NovelToon NovelToon
Pirouette Love Drexler

Pirouette Love Drexler

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Cintamanis / Romansa / Cintapertama / Idola sekolah
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nuna Nellys

0o0__0o0

Lyra siswi kelas dua SMA yang dikenal sempurna di mata semua orang. Cantik, berprestasi, dan jadi bintang utama di klub balet sekolah.

Setiap langkah tariannya penuh keanggunan, setiap senyumnya memancarkan cahaya. Di mata teman-temannya, Lyra seperti hidup dalam dunia yang indah dan teratur — dunia yang selalu berputar dengan sempurna.

***
"Gue kasih Lo Ciuman....kalau Lo tidak bolos di jam sekolah sampai akhir." Bisik Lyra.

0o0__0o0

Drexler, dengan sikap dingin dan tatapan tajamnya, membuat Lyra penasaran. Meskipun mereka memiliki karakter berbeda. Lyra tidak bisa menolak ketertarikannya pada Drexler.

Namun, Drexler seperti memiliki dinding pembatas yang kuat, membuat siapapun sulit untuk mendekatinya.

***
"Mau kemana ?" Drexler menarik lengan Lyra. "Gue gak bolos sampai jam akhir."

Glek..! Lyra menelan ludahnya gugup.

"Lyra... You promise, remember ?" Bisik Drexler.

Cup..!

Drexler mencium bibir Lyra, penuh seringai kemenangan.

"DREXLER, FIRST KISS GUE"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Drexler Turun Tangan

...0o0__0o0...

...Langkah Drexler terdengar tegas, berat, dan terukur. Di ikuti oleh Regal dan Mogi yang berjalan di belakang-nya dengan aura yang sama gelapnya....

...Kerumunan murid serempak menyingkir, memberi jalan kepada tiga cogan itu untuk lewat....

...Tak seorang pun berani bicara — semua tahu, begitu Drexler turun tangan, tak ada yang bisa menghentikan-nya....

...Drexler berhenti tepat di depan Lyra....

...Tatapan tajamnya menyapu lapangan, menatap Sinta yang tergeletak, Bagas yang masih menahan amarah, lalu kembali ke wajah Lyra — gadis yang kini berdiri tegak dengan darah di sudut bibirnya, tapi tatapan-nya tetap dingin dan berani....

...“Sweetie” ucapnya pelan tapi tegas....

...Lyra menoleh, matanya menatap Drexler tanpa ragu. Bibirnya tersenyum samar — senyum yang hanya di miliki seseorang yang tahu dirinya sedang berada di ujung dunia, tapi tak gentar sedikit pun....

...“Dia yang mulai duluan,” katanya datar. “Aku cuma ngelanjutin.”...

...Beberapa murid terdengar berbisik pelan, tapi semuanya mendadak bungkam ketika Drexler menoleh....

...Aura yang di pancarkan-nya menekan udara di sekitarnya tajam, dingin, menakutkan. Tatapan-nya menajam, rahangnya mengeras. ...

...Cowok itu berdiri lebih dekat di depan Lyra, tubuhnya menjadi perisai hidup. Tatapan dingin-nya tak lepas dari sudut bibir sang kekasih yang robek, mengeluarkan darah segar....

...“Bukan itu yang mau aku denger,” ucapnya datar. “Siapa ?” tanyanya dingin, tanpa perlu menaikkan suara....

...Tangan-nya mengusap lembut sudut bibir Lyra dengan sapu tangan. Gerakan-nya pelan, penuh kehati-hatian — seolah sedikit tekanan saja bisa membuat gadis itu semakin terluka....

...Lyra menatap wajah Drexler, seketika matanya berkaca-kaca. Bukan karena tamparan Bagas. Tapi karena perasaan yang lebih dalam dari rasa sakit — sesuatu yang menyesakkan dada....

...Drexler langsung menarik Lyra ke dalam pelukannya....

...Pelan, penuh kendali....

...Tangannya mengelus punggung gadisnya dengan lembut....

...“Satu tetes air mata kamu jatuh...” bisiknya rendah di telinga Lyra, “...maka aku pastikan mereka semua lenyap dari dunia ini.”...

...Nada suaranya datar. Tapi tidak ada yang mengira itu ancaman kosong....

...Lyra menegang sejenak, lalu menahan napas. Air matanya urung jatuh....

...Dia bukan tipe gadis cengeng — tapi entah kenapa, di pelukan Drexler, dia merasa menjadi sosok terlalu rapuh....

