganku dengannya hanyalah sandiwara belaka, karena demi misiku untuk membongkar semua kejahatan Tuan Miko dan juga Steven agar Mamah bisa bebas dari belenggu Tuan Miko!"

Mona sampai terkejut tak percaya dengan apa yang telah di ucapkan oleh putranya, padahal menurutnya Darren dan Siska adalah pasangan yang serasi.

"Sangat di sayangkan sekali Nak, padahal Mamah harap kau benar-benar tulus mencintainya." terlihat jelas ekspresi Mona yang tampak kecewa atas perkataan dari Putranya.

"Mom, sudah ada wanita lain yang sangat Darren cintai, dan sampai kapanpun Aku akan selalu mencintainya!" jawabnya mantap.

Mona terlihat penasaran dan ingin tahu siapa wanita tersebut.

"Bolehkah Mamah tahu siapa wanita yang beruntung mendapatkan cinta darimu?"

Darren langsung tersenyum mengembang, kedua bola matanya ia tutup perlahan, sambil menghela napas dalam, akhirnya Darren mengatakan siapa wanita yang ia cintai kepada ibunya.

"Namanya Aqila Khumaira!"

Mendengar nama tersebut rasanya sudah tidak asing lagi di telinganya, Sepertinya ia pernah mendengar nama tersebut.

"Putraku, apakah Aqila yang kau maksud itu adalah putrinya Zara Hafizah, ibu sambung mu?"

Darren mengangguk dalam." iya Mom, dialah orangnya, entah kenapa aku bisa mencintainya sebesar ini!"

Jawaban dari Darren membuat Mona menutup mulutnya karena kaget tidak percaya.

"Tapi Nak, ini tidaklah mungkin, kalian itu ibarat kata masih satu keluarga, apa jadinya jika sampai keluargamu tahu? Apalagi Papahmu, Mamah takut ia murka dan marah besar padamu, sehingga kalian tidak akan pernah mendapatkan restu dari mereka!" jawaban dari Mona memang ada benarnya, dan Darren pun tersadar akan hal itu, ditambah Aqila merupakan cucu angkat kesayangannya Oma Jelita yang tak pernah menganggap kehadirannya.

Mungkin akan sulit menembus tembok besar yang menghalangi hubungan dirinya bersama dengan Aqila, dan ini cukup beresiko. Mamah Mona tidak ingin melihat putra semata wayangnya terluka karena cinta, seperti dirinya yang sampai saat ini tak akan pernah mendapatkan cintanya kembali terhadap pria yang telah menjadi cinta pertamanya, ya Sagara Mahendra adalah cinta pertama dan terakhir untuknya dan sampai kapanpun tidak akan pernah mendapatkan cintanya kembali.

"Putraku sebaiknya kau coba pikirkan kembali masalah perasaanmu itu, Mamah hanya ingin melihatmu bahagia, bagi Mamah semua itu sudah lebih dari cukup."

Kemudian Darren bersandar di bahu Mamahnya, ia terlihat seperti anak kecil yang manja terhadap ibunya, lalu sang ibu merangkul bahu putranya, seolah ingin memberikan kekuatan baru untuknya agar bisa kuat menghadapi hidup ini dan tidak semudah kita pikirkan jika apa yang kita harapkan bisa dengan mudahnya di gapai.

"Nak, Mamah mendapatkan informasi penting dari Siska, ia telah menguping percakapan antara Papahnya dengan Steven! Mereka sedang mengatur rencana untuk membunuhmu!" bibir Mona sampai bergetar saat mengatakan hal itu, sedangkan Darren ia malah menanggapinya dengan sikap yang biasa saja.

"Benarkah begitu Mom? Baiklah kita lihat saja apakah ia sanggup melakukan hal itu padaku? Jangan mereka kira aku ini bodoh dan dengan mudahnya bisa mereka taklukan!" Darren menatap dingin kearah jendela ruang tamu sambil mengepalkan tangan.

🍁🍁🍁🍁🍁

Malam ini akhirnya Aqila selesai dengan tugasnya di rumah sakit, tiba-tiba ia merasakan sakit di bawah perutnya sebelah kiri! Namun ia berusaha untuk bisa menahan rasa sakit itu, dan buru-buru bisa segera kembali ke rumahnya, namun entah kenapa semakin ia ingin menahan rasa sakit tersebut, perutnya malah semakin sakit, sehingga sekujur tubuhnya di penuhi oleh keringat dingin.

Dokter Arthur yang baru saja kembali dari ruang operasi, ia terkejut melihat Aqila meringis kesakitan di ruangannya dan wajahnya terlihat pucat.

Dokter Arthur bergegas mendekat."La kamu kenapa?" tanyanya panik.

"S sakit Dok! Perutku sakit!" tiba-tiba Aqila pingsan tak sadarkan diri, kemudian Dokter Arthur segera membawanya ke ruangan tindakan.

Dokter Arthur terkejut tidak percaya saat mengetahui hasil pemeriksaan Aqila oleh Dokter Rafael, yakni Dokter spesialis penyakit dalam khususnya Nefrologi.

"Apa, jadi Aqila pernah menjalani operasi transplantasi ginjal?" tanyanya masih tidak percaya.

"Betul sekali Dokter Arthur, itu sebabnya Dokter Aqila harus segera mendapatkan penanganan yang lebih intensif, karena ginjalnya mengalami masalah yang cukup serius, jika terus di abaikan, besar kemungkinan Dokter Aqila akan mengalami gagal ginjal dan itu akan sulit di obati dan satu-satunya cara, ia harus menjalani kembali operasi transplantasi ginjal!" diagnosa dari Dokter Rafael telah membuat Dokter Arthur seperti tersambar petir, perasaannya berkecamuk, ia masih tidak percaya atas perkataan dari dokter Rafael.

"Sebaiknya, Dokter Aqila harus lebih banyak beristirahat, dan ia tidak boleh bekerja terlalu capek, karena akan sangat beresiko dengan kesehatan ginjalnya." Dokter Rafael sendiri merasa sedih saat mengetahui akan kondisi kesehatan Aqila, namun apa mau dikata, ini semua telah terjadi.

Dokter Arthur sambil meraup wajahnya berkali-kali, ia pun benar-benar tidak bisa terima akan kenyataan pahit ini, menurutnya Aqila masih sangat muda mendapatkan penyakit seperti ini, Dokter Arthur sendiri akan berupaya untuk menyembuhkan Aqila, apapun caranya, karena sampai saat ini ia masih mencintainya meskipun Aqila sudah pernah menolak cintanya.

Sedangkan Aqila sendiri, ia telah mendengarkan penjelasan dari Dokter Rafael kepada Dokter Arthur, ia hanya bisa menangis meratapi nasibnya saat ini, kini peristiwa menakutkan itu telah terulang kembali, dan kali ini ia sudah pasrah jika memang ajalnya sudah dekat, dan pikirannya mungkin cukup sampai disini ia mendapatkan kesempatan hidup kembali setelah lebih dari lima belas tahun yang lalu ia mendapat kembali kehidupan normal seperti wanita yang lainnya.

'Aku pasrah padamu Yaa Rabb, jika memang jalan hidupku harus seperti ini, aku ikhlas!' tangisnya dalam hati.

Bersambung...

☘️☘️☘️☘️☘️