Takdir memang tak bisa diduga, Akila memilih kabur dihari pernikahan, meninggalkan orangtuanya demi pria yang dia cintai.
Kenyataan tak seindah hayalan, sang kekasih justru meninggalkannya setelah tahu dia sudah tak memiliki apapun, semua kartu ATM dan kartu kreditnya di blokir oleh keluarganya, dengan terpaksa dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Akila tak sengaja bertemu Rasya disebuah klub malam, saat berpesta dengan teman sesama model setelah pemotretan, Dan itulah awal kekacauan hidupnya, Rasya tak terima karena Akila menamparnya.
Gimana kelanjutannya?
Ikutin terus kisahnya ya,,
Follow akun saya Instagram: mamie_kembar
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamie kembar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara gara bunga
Rasya mendekat dan menarik tangannya, "Ayo, kita akan terlambat jika terus bertengkar disini."
Rasya menarik Lili, hingga mau tidak mau lili terpaksa mengikutinya.
"Tunggu, aku...aku kan belum bilang setuju." protes lili. Rasya tak mendengarkannya, dia memilih terus berjalan dan tak memperdulikan lili yang protes dan berontak hingga berjalan terseok Seok.
Lift terbuka dan mereka masuk kedalam, rasya masih tak melepaskan pegangan nya.
"Kak, lepas. Aku benar benar tidak bisa, aku...!' lili terdiam melihat tatapan tajam Rasya kearahnya.
Rasya kembali mengintimidasi lewat tatapan matanya yang menakutkan. Nyali lili semakin menciut ketakutan.
"Apa kau tidak bisa sekali saja tidak membantah ku!" geram Rasya. Dia sudah menahan amarahnya yang sudah naik ke ubun ubun agar tidak meluap dan semakin menakuti lili.
"Bu...bukan itu, a...aku belum mengganti pakaianku, dan aku juga belum berpamitan dengan mbak Giska, aku takut dia akan mencari ku!"
"Cuma itu!" ucap Rasya dengan alis bertaut. Alasan tidak masuk akal.
Bodoh, kenapa bisa kalimat itu yang keluar dari mulutku, bodoh...bodoh...apa tidak ada alasan lain, bodohnya kau lili....
"Hahaha, itu bukan masalah, ini perusahaan ku, kau bahkan tak perlu mengembalikannya lagi. Dan Giska, Reno yang akan menelpon Giska, dia pasti akan mengerti. Sekarang ikut, Jangan banyak alasan, aku tahu itu cuma alasan mu untuk kabur."
Ting....lift terbuka.
Reno terus menarik lili dan membawanya menuju mobilnya.
"Reno, tolong katakan pada Giska, lili pergi bersama ku, dan besok kosongkan jadwalku, aku baru kembali lusa."
"Siap bos." Reno tersenyum lebar dan memberikan kunci mobilnya kepada Rasya.
Rasya memaksa lili masuk dan kemudian dia ikut masuk. Duduk dan mengatur amarah nya. Setelah dia merasa lebih baik, dia mengambil buket bunga yang tadi sempat dia beli.
"Oh ya, ini untukmu!"
Rasya memberikan bunga yang diletakkan di jok belakang kepada lili, Kemudian dia melajukan mobilnya tanpa bicara apapun.
Lili terdiam beberapa saat, Bukannya tadi dia marah marah, lalu ini apa? dia memberiku bunga? mawar merah ? apa maksudnya!
Detik berikutnya dia tersenyum tipis. Dia memegang dan mencium wangi mawar merah ditangannya, masih tanpa bersuara. Entah mengapa dia merasa senang, padahal tak bersikap romantis saat memberikannya.
Rasya tak menoleh, jujur dihatinya dia tidak sabar menunggu reaksi lili.
Harusnya dia berterima kasih, atau dia akan...tapi.. kenapa dia diam saja, apa dia tidak menyukai bunga yang aku pilih.
Aku menyesal mengikuti saran Reno, dasar sekretaris sialan, awas saja jika ketemu nanti.
Rasya memecah kesunyian,
"Jika kau tidak suka, kau bisa membuangnya."
Lili yang sedang asyik menghirup aroma wangi dari bunga ditangannya pun menoleh. "Kenapa harus dibuang? bukan kah ini sudah menjadi milikku?'
"Bukankah kau tidak menyukainya?"
"Siapa bilang?" protes lili.
"Berarti kau suka?"
"Aku memang suka bunga mawar. Tapi untuk apa kau memberikan nya padaku? Apakah kau ingin menyogok ku dan meminta maaf untuk kejadian kemarin?" tanya lili
Akhirnya dia mau mengakui kesalahannya.
"Minta maaf? untuk apa? Aku tidak bersalah dan aku tidak perlu minta maaf!"
Lili menggeram kesal, dirinya sudah sempat merasa bahagia ternyata dia salah menduga.
"Lalu untuk apa bunga mawar ini!" ucap lili ketus.
Rasya terdiam. Didalam hati dia juga berpikir, untuk apa aku memberinya bunga?
"Eh...aku hanya ingin memberikan nya saja, jangan berpikiran yang aneh aneh. Oh ya, aku membeli beberapa tas sebagai oleh oleh untuk mama, coba kau pilihkan mana yang cocok untuknya."
"Kenapa aku? kau bisa saja meminta mama langsung yang memilihnya." jawab lili dengan ketus. Dia sungguh kesal dengan ketidakpekaan Rasya.
"Kau kan perempuan, pasti lebih pandai memilih. Aku juga membelinya untuk Chelsea. Tapi maaf, aku lupa membelinya untuk mu." ucap Rasya lagi.
Ih...nyebelin banget. Dia suruh aku pilih untuk mama dan Chelsea tapi untukku tidak ada. Dasar pelit....
"Kenapa kau cemberut, apa kau juga berharap aku membelikannya untuk mu?" rasya gemas melihat wajah lili yang kesal dan marah.
"Tidak"
"Aku tidak mau menerima pemberian mu, kau bisa menambahkannya sebagai hutang yang akan menjeratku untuk lebih lama didekatmu, dan aku tidak bodoh, aku tidak mau." jawab lili cepat.
"Apa karena Dirga, kau ingin segera bebas hingga kau bisa bersama nya?"
"Kau selalu membawa orang lain, apa kau tidak sadar, kau itu sungguh menyebalkan!" setelah bicara lili membuang mukanya, dia memilih melihat keluar jendela.
"Li...lili.." panggil rasya. Lili tak menjawab dia masih sangat kesal.
Rasya membelokkan mobilnya ke sebuah restoran. Lili masih bergeming di tempatnya.
"Aku lapar, turun jika kau mau ikut makan, jika tidak mau juga tidak masalah. Kau bisa menungguku disini."
Lagi lili dibuat kesal dengan ucapan Rasya, jujur dia sangat lapar. Tapi lili sengaja menahannya, egonya meminta dia tidak menuruti Rasya dan memilih menahan lapar.
Rasya terus berjalan, sengaja tak melihat kebelakang. Dia tahu lili pasti kesal dan memakinya, sebenarnya Rasya tak begitu lapar, tapi dia tahu jika lili belum makan, maka dia mengajak lili singgah.
Namun lili tetap keras kepala, dia mempertahankan egonya dan membiarkan perutnya merasa kelaparan.
Rasya sudah memesan meja, kemudian dia berbalik menuju mobil.
"Turunlah aku tahu pasti sangat lapar." ucapnya dengan nada lembut. Berbeda dengan sikapnya beberapa menit yang lalu.
"Kau makanlah sendiri, aku tidak lapar."
Namun tubuhnya mengkhianati, tiba tiba perutnya berbunyi,
Lili hanya bisa menggeram kesal. Jangan ditanya Rasya sudah terkekeh dibuatnya.
"Sudahlah jangan keras kepala, aku tahu kau lapar. Turun sendiri atau mau aku gendong kedalam"
Lili memilih turun, terserah Rasya mau mengatainya apa, jujur saat ini yang dia pikirkan hanyalah mengisi perutnya yang sangat lapar.
Rasya tak lagi menggodanya, dia berjalan disamping lili, masuk ke dalam restoran dan menuju ruang VIP.
Ruang tertutup itu hanya diisi oleh mereka berdua. Rasya sudah memesan aneka jenis makanan terbaik disana. Tak sampai sepuluh menit semua sudah siap tersaji di hadapan mereka.
Lili memilih makan tanpa berbicara, dia melahap semua makanan, perutnya sangat lapar dan dalam sekejap semua sudah berpindah kedalam perutnya.
Rasya tersenyum kecil, dia tak menggoda apalagi menggangu lili, dia juga memakan makanannya dalam diam.
Selesai makan, Rasya dan lili melanjutkan perjalannya menuju Jakarta. Rasya akan membawa lili menemui mamanya.
Diperjalanan terdengar suara azan magrib, lili meminta Rasya berhenti di masjid terdekat.
"Kak, berhenti disana?"
"Untuk apa?" tanya Rasya tak paham maksud lili.
"Aku mau sholat!"
"Sholat, apa aku nggak salah dengar?" lagi rasya bertanya untuk memastikan nya.
"Aku bukan muslim yang taat, sholat ku juga tidak sempurna. Tapi aku akan berusaha memperbaiki diriku, aku sudah banyak melakukan dosa dan kesalahan. Aku hanya berharap Allah mau mengampuni dosa dosaku."
Lili turun dan meninggalkan Rasya yang tertegun mendengar ucapan lili.
Dia sholat??? apa aku tak salah dengar?
Rasya diam menunggu lili. Pikirannya melayang, sebuah pertanyaan besar berputar dikepalanya.
kapan terakhir aku sholat?
Entahlah aku bahkan sudah lupa, itu lama sekali mungkin saat aku masih SMA, itupun karena mama selalu memaksa ku,
Sepuluh menit kemudian lili kembali dan rasya melanjutkan perjalanan mereka.
Masa lalu g di selesaikan dulu sok2an mo ngelamar anak orang