...Mungkin karena di sanalah, tempat bersandar Lyra, merasa… aman. Tanpa penghakiman....

...Hening....

...Tak ada yang berani bersuara....

...Bahkan hembusan napas dari kerumunan pun seolah menghilang....

...Hanya ada suara angin yang mengalun pelan, menambah tegang suasana....

...“Drexler!” Suara Giva pecah, terburu-buru. “Lyra di tampar sama Bagas!”...

...Hening lagi....

...Aura Drexler langsung berubah. Lebih berat. Lebih dingin....

...Dia melepas pelukan-nya perlahan, menatap Lyra sekali lagi, lalu mengecup singkat sudut bibir gadis itu yang terluka....

...“Tunggu di sini,” bisiknya lembut, “sebentar aja.” Tangan-nya mengelus kepala Lyra singkat, sebelum ia berbalik....

...Langkah Drexler pelan tapi mantap. Tatapan-nya kini tajam menusuk ke arah Bagas....

...“Gue gak peduli siapa yang bener atau salah,” ucapnya datar, tapi setiap katanya menekan udara. “Tapi nyentuh Lyra apalagi nampar dia, itu kesalahan terbesar yang lo lakuin hari ini.”...

...Bagas mendengus, mencoba membalas, “Dia duluan nyiksa cewek gue di depan semua orang, Drex!”...

...Tatapan Drexler tak berubah. Tatapan pemburu yang baru melihat target. Satu langkah ia maju. Bagas tanpa sadar mundur satu langkah....

...“Gue kasih lo dua pilihan,” suaranya turun lebih rendah, nyaris seperti geraman. “Tebus kesalahan lo dengan kepala tegak... atau gue bikin lo nyesel berdiri di tempat ini.”...

...Suasana membeku....

...Tidak ada yang berani merekam lagi. Bahkan suara angin pun lenyap....

...Aura Drexler terlalu kuat — dingin, dominan, menekan dari segala arah....

...Lyra menatap punggung Drexler, bibirnya melengkung tipis. Ada sesuatu yang hangat di dadanya — tenang, meski di tengah amarah yang mendidih....

...Dan ketika Drexler kembali melangkah maju, Bagas bisa merasakan... bahwa satu langkah lagi, dunia seolah akan bergetar....

...Tatapan Drexler seolah mampu merobek harga dirinya....

...Sekilas pandang saja sudah cukup membuat napas Bagas tersangkut di tenggorokan — tapi dia menolak tunduk....

...“Gue gak akan tunduk cuma karena lo punya kekuasaan lebih dari gue,” katanya tegas, menatap lurus. “Lyra yang salah. Harusnya dia yang minta maaf sama Sinta.”...

...Mogi yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara sambil menahan tawa. “Wow... lo terlalu berani, kawan,” ujarnya terkekeh geli....

...Regal menyeringai, menimpali, “Untuk nasib yang udah di ujung jurang, harusnya mundur, bukan malah nantang.”...

...Giva menambahkan, nada suaranya penuh ejekan, “Biarin aja. Mungkin dia mau jadi Power Rangers buat si pickme.”...

...Vika langsung tertawa keras, “Power Rangers gak tuh ?!” katanya geli. “Mending kalo mendaratnya selamat... gimana kalau kepalanya nyangkut di pohon ?”...

...Regal dan Mogi saling pandang, lalu menjawab bersamaan, “Mampus.”...

...Satu kata sederhana — tapi cukup buat mereka semua tertawa, seolah lupa kalau yang mereka ejek sedang berdiri di hadapan badai....

...Tawa mereka pecah, menggema di udara tegang itu....

...Sampai Drexler mengangkat tangan-nya perlahan....

...Sekejap, suasana membeku....

...Suara tawa padam seperti lilin tersiram air. Tak ada yang berani bersuara. Bahkan empat sekawan itu menelan ludahnya sendiri....

...Drexler melangkah maju. Langkahnya tenang... tapi setiap pijakan terdengar seperti detak ancaman yang tak bisa di hindari....

...“Gue anggap lo... pilih pilihan kedua.” Suaranya rendah dan datar, tapi dingin-nya seperti besi yang baru di celup ke salju. “Berani nyakitin Lyra, berarti siap tanggung akibatnya.”...

...Belum sempat Bagas bereaksi—...

...BUG!...

...BUG!...

...Dua pukulan menghantam rahangnya, keras dan cepat, membuat tubuhnya terlempar ke tanah....

...“Itu... buat tamparan yang lo kasih ke cewek gue.”...

...Drexler menunduk, jongkok di depan Bagas, lalu mencengkeram seragamnya kuat-kuat. Tatapannya tajam, nyaris tak berperasaan....

...BUG!...

...BUG!...

...“Dan ini... buat cewek lo. Karena udah lancang ganggu ketenangan Lyra.”...

...Darah menetes dari hidung Bagas. Suaranya parau saat mencoba bicara....

...“Dia—dia duluan yang cari masalah...” katanya terbata, mencoba terdengar kuat, tapi tubuhnya gemetar....

...Drexler tak menjawab. Hanya berdiri satu langkah di depannya....

...Mata mereka bertemu — dua tatapan berbeda. Yang satu ketakutan. Yang satu… api yang nyaris tak terkendali....

...“Lo bahkan gak ngerti apa yang baru aja lo lakuin,” Drexler bicara pelan, tapi setiap kata terasa seperti pukulan. “Tangan lo barusan nyentuh sesuatu… yang bahkan dunia pun gak gue biarin ganggu.”...

...Udara di sekitar mereka menegang. Semua orang yang menonton menahan napas....

...Mata Drexler menyipit. Satu langkah lagi mendekat, lalu ia berbisik dingin. “Lo tahu kenapa gak ada yang berani nyentuh Lyra ?”...

...Drexler menatap tajam, suaranya bergetar menahan emosi. “Karena kalau dia di sakitin… gue yang hancur duluan. Dan kalau gue hancur—” senyumnya muncul samar, gelap— “gak akan ada yang tersisa buat lo.”...

...BUG!...

...BUG!...

...Dua pukulan terakhir menghantam wajah Bagas yang sudah nyaris tak di kenali. Dia tergeletak, napas tersengal....

...Sinta menatap dengan mata basah, tangan-nya terkepal erat, tubuhnya gemetar hebat....

...Belum sempat Bagas menghirup napas lega, Drexler sudah menarik kerah bajunya kasar — menyeret tubuh itu seolah tanpa bobot....

...BRUK!...

...Tubuh Bagas terhempas, jatuh tersungkur tepat di depan Lyra. Gadis itu berdiri tegak, matanya tajam, ekspresinya datar seperti tak lagi punya tenaga untuk marah....

...Drexler melangkah perlahan, tenang... terlalu tenang....

...Lalu tanpa peringatan, ia menangkap tangan kanan Bagas dan memutarnya paksa ke belakang....

...KRAK!...

...Suara tulang patah terdengar jelas, menusuk udara yang hening. ...

...Beberapa murid di sekitar menjerit kecil, menutup mulutnya rapat-rapat....

...“Lain kali,” bisik Drexler di telinganya — dingin, nyaris tanpa emosi, “gunakan tangan lo dengan lebih bijak.” Tarik napasnya berat. “Sebelum gue bikin lo kehilangan tangan itu selama-nya.”...

..."ARGHHH...!"...

...Bagas menjerit sekeras tenaga, tapi Drexler bahkan tak bergeming. Tangan-nya tetap mencengkeram kuat sebelum akhirnya menghempas tangan itu kasar seperti sampah....

...Belum cukup. Penderita Bagas masih berlanjut....

...Drexler berdiri di atasnya, langkahnya mantap....

...Kakinya menekan tengkuk Bagas keras-keras, memaksa wajahnya mencium sepatu Lyra....

...Semua orang menahan napas....

...Lyra masih diam di tempat, menatap wajah Drexler tanpa kata. Namun aura yang di pancarkan mampu membuat jantungnya bergetar....

...Drexler menatap kekasihnya lembut —senyum tipis terukir di wajah yang baru saja menebar aura horor....

...“Cewek gue gak butuh permintaan maaf dari sampah,” katanya tenang. “Dia cuma butuh bukti kalau gak ada yang bisa nyentuh dia tanpa izin gue.”...

...BUG!...

...Satu tendangan terakhir menghantam sisi tubuh Bagas, membuatnya terguling jauh, mengerang kesakitan....

...Hening lagi....

...Udara serasa berhenti bergerak....

...Drexler menarik napas panjang, lalu menatap Lyra....

...Tatapan itu berbeda — lebih tenang, lembut tapi masih menyala....

...“Udah puas, Hem ?" tanyanya pelan. “Gue gak akan biarin hama deket lebih lama sama kamu, bahkan satu langkah pun.”...

