Istri Dari Desa Milik Tuan Sagara

Makan malam penuh pembicaraan hal-hal kecil, masa kecil Sagara pun tak luput dari pembicaraan dimeja makan. Pria itu benar-benar pasrah ketika Kakeknya membuka bagaimana saat dia kecil, ya tentu saja karena dulu mereka tinggal satu rumah sebelum rumah itu dijual, karena Kakek memilih tinggal didesa untuk masa tuanya.

Dan orang tua Sagara mengurus perusahaan lainnya di luar negeri, lalu Sagara kuliah sembari mengurus perusahaan memilih apartemen dibandingkan rumah.

"Baiklah, karena sudah selesai Kakek bisa santai. Atau ada yang ingin dibicarakan dengan Kak Saga," ujar Aruna, dia memilih untuk membantu Bibi membersihkan semuanya.

"Baiklah, terimakasih untuk makan malamnya. Kakek memang ada hal yang ingin dibicarakan dengan cucu yang sangat menyebalkan ini." Menunjuk ke arah Sagara, namun pria itu hanya berekspresi wajah datar.

Aruna tersenyum, lalu kedua pria itu beralih dari meja makan ke ruang kerja Sagara. Entah hal apa yang ingin dibicarakan oleh Tuan Abimana dengan Sagara, apa hal penting hingga mereka harus menjauh dari Aruna.

Penasaran akhirnya Sagara bertanya disaat Kakeknya baru saja duduk, "Hal apa yang ingin Kakek bicarakan?" tanyanya.

Tuan Abimana menatap cucunya, "Apa kamu ingat kecelakaan yang menimpamu?" tanya beliau.

Sagara menggeleng, tentu saja dia tidak ingat tentang kecelakaan yang dialami saat remaja. Dulu, dia hanya tau ada bekas sayatan di bagian tubuhnya, namun itupun tak terlalu jelas karena penutupan jaringan kulit yang sangat baik.

"Bagian tubuhmu didalam sana, ada milik orang lain. Begitupun kamu di jodohkan dengan Aruna, ada alasannya. Ada hal besar di balik semua itu, Aruna bukan anak dari sembarang orang Sagara. Orang tuanya memiliki jasa besar terhadap perusahaan kita, tapi dia juga bejasa menyelamatkan nyawamu." Jelas beliau pada Sagara, dimana pria itu masih bingung dengan kata-kata Kakeknya.

Sagara tak mau terus menerus dibuat bingung oleh sang Kakek, "Apa maksud dari semua itu Kek, didalam sana ada hal apa?" tanyanya, karena Sagara tak mengerti sama sekali.

"Dan siapa Aruna itu? Bukankah dia hanya gadis desa, dia hanya anak yang suka menulis, berkebun, dan tak terlalu tau kehidupan kota."

Tuan Abimana bangkit dari duduknya karena merasa akan percuma memberitahunya sekarang, "Cari tahu sendiri kejadian waktu kamu mengalami kecelakaan, dan siapa yang menolongmu. Kamu akan tau segalanya, dan siapa Aruna. Baca juga dokumentasi perusahaan, siapa saja yang berjasa menyelamatkan di masa-masa sulit," menepuk pundak cucunya, lalu berjalan keluar dari ruang kerja Sagara.

'Dia masih saja gampang emosi, bagaimana aku bisa menjelaskannya. Dia harus cari tau sendiri, dari pada penjelasanku sulit diterima olehnya,' batin Tuan Abimana.

Beliau lalu menuju ke kamarnya, sedangkan Sagara merasa kesal karena sang Kakek tak memberitahu secara langsung. Seolah dia harus memecahkan kode rahasia, begitulah masalah yang ada padanya saat ini.

Dengan cepat dia meraih benda pipih lalu mengirim pesan pada asistennya, dia ingin mencari tau tentang waktu perusahaan mengalami krisis. Pihak siapa saja yang menangani dan membantu perusahaan, dan apa hubungannya dengan Aruna.

Setelahnya dia teringat jika Ayahnya pasti tau akan hal tersebut, "Aku coba tanya Ayah." Mulai mencari nomor Ayahnya, dan mulai memanggil lewat sambungan telfon.

"Halo Ayah, bisa aku bicara sebentar." Ujar Sagara dari sambungan telfon.

"Bicaralah cepat."

"Apa Ayah tau siapa yang membantu perusahaan kita saat krisis?" tanyanya dengan nada serius.

"Tuan Rai Emarda Tajana, itu saja? Ayah ada rapat, jadi Ayah matikan. Salam untuk Kakek." Pesan dari Ayahnya, sambungan telfon itu mati setelahnya.

Sagara mengulang nama yang disebutkan oleh Ayahnya, dan dia mencatat nama itu, lalu mengirim pesan pada Haru untuk mencari taunya dengan detail.

"Ada yang harus aku temui." Bergegas keluar dari ruang kerja, dan berganti pakaian karena ada seseorang yang harus dia temui.

Aruna melihat suaminya itu terburu-buru, walaupun belum terlalu malam tapi ada apa hingga dia terburu-buru sekali.

"Palingan juga kekasihnya itu, ah sudahlah itu urusannya. Biarkan saja, aku tak mau ikut campur urusannya. Itu kehidupannya, aku lebih baik fokus kehidupanku," ucapnya, seraya melangkah menuju ke kamar.

.....***.....

Sagara sudah menghubungi seseorang, dan akan menemuinya ditempat kerjanya. Karena memang ada hal yang harus dia cari dan memerlukan bantuannya, mobil melaju cukup cepat membelah jalanan kota.

Hanya 15 menit saja Sagara sudah sampai ditempat, segera menemui temannya untuk mencari sesuatu yang penting.

"Kay, bantu aku mencari sesuatu yang penting." Pinta Sagara dengan wajah yang terlihat bingung.

Kay yang mendengar itu langsung berfikir jika yang penting itu adalah sepupunya, "Maksudmu Aruna pergi lagi dari rumah? Apa kamu sudah menelfonnya, dan bertanya pada teman-temannya?" tanya Kay yang juga ikut panik, karena dia merasa Aruna sudah seperti adiknya.

Sagara memberi kode dengan tangan dan gelengan kepala, "Bukan itu, bukan dia masalahnya. Tapi tentang kecelakaan yang menimpamu, dan tindakan apa saja yang di lakukan. Lalu, apakah aku menerima sesuatu dari orang lain." Jelas Sagara.

"Menerima sesuatu dari orang lain? Maksudmu itu seperti donor organ?"

"Benar, sepertinya itu atau suatu hal yang lain. Dan aku butuh informasi itu Kay, apa bisa kita cari sekarang? Aku ingin memecahkan teka teki ini sekarang." Tak sabar ingin memecahkan teka teki dari sang Kakek.

Kay terdiam, karena butuh waktu lama memeriksa data yang sudah lebih dari 10 tahun. Dan ini rumah sakit terbesar dikota, jelas sangat memakan waktu untuk mereka jika Sagara menginginkan hasilnya hari ini.

Dengan berat hati Kay mengutarakan rencananya, "Begini Sagara, kita bisa mencarinya tapi tidak bisa langsung menemukan data tersebut. Mungkin butuh waktu untuk beberapa hari, tapi 2 hari itu cukup. Apa bisa membantu?" tanya Kay, berusaha meyakinkan sahabatnya.

"Tidak bisa sekarang ternyata." Duduk di sofa, tubuhnya lemas mendengar ucapan sahabatnya.

"Ini bukan dirimu Sagara, padahal biasanya kamu bisa dapat informasi dari manapun. Tapi kini kamu membutuhkanku, ada apa ini." Ujar Kay, karena ini bukan diri Sagara yang selalu mendapat informasi apapun yang dia mau.

Wajah Sagara tak bersemangat, "Kakek seperti mengeblok semua informasi yang aku cari, dari tentang Aruna, tentang keluarganya, tentang rahasia ini, dan ..."

"Aruna? Bukankah dia keluargamu, kenapa informasinya di blok?" Kay mengangkat satu alisnya, dia tidak salah dengar nama Aruna di sebut dan tentang informasinya.

Sagara terdiam dia menarik nafas kasarnya, "Bu-bukan apa-apa." Mencoba menutupinya.

Tapi Kay sudah tidak percaya karena Sagara sudah terlihat jelas menyembunyikan sesuatu darinya, "Kamu menyembunyikannya sesuatu dari ku dan lainnya Sagara, aku tau jelas saat kamu berbohong. Bahkan kamu tak sanggup menatapku saat berbicara." Kata Kay membuat Sagara terdiam.

'Sial! Kenapa mulutku ini tidak bisa di rem, sudah mirip gadis kecil itu saja,' batin Sagara.

"Akan aku jelaskan jika sudah waktunya, tapi tolong cari tau itu. Aku sangat butuh informasinya." Memohon pada sahabatnya.

"Baiklah akan aku bantu, setelahnya kamu jujur tentang semua yang kaku sembunyikan padaku dan lainnya. Itu bentuk bayaran yang harus kamu bayar." Pinta Kay pada Sagara, akhirnya Sagara mengangguk mengiyakan kemauan Kay.