Jingga pikir hidupnya sudah begitu sempurna dengan kebahagiaan. Menikah dengan pria yang sangat dicintainya dan memiliki seorang putri cantik berusia dua tahun.
Namun semua kebahagiaan itu seketika lenyap, saat mengetahui suaminya berselingkuh dengan sepupunya sendiri. Apalagi saat sang suami mengatakan jika selama ini pria itu mencintai wanita tersebut, dan menikah dengannya hanya karena membalas kebaikan kedua orang tua Jingga yang sudah mengangkatnya sebagai anak.
Jingga yang merasa hancur karena kebahagiaan yang selama ini dirasakannya ternyata semu, mendapatkan kesempatan kedua untuk mengulang hidupnya saat sebuah mobil menabraknya.
Jingga pun akhirnya kembali ke masa lalu di mana pernikahan itu belum terjadi. Apa yang akan dilakukan Jingga selanjutnya? Apakah dia akan tetap menikah dengan Bayu setelah pengkhianatan yang dilakukan pria itu. Ataukah Jingga akan membalas perbuatan mereka, dan melepas suaminya yang berarti putri kecilnya pun akan hilang tak pernah dilahirkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Jingga berjalan dengan langkah gontai menuju kamarnya lalu berbaring di atas ranjang sembari menatap langit-langit ruangan. Seharian ini tubuh dan pikirannya begitu lelah dengan apa yang telah terjadi. Selain bertemu dengan Reno, dan pria asing yang mungkin mengetahui penyebab ia kembali ke masa lalu. Jingga juga baru mengetahui sisi lain dari seorang Amanda.
"Kenapa aku yang harus mengalami masalah seperti ini," gumamnya dengan menghela napas panjang, dan tanpa terasa kedua matanya terpejam saat rasa kantuk mulai meraja.
Entah sudah berapa lama Jingga tertidur masuk ke dalam alam mimpi, hingga tidurnya terusik saat merasakan sesuatu yang basah menyentuh wajahnya.
"Kau..."
Kedua matanya yang terpejam kini terbuka lebar saat mendapati wajah Bayu yang begitu dekat dengan wajahnya. Rasa kantuk yang masih terasa tadi hilang begitu saja berganti dengan rasa terkejut. Bahkan saking terkejutnya ia langsung bangkit dari tidurnya hingga membuat kepala mereka saling beradu dengan lumayan keras.
"Aw..." Jingga meringis begitu pun dengan Bayu. "Apa yang kau lakukan di kamarku?" tanya Jingga dengan ketus sembari mengusap kepalanya yang terasa sakit.
"Bisa tidak sehari saja kau tidak membuatku susah. Kepalaku sakit tahu," gerutu Bayu tanpa menjawab pertanyaan Jingga dengan tangan yang mengusap kepala berulang kali.
"Salahmu sendiri kenapa ada di kamarku."
"Ayah yang memintaku memanggilmu untuk makan malam," ucap Bayu sembari beranjak dari tempat tersebut tanpa memperdulikan Jingga yang mengumpat karena tidak terima ia masuk ke dalam kamar gadis itu.
"Sialan!" umpat Jingga dengan geram setelah melihat sosok Bayu keluar dari kamarnya. Namun di detik berikutnya ia pun tertegun saat mengusap sesuatu yang basah pada pipinya. "Apa ini?" gumamnya sembari teringat tatapan mata Bayu tadi saat bersirobok dengan kedua matanya. Dapat ia lihat kedua netra pria itu terlihat menyimpan sebuah kesedihan yang mendalam. "Ck.., apa yang dirasakannya dan apa yang diperbuatnya tidak ada kaitannya denganmu, Jingga. Jadi lupakan dia!" gumamnya mengingatkan pada diri sendiri.
Dari pada sibuk memikirkan Bayu, Jingga pun lebih memilih beranjak dari atas ranjang menuju kamar mandi. Setidaknya ia harus membersihkan tubuh terlebih dahulu sebelum menemui keluarga besarnya untuk makan malam.
Acara makan malam pun berlalu dengan begitu hening, tidak ada perbincangan hangat atau candaan yang biasanya mengisi kegiatan disela makan malam mereka. Semua orang yang duduk di ruangan tersebut, seolah sibuk dengan pemikiran yang ada di benaknya masing-masing. Terlebih tidak ada Biru yang biasanya selalu memberikan candaan pada Jingga, hingga membuat makan malam itu begitu sunyi senyap. Bahkan saat makan malam itu selesai, mereka langsung beranjak dari ruangan begitu saja.
"Sayang kau mau kemana?" tanya Adam pada Jingga, saat melihat sang putri berjalan menunju halaman belakang rumah mereka. Karena tidak biasanya Jingga pergi ke tempat luas itu di saat malam hari, mengingat betapa penakutnya Jingga pada kegelapan. Apalagi halaman belakang mereka hanya diterangi oleh beberapa lampu hias saja.
"Aku ingin duduk di gazebo belakang yah, kenapa?" Jingga balik bertanya.
"Tidak apa-apa." Adam membiarkan putrinya pergi setelah menatap sang istri dengan penuh tanya. "Sayang apa kau tidak merasa sejak tadi putri kita bersikap aneh?"
Anindita yang juga merasakan hal yang sama dengan suaminya, hanya mengangkat kedua bahu sembari menghela napas dengan berat.
ayo donk up lagi🥺🥺
up lagi dong/Sob//Sob/
Ini kan cerita fiksi ya nyambung2 aja