Laura Rivas 22 tahun, seorang bintang film dewasa Spanyol dengan nama panggung Karen Monroe di L.A., diasingkan ke Portugal oleh calon kakak iparnya, Diego Torres, setelah skandalnya menjadi "gadis penghibur" Kartel Meksiko menghancurkan reputasi sosial kakaknya, Julia Rivas, dan membatalkan pernikahan Julia.
Asisten utama Diego, Pablo Reyes (32), ditugaskan mengurus Laura di pengasingan, namun Laura yang selalu bermasalah terus melanggar protokol keamanan. Untuk mengatasi kekacauan ini, Diego menyetujui keputusan drastis Pablo untuk menikahi Laura Rivas.
Pernikahan ini, yang mencakup perjanjian pra-nikah dengan klausul properti dan kewajiban kegiatan ranjang, bertujuan memberikan Laura status, perlindungan, dan memindahkan seluruh tanggung jawab pengawasannya ke tangan Pablo.
Awalnya hubungan intim sebagai tugas untuk pengamanan Laura agar tak liar, namun Pablo kecanduan pada kemahiran Laura di ranjang, mengubah "tugas" menjadi candu bak kokain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanilla Ice Creamm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Anak Di Luar Nikah
Setelah makan malam, Laura menelepon Julia. Tujuannya adalah berbicara dengan Diego, kakak iparnya.
Nada sambung berbunyi dua kali sebelum diangkat.
"Halo Laura, apa kabar?"
"Baik, Kak. Aku ingin berbicara dengan suamimu. Ini penting."
"Ada apa, Laura? Kenapa tidak langsung menelepon nomornya saja? Diego belum pulang."
"Apa dia di Barcelona?"
"Barcelona? Tidak, Malam ini sedang menjamu klien dari Austria. Ada apa sebenarnya?"
Laura terdiam sejenak. Jika Diego tidak di Barcelona, berarti alasan Pablo bepergian untuk urusan Diego mungkin tidak sepenuhnya benar.
"Aku hanya... memastikan beberapa hal, Kak. Pablo bilang dia ke Barcelona untuk urusan mendadak dari Diego."
Julia tertawa kecil, terdengar bingung. "Pablo ke Barcelona? Dia tidak bilang apa-apa padaku. Pablo hanya bilang pada Diego kalau dia izin pergi karena ada urusan keluarga yang sangat mendesak."
"Urusan keluarga?"
"Ya. Memangnya Pablo tidak memberitahumu? Dia bilang dia akan kembali tengah malam. Tapi intinya, dia tidak pergi atas perintah Diego. Kalaupun ada kaitan pekerjaan, itu pasti karena Pablo sendiri yang harus membereskannya. Kenapa dia bilang padamu itu urusan dari Diego?"
Laura langsung berpikir cepat, ini adalah bukti kebohongan Pablo. "Oh, mungkin aku salah dengar, Kak. Lupakan saja. Terima kasih banyak ya, Kak."
"Baiklah. Kabari aku kalau ada apa-apa."
Laura menutup telepon dengan cepat. Kecurigaan yang menyelimuti dirinya kini menjadi fakta yang menguat: Pablo tidak hanya menyembunyikan identitas A.R., ia juga berbohong tentang alasan kepergiannya, menggunakan nama Diego sebagai perisai.
Laura meletakkan ponselnya, kekuatan baru mengalir dalam dirinya. Kebohongan Pablo yang menggunakan nama Diego adalah bukti terakhir yang ia butuhkan. Ini bukan lagi soal gosip, ini adalah manipulasi terencana.
Laura berjalan kembali ke ruangan kerja Pablo, kini bukan untuk mencari petunjuk, melainkan untuk duduk dan menunggu. Ia membiarkan laptop Pablo tetap terbuka di atas meja, di dekat brankas yang pintunya sedikit longgar sebagai pengakuan bisu bahwa ia telah tahu segalanya.
Laura bersandar di sofa panjang di sudut ruangan. Ia menatap jam digital yang menunjukkan waktu hampir tengah malam. Setiap menit yang berdetak adalah hitung mundur menuju konfrontasi. Tidak ada lagi rasa gentar, hanya kemarahan yang tenang dan determinasi baja. Laura siap menghadapi apa pun yang telah Pablo siapkan untuk "hati dan mentalnya."
Ia akan menunggu. Dan Pablo harus menjawab.
****
Tepat tengah malam, Pablo pulang.
"Urus semua ini, Javier. Aku ingin menemui istriku di ruang kerja," perintah Pablo. Javier mengangguk.
Ketika Pablo masuk ke ruangan itu, Laura sudah tertidur pulas di sofa panjang yang biasa ia gunakan saat menunggunya bekerja. Pemandangan laptop yang menyala dan brankas yang sedikit terbuka di meja kerjanya membuatnya menghela napas panjang.
Pablo tahu, ia sudah terlambat, Laura telah mengetahui segalanya.
Setelah membereskan bukti-bukti itu, ia mengangkat tubuh Laura menuju kamar mereka dengan sangat hati-hati. Saat itu, Pablo sadar ia seolah sedang menggendong dua nyawa sekaligus.
.
.
Keesokan paginya, Laura terbangun di ranjangnya dengan perasaan terkejut.
"Siapa yang memindahkanku?" Ia memindai seisi ruangan, melihat jam di nakas menunjukkan pukul 06 pagi, dan mendengar suara gemericik air dari kamar mandi.
"Pablo sudah pulang, dia pasti membawaku ke kamar ini semalam."
Tak lama kemudian, Pablo keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang lebih segar dan bersih, handuk melilit di pinggangnya.
"Selamat pagi, Laura. Kita sarapan di kamar."
Seorang pelayan tak lama datang membawa meja dorong berisi menu sarapan pagi.
"Taruh di sana. Kita akan makan di teras balkon." Pablo menunjuk ke meja makan minimalis yang sudah disiapkan sejak semalam.
Laura menatap suaminya dengan ekspresi yang penuh tuntutan.
"Kamu pulang jam berapa?"
Pablo tak menjawab pertanyaan Laura. Ia menyelesaikan berpakaian, mengenakan celana bahan dan kaus berkerah.
"Ayo kita makan," ajak Pablo. Laura mengangguk, dan Pablo membantunya berdiri.
"Aku akan jelaskan semuanya sambil makan," lanjut Pablo. "Aku tiba di rumah tepat pukul satu dini hari. Kamu sudah tidur di ruang kerja dengan laptop menyala dan brankas terbuka. Brankas itu berisi surat-surat penting bernilai miliaran euro, Laura," Pablo mengingatkan dengan tatapan lembut namun tegas.
Pemandangan kolam renang dengan air yang berkilauan diterpa sinar matahari pagi tampak damai, kontras dengan ketegangan yang menyelimuti mereka.
Pelayan menata hidangan dan menuangkan kopi serta teh, lalu segera pergi, meninggalkan mereka berdua dalam keheningan yang menyesakkan.
Laura dan Pablo mulai makan, hanya suara denting sendok dan garpu beradu dengan piring yang memecah kesunyian.
Laura menatap lurus ke arah kolam renang, menghindari mata Pablo. Pablo sesekali mencuri pandang ke istrinya, tahu betul bahwa keheningan ini adalah badai yang tertunda. Udara pagi terasa dingin, tetapi suasana di meja makan terasa membeku.
Pablo menunggu Laura untuk mengkonfrontasinya, tetapi wanita itu hanya diam, menyantap paella mariscos dengan kunyahan yang pelan dan teratur.
Akhirnya, Pablo tidak tahan lagi dengan keheningan itu.
"Apa yang kau temukan di laptopku? Tanyakan, jika kau ingin bertanya."
Laura meletakkan sendoknya dengan pelan, pandangannya kini tertuju lurus pada mata Pablo, tanpa ada keraguan.
"A.R."
Jawaban satu kata yang dingin itu menembus keheningan seperti anak panah.
"Kode untuk dana perwalian anakmu, yang lahir tiga tahun lalu di Barcelona. Itu benar, Pablo?" tanya Laura, suaranya tenang namun menuntut, seolah meminta konfirmasi untuk sebuah fakta yang sudah ia ketahui.
Laura tidak lagi menyembunyikan gejolak di dalam dirinya. Wajahnya yang semula tenang kini memerah menahan gejolak emosi, dan semburat kemarahan yang tertahan terlihat jelas di pipinya yang pucat. Rahangnya mengeras saat ia mempertahankan tatapan menuntutnya, menantikan pengakuan suaminya.
Pablo menatap mata istrinya yang memerah itu. Ia tersenyum penuh arti senyum yang sulit diartikan apakah itu rasa bersalah atau kepasrahan.
"Kenapa kamu berpikir itu anakku? Anakku hanya yang ada di dalam perutmu itu," jawab Pablo, mencoba mengalihkan fokus pembicaraan.
Laura tertawa sinis,
"Jangan mencoba mengalihkan pembicaraan, Pablo. Tentu saja anakku adalah anakmu. Tapi ini tentang anak rahasiamu yang lain. Anak dari hubungan singkat di Barcelona tiga tahun lalu," balas Laura tajam.
"Aku sudah melihat kode A.R. dan tanggal lahirnya di laptopmu. Aku juga tahu kau ke Barcelona sekarang bukan untuk urusan Diego, melainkan karena ada urusan keluarga yang mendesak terkait anak itu."
Laura mencondongkan tubuhnya ke depan, tatapannya menusuk.
"Jelaskan padaku: Siapa Ariel atau Alex itu? Dan yang lebih penting, kenapa pernikahan kita seolah aku adalah proyek perlindungan yang sempurna?"
Pablo menggelengkan kepala dan tertawa kecil.
"Sekarang aku mau bertanya, bagaimana jika memang aku punya anak di luar nikah sebelum bersamamu? Apa kau marah? Kita semua punya masa lalu, Laura."
...****************...
Hai Guys, Para Pembaca Setia! ✨
Thank you so much udah luangin waktu buat mampir ke cerita ini. Btw, kalian udah follow dan vote belum, nih?
Aku minta tolong banget ya support kalian dalam bentuk Follow, Like, Vote, dan tonton Iklan-nya. Support kecil dari kalian itu impact-nya gede banget buat mood nulis aku, lho!
Feel free buat kasih kritik dan saran di kolom komentar! Yuk, kita ngobrol di sana! 😉
Salam sayang dari Author!
double up kapan nih?
terima masih sudah hadir sebagai silent readers 😍🙏
dan... akhirnya /hr 5 bab selama 4 hari done!
dari karakter Laura, Laura ini blak-blakan dan grusa grusu ya... cocok sm karakter Pablo yg disiplin spy lbh terarah.