Serena Valerie Adiwijaya merupakan gadis dewasa yang sederhana. Serena bekerja ditengah kota untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dia juga harus membiayai kuliah adiknya.
Suatu hari takdir mempertemukan dia dengan seorang pria tampan yang terkenal sebagai CEO muda yang bernama Arkana Raditya Permana.
Status sosial yang sangat jauh berbeda, serta latar belakang keluarganya yang rumit membuat Serena harus memendam perasaannya. Namun apa jadinya jika Arkan juga mencintai Serena? Apakah mereka akan bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indahahaha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Bertengkar
Setelah selesai makan, Arkan mengajak serena untuk berbicara mengenai apa saja yang sudah dilakukan Tio padanya.
"Tidak adakah hal yang ingin kau ceritakan?" Tanya Arkan
Serena sempat terdiam bingung, tapi dia langsung tersadar maksud dari ucapan Arkan dan diapun menceritakan semuanya pada Arkan.
"Maaf kak aku baru menceritakannya sekarang karena dulu aku pikir dia tidak akan mengganggu tapi sekarang tingkahnya semakin membuatku tidak nyaman" jawab Serena, pasalnya tingkah Tio semakin membuatnya takut dan tidak nyaman karena sering memaksa Serena bahkan seperti pagi tadi dia sudah berada di depan rumahnya.
Arkan menghela nafasnya mendengar penjelasan Serena, dia menggenggam tangan Serena dengan lembut. "Aku akan selalu ada disisimu, katakan padaku jika dia mengganggumu lagi, aku akan memberi perhitungan padanya".
Serena hanya diam tidak menolak ataupun mengiyakan ucapan Arkan karena dia sebenarnya memang terganggu dengan Tio tapi tidak dengan memberi perhitungan padanya karena dia tahu perhitungan yang dimaksud Arkan adalah dengan memukul pria itu. Serena tidak ingin Arkan melakukan kekerasan dan itu akan merugikan dirinya sendiri karena bisa saja Tio melaporkannya pada pihak yang berwajib karena telah menyerangnya.
"Sayang" panggil Arkan pada Serena.
"Iya? Ada apa?" Tanya Serena sambil menatap Arkan yang sepetinya akan mengatakan hal yang serius padanya.
"Aku akan melamarmu Minggu depan" lagi dan lagi ucapan Arkan membuat Serena terkejut.
"Ma-maksud kakak? Kakak se-serius?" Tanya Serena gugup.
"Iya sayang, aku akan segera melamarmu dan kita akan menikah secepatnya" ucap Arkan.
"Kakak yakin dengan keputusