NovelToon NovelToon
DIVINE SIN

DIVINE SIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Dark Romance
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ellalee

''Di balik malam yang sunyi, sesuatu yang lama tertidur mulai bergerak. Bisikan tak dikenal menembus dinding-dinding sepi,meninggalkan rasa dingin yang merayap.ada yang menatap di balik matanya, sebuah suara yang bukan sepenuhnya miliknya. Cahaya pun tampak retak,dan bayangan-bayangan menari di sudut yang tak terlihat.Dunia terasa salah, namun siapa yang mengintai dari kegelapan itu,hanya waktu yang mengungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CINTA YANG SALAH

"Langit pagi itu tampak lembut, sedikit berawan, dan angin berhembus pelan melewati koridor panjang sekolah. Dari balik pintu ruang BK yang baru saja terbuka, langkah Rael terdengar ringan , terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja keluar dari ruangan yang ditakuti sebagian besar murid.

Rambutnya berayun lembut, mata teduhnya menatap lurus ke depan tanpa ekspresi, tapi ada senyum samar yang bersembunyi di sudut bibirnya. Seakan dunia di sekelilingnya hanyalah angin yang lewat.

Tak jauh dari pintu itu, berdirilah Jae-hyun ,bersandar di tembok, wajahnya tegang dan penuh kekhawatiran. Begitu melihat Rael keluar, tubuhnya refleks bergerak cepat menghampiri, napasnya seperti tertahan sejak tadi.

“Rael! Kau tidak apa-apa kan? Apa yang Buk Gayoung katakan? Apa dia memarahimu? Apa dia akan menghukummu?Apa dia—”

Rentetan kata-kata keluar begitu cepat, seperti anak panah yang tak bisa berhenti.

Namun sebelum kalimat berikutnya sempat terucap, Rael mengangkat tangannya pelan dan menempelkan ujung jarinya di bibir Jae-hyun. Gerakan itu lembut, tapi cukup untuk membuat dunia di sekitar mereka seolah membeku.

“Shh…” bisiknya pelan, senyumnya terukir genit, namun matanya memancarkan sesuatu yang hangat dan berbahaya sekaligus.

“Kenapa kau hanya bertanya hal yang membosankan, hm?” katanya lirih, suaranya menurun seperti nada dari sebuah lagu rahasia. “Kenapa kau tidak bertanya... apakah aku merindukanmu?”

Jae-hyun terdiam. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Tatapan Rael begitu dekat, napasnya menyentuh kulit lehernya wangi samar bunga musim semi berpadu dengan hawa dingin yang khas dari dirinya.

“Rael…” Jae-hyun berbisik pelan, suaranya nyaris tak terdengar. “Aku hanya khawatir… kau tahu aku tidak bisa diam ketika—”

“Ketika aku tak ada di sisimu?” potong Rael dengan senyum yang semakin melebar.

Ia melangkah lebih dekat, hanya menyisakan jarak satu hembusan napas di antara mereka. “Atau… karena kau takut aku menyakiti orang lain lagi?”

Jae-hyun menatapnya, tak mampu menjawab. Hatinya terbelah antara rasa takut dan kekaguman gadis di depannya itu indah dan berbahaya dalam waktu yang sama.

Rael menatapnya lama, lalu mendesah pelan, seolah lelah pada perasaan yang bahkan ia sendiri tak mengerti.

“Jae-hyun… dunia ini penuh dengan hal yang tidak perlu dijelaskan,” ucapnya lembut. “Tapi satu hal yang harus kau tahu meskipun aku bisa menghancurkan banyak hal dengan amarahku… aku tidak akan pernah menyentuhmu dengan niat itu.”

Angin berhembus di antara mereka, mengibaskan rambut Rael yang menyentuh pipi Jae-hyun.

Mata mereka bertemu, satu dengan lembut, satu dengan ketakutan samar, tapi keduanya tahu… ada sesuatu yang jauh lebih dalam dari sekadar kekhawatiran.

Dari kejauhan, mata para siswa yang lalu lalang menatap mereka dengan bisik-bisik kecil.

Namun bagi Rael dan Jae-hyun, dunia di sekitarnya sudah memudar. Yang tersisa hanyalah napas, jarak, dan denyut jantung yang saling menjawab dalam diam.

“Aku harus ke lapangan sekarang,” ucap Rael akhirnya, mundur setapak dengan senyum tipis.

“Sebelum aku benar-benar membuatmu jatuh cinta padaku… lebih dari yang seharusnya.”

Jae-hyun terdiam, matanya sedikit membesar mendengar kalimat itu. Ada jeda singkat, seolah otaknya butuh waktu untuk mencerna apa yang baru saja keluar dari bibir Rael. Ia mengerjap cepat, lalu berdeham, mencoba menyembunyikan rona merah yang mulai menjalari wajahnya.

“E-eh… ke lapangan? Tapi kenapa? Hari ini kan nggak ada jam olahraga?” tanyanya bingung, menatap Rael yang sudah melangkah lebih dulu menuju arah lapangan.

Rael berhenti sebentar, menoleh sambil mengangkat satu alisnya. Senyum kecil tersungging di bibirnya,senyum yang membuat dada Jae-hyun bergetar tanpa sebab.

“Karena,” jawabnya singkat, “aku dihukum, Dua jam berdiri di bawah matahari. Buk Gayoung bilang, itu hadiah atas ‘diamku yang terlalu indah’ di ruang BK tadi.”

Nada suaranya ringan, seolah itu bukan masalah besar. Tapi Jae-hyun bisa melihat sekilas tatapan letih di mata Rael, meski segera tertutup lagi oleh senyum nakal khasnya.

“Dihukum?!” seru Jae-hyun cepat, mengejar langkah Rael yang sudah semakin menjauh. “Ya Tuhan, kenapa kamu nggak bilang dari tadi?! Kamu masih belum pulih sepenuhnya, Rael. Kalau kamu berdiri di bawah matahari dua jam, nanti lukamu—”

Rael menoleh setengah, menatap Jae-hyun yang kini sejajar dengannya.

“—nanti lukamu semakin terlihat manis,” potong Rael dengan nada menggoda, membuat Jae-hyun spontan kehilangan kata.

Rael tertawa kecil melihat ekspresinya.

“Kau terlalu mudah panik hyun-ah. Aku baik-baik saja, sungguh. Lagipula… mungkin berdiri di bawah langit pagi bisa sedikit menenangkan pikiranku.”

Langkahnya ringan, tapi setiap gerakannya meninggalkan kesan lembut, seolah udara pun mengikuti arah napasnya.

Jae-hyun menghela napas pelan, kemudian tanpa banyak bicara, berjalan di sampingnya.

“Aku ikut,” ujarnya akhirnya.

Rael meliriknya sambil menaikkan alis. “Untuk apa? Kau kan tidak dihukum.”

Jae-hyun tersenyum samar, menatap Rael dengan pandangan yang hangat namun tegas.

“Kalau kau harus berdiri dua jam di bawah matahari… maka aku juga akan berdiri di sana bersamamu.”

Rael terdiam. Senyum kecil muncul di bibirnya, tapi kali ini tanpa nada goda,hanya lembut dan tulus.

“Hyun-ah kamu benar-benar bodoh,” gumamnya nyaris tak terdengar, tapi cukup untuk membuat hati Jae-hyun berdegup tak karuan.

"Langkah kaki mereka berdua bergema di koridor sekolah yang terlihat sepi,karena para murid sudah masuk ke kelas masing-masing, sinar pagi menembus jendela, menyoroti debu-debu kecil yang menari di udara. Rael berjalan di samping Jae-hyun, matanya menatap wajahnya dari samping—wajah yang begitu manusiawi, begitu rapuh, namun begitu… menenangkan.

Jae-hyun… gumam Rael dalam hati, hampir tak terdengar bahkan oleh dirinya sendiri. Aku memang sangat mencintaimu. Aku ingin kau mencintaiku… tapi setiap kali aku merasakan kau memikirkan aku, ketakutan ini muncul. Aku takut cintaku… akan membinasakanmu.

Rael menelan napas pelan, dadanya bergetar, seolah ada badai yang tertahan di dalam.

" Kita berbeda… Kau manusia, dan aku… aku hanyalah jiwa yang merenggut tubuh orang yang kau cintai. Aku tidak pantas… tidak pantas menerima cinta darimu. Tapi, aku juga takut. Takut jika kau tak mencintaiku, takut jika hatimu tetap jauh dariku.

Matanya menatap sekilas tangan Jae-hyun yang bergerak tanpa sadar, hangat dan nyata, kontras dengan kegelapan yang membungkusnya. Hati Rael bergetar, perasaan yang membingungkan, penuh rasa bersalah tapi juga rindu.

Jujur… aku benar-benar bingung. Apa yang sebenarnya aku inginkan? Kau… atau diriku sendiri yang harus menahan perasaan ini?

Rael menundukkan sedikit wajahnya, menyembunyikan mata yang berkilau di bawah cahaya pagi. Tapi pandangan itu tetap tak lepas dari Jae-hyun,dari wajahnya yang sederhana namun begitu memikat, yang tak tahu seberapa berat beban hati Rael.

"haeun — jae-hyun..... " panggilan itu membuat rael dan jae-hyun reflek menatap ke belakang, di mana suara itu datang.

1
Ngực lép
Bikin klepek-klepek!
Zhunia Angel
Gemes deh!
Kakashi Hatake
Bagus banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!