...Tak ada yang berani menatap Drexler langsung....

...Bahkan suara angin pun terasa menyingkir....

...Bagi semua yang menyaksikan kejadian itu, nama Drexler bukan lagi sekadar penguasa sekolah tapi bahaya penuh perhitungan....

...0o0__0o0...

1
Kenick Cafe
hajar juga tuh mak tiri ny lyra
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭 sabar ya, kakak
total 1 replies
Arsifa Masyid
si drexler benar-benar idaman 😍😍😍. sayangnya hanya ada di dunia fiksi.🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣, di dunia nyata juga ada kok kak, cuman mungkin beberapa biji saja.🤭🤭🤭
total 1 replies
Ita rahmawati
gimana reaksi drexler kalo tau apa yg dilakukan keluarga lyra ya 🤔
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭 itu masih aku pikirkan, kak. 🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
kymlove...
udah xler cepat garap itu si bapaknya lyra, kasih paham dengan segala kekuasaanmu

😌
kymlove...: yup, aku harap gak ngecewain kita yang berharap Drexler gk setengah2 dalam ngasih salam perkenalan ke orang tua bodoh itu😌😌
total 2 replies
Kenick Cafe
ayoo loe bagas kena bogem Ice Boy loh
Arsifa Masyid
gue tunggu Bagas tinggal riwayat doang 🤣🤣🤣🤣
kymlove...
haduh... kapan sih bapak tua bangkanya lyra di kasih paham Dexter, setelah hama2 sekolah ini tamat riwayatnya ganti kasih paham bapaknya donk.... pingin ikut buat bantai aja rasanya... 🤬🤬
kymlove...: aku serahin ke Dexter saja thor🤣🤣
total 3 replies
Ita rahmawati
ngeri bingit ih kelakuan mereka,,bosa ya disekolah bgtu 🤣
dexler udh dateng tuh matilah kau bagas 😂😂
Nuna Mochi: bisa dong kak, namanya juga dunia fiksi 🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Arsifa Masyid
gue selalu suka dengan kata Lyra... termasuk tua Bangka sialan. 👍🤣🤣🤣🤭🤭🤭
Nuna Mochi: Asal jangan di terapkan di dunia nyata ya, kakak,🤭🤭🤭🤭🤣🤣🤣
total 1 replies
Arsifa Masyid
Duuuuh Lyra, keuwuhan kalian udah nembus ginjal ku 😍😍😍🤣🤣🤣🤣 tanggung jawab gak Lo Thor 🤭🤭🤭
Nuna Mochi: Xixi kakak,🤭🤭🤭 waduhh...jangan mintak tanggung jawab sama aku, minta aja sama Drexler dan Lyra 🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Arsifa Masyid
Duuuuh...uwuh banget kalian 😍😍😍😍😍
Nuna Mochi: Xixi kakak,🤭🤭🤭 pantau terus ke uwuhan mereka 🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Ita rahmawati
dasar tua bangka 🤣🤣
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭 jangan di tiru ya, kakak. 🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
kymlove...
aaaa so sweet 😍😍
kymlove...: nganan aja kalau gitu aku thor... 🤣😅
total 2 replies
Ita rahmawati
yuuuhuuuu jadian guyssss 🤣🤣
Nuna Mochi: jangan lupa tumpengnya kakak, 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Yuyun Yunaas
Drexler gak mau rugi,,, 🤣🤣🤣🤣🙏🙏
Alex
akhirnya kalian bersatu🥰
Alex: iya kak
part-nya semakin tegang dan greget
total 2 replies
Arsifa Masyid
Astaga...dah lah kalian memang pasangan gila. tapi gue tetep suka 🤣🤣🤣🤣
Nuna Mochi: xixi kakak, 🤣🤣🤣pantau terus kegilaan mereka berdua 🤭🤭🤭
total 1 replies
Ita rahmawati
ternyata si vika nih yg jd gurunya,pantesan lyra nakal dn berani
Nuna Mochi: 🤭🤭🤭🤭 mintak di sentil itu ginjalnya Vika, tolong wakilin kak, 🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
sasip
bandel amat yah ini anak dua? cocok abiz..
😉🤭😅
Nuna Mochi: jangan di tiru ya kakak, 🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
kymlove...
ayooo coba... aku juga penasaran 🤣🤣🤣
kymlove...: yeah.. padahal pingin tau rasanya🤣🤣🤣🤣
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!