AKU BUKAN PELACUR
Tan Palupi Gulizar nama yang manis. Namun tak semanis perjalanan hidup yang harus ia lalui untuk mencari jawaban siapa jati dirinya yang sebenarnya.
Sosok yang selama ini melindungi dan membesarkannya, ternyata menyimpan sebuah cerita dan misteri tentang siapa dia sebenarnya.
Lika-liku asmara cinta seorang detektif, yang terjerat perjanjian.
Ikuti kisah kasih asmara beda usia, jangan lupa komentar dan kritik membangun, like, rate ⭐🖐️
Selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima Rhujiwati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Kicau burung meramaikan suasana pagi yang cerah. Sinar mentari menerobos sela-sela dedaunan, memasuki kamar melalui jendela yang terbuka lebar, menghangatkan kamar yang sudah ditinggalkan penghuninya berpindah ke ruang makan.
Sarapan pagi itu penuh keheningan, pikiran Palupi berkelana merindukan suasana sarapan pagi yang biasanya di dampingi oleh John. Suasana romantis yang dulu ia perbuat untuk dirinya, kini mendadak sunyi hanya suara denting sendok dan garpu.
Sesaat kemudian suara lirih panggilan Merry terdengar menyebut namanya, "Nona... nona Gulizar, tuan John menelepon anda."
Palupi menerima telpon rumah wireless itu, dan menatap nomor yang tertera di dalam layar telepon yang memiliki ID Caller. "Hallo..." Sapa Palupi.
"Gulizar, sayang.... Apa kabarmu, aku kangen sekali. Sungguh menyiksa rasa ini saat berjauhan denganmu."
"Apakah kau sedang merayuku? Sedangkan wajahmu saja aku sudah lupa tuanku." Jawab Palupi berpura-pura merajuk atas posisi yang saling berjauhan, dan ternyata menimbulkan rasa rindu akan kehadiran sosok John Norman di sisinya.
"What... you're just kidding right, don't you? Oh dear... I miss you so badly," suara John serasa putus asa dengan jawaban yang ia terima dari pujaan hatinya, yang selama ini telah meruntuhkan the power of jomblo yang ia miliki selama ini.
"Ha...ha...ha..." Tawa renyah serenyah kerupuk udang yang keluar dari bibir Palupi, seketika membawa kelegaan pada hati John.
Perbincangan berlangsung hingga beberapa waktu, memberikan penawar rasa kerinduan yang sedang melanda mereka. Keduanya sama-sama memiliki keinginan untuk bersama, namun selalu tertahan oleh keadaan yang harus mereka jalani.
Rasa rindu mereka terlampiaskan sudah, walaupun hanya lewat sambungan telepon, nyatanya mampu menebar rasa bahagia. Suara lembut Palupi memberikan semangat bagi John untuk segera menuntaskan tugasnya dan kembali lagi kepada seorang gadis yang telah mampu memporak-porandakan hatinya beberapa waktu terakhir ini, setelah pertama kali berjumpa dengannya.
Hingga suatu detik terakhir...
"John... Apakah kau akan lama tinggal di Inggris? Apakah selama itu aku harus berdiam diri di dalam rumah tanpa melakukan aktivitas lainnya?" Palupi mencecar berbagai pertanyaan yang secara tidak langsung adalah bentuk protesnya kepada John.
"Aku ingin menjenguk ibu, boleh kan John?"
John hanya diam terpaku, butuh waktu lama untuk memberikan jawaban kepada Palupi.
"John... are you there?"
"Oh .. oke oke... Aku akan menghubungi Ray, untuk menyusun jadwal kegiatanmu agar kamu tidak jenuh tanpa aktivitas. Liana yang bertugas menjagamu sayang. Sebab aku tidak ingin mencarimu lagi untuk yang keduakalinya."
"By the way John, apakah mommy ada di dekatmu. Ingin aku memandang wajahnya, sayangnya aku belum punya ponsel."
John merasa bersalah, "Gulizar sayang, sabar ya, nanti kamu pergi dengan Liana, untuk ambil smartphone yang sudah dipesan Ray. Oke dear? Sabar ya." Jawab John sambil tersenyum, walau tak telihat.
Diam-diam tanpa sepengetahuan Palupi, dari samping ruangan, Liana sudah duduk dengan santainya di meja makan. Tangannya sibuk main comot makanan yang sudah Merry siapkan. 'Ish... kok bisa yah Merry ini, perut sama lidahku cocok sekali dengan hasil olahan tangannya'
Namun bukan Liana namanya kalau tidak memasang tajam pendengarannya atas perbincangan yang sedang Palupi obrolkan dengan John melalu telepon itu.
"Bye John... I love you too, jaga mata ya, jangan dustai aku." Palupi mengakhiri panggilan teleponnya.
Palupi tersenyum gembira dan menoleh ke arah Liana yang sedang asyik memamah-biak dengan segala kudapan yang disuguhkan Merry, dan tentu saja hampir saja ludes.
Belum juga mereka saling menyapa, sebuah dering telpon berbunyi lagi, kali ini suara nyaring berasal dari handphone milik Liana.
"Dihhh cyinnn baru juga kangen-kangenan sama dia. Belum puas juga iisshh ish... eiyke juga kangen loh," logat medok Liana menghentikan aktivitas Palupi yang sedang mengunyah makanan dan menatap tajam ke arah Liana.
"Iya..iya.. Jangan khawatir boss semua bisa diatur, semua aman. Tapi semua tidak gratis yee... boss harus kasih eyike perawatan gratis di spa, manicure pedicure, Botox alis, bibir, dan cemong eyike harus dapat sentuhan totalitas yah."
Mendapat jawaban iya dari John, sahutan Liana makin heboh, "Iyaaa...uhhh eyike paling semangat dah. Jangan lupa bawa oleh-oleh yang macho plus kuat buat eyike ya. Ha... ha... ha.... Okay bye bye baby tua."
Panggilan telpon itu diputuskan oleh kedua belah pihak. Liana menatap Palupi dengan senyum genit dan bling-bling matanya dengan bulu mata merak menyambar mangsa yang menjadi andalannya beberapa hari ia lebih suka memakainya.
"Sayang... Kita free, kita jalan-jalan. Ingat jangan nakal yah, nanti boss garang itu memancung leher jenjangku dengan gigitan taring vampirnya. Ya ampun ishhh, kuberharap, aahhhh."
Palupi dan Merry yang dari tadi melihat ulah Liana, tiada henti tertawa geli. Walaupun kadang berlebihan namun Liana adalah sosok yang penuh tanggung jawab dan memahami situasi dalam kondisi apapun.
Singkat cerita, mereka sudah sampai di shopping mall terbesar di kota S, dan tujuan utama adalah mencari counter di area mall yang menjual gadget yang sudah diorder sebelumnya oleh Ray. Ahkirnya mereka menemukan counter yang sedang dicari Liana berdasarkan informasi dari Ray.
"Sayang, ini iPhone 13 Pro Max special order dari boss, just for you." Gadget pintar itu segera diambil oleh Liana untuk Palupi, sesuai order dan bukti transfer pembayaran yg dilakukan Ray atas instruksi John.
Petugas counter handphone segera membantu Palupi melakukan setting dan mengisi data kepemilikan, agar ponsel canggih itu segera dapat dipakai pemiliknya.
Dibantu Liana, Palupi memasukkan data kontak ke dalam ponsel barunya.
Kemudian mereka melanjutkan acara shopping mereka dengan mengunjungi anak cabang butik milik Liana yang kebetulan juga berada di area mall itu, dan memilih beberapa gaun cantik untuk Palupi, serta beberapa kebutuhan untuk Palupi dan Liana juga tentunya.
Selesai memilih dan memilah semua kebutuhan mereka di butik milik Liana, salah satu bodyguard yang mengawal keduanya itu, segera mengambil tote bag dari butik untuk dibawa dan menaruhnya di bagasi mobil.
Kedua wanita cantik itu yang kembali berkeliling di area mall. Gaya yang ditampilkan keduanya bak putri pejabat, menarik perhatian pengunjung mall.
Terlebih anak-anak muda yang berpenampilan seperti mahasiswa, tak henti-hentinya menggoda Liana dan Palupi. Namun usaha mereka selalu terbentur dengan tatapan tajam para bodyguard, sehingga tak berani mendekat.
"Liana, aku merasa lapar. Kita cari warung makan." Keluh Palupi yang perutnya sudah keroncongan.
"Huss, mana ada warung di sini." Sahut Liana. Kedua pengawal tersenyum mendengar jawaban Liana. "Ayo sayang, kita keluar dari sini. Di sebelah mall ini ada restoran yang enak. Kita makan di sana."
Mereka keluar dari area mall dengan berjalan kaki menuju restoran, karena jaraknya cukup dekat. Tercium aroma masakan yang menggugah selera, Liana menggandeng Palupi mencari tempat duduk yang nyaman. Kedua bodyguard pun ikut masuk, namun mereka duduk di meja yang berbeda, dan mulai memesan makanan.
Saat mengedarkan pandangannya, Palupi melihat orang yang dikenalnya, namun Palupi enggan menyapanya.
...****************...
sopo...sopo.... 😳😳😳
lanjut maning yuk Mak 🤗, jangan lupa like plus komen yak Mak, pak 🤭
salam sehat selalu, and sayang selalu.
By: RR 😘
TBC....
klo palupi dia terlalu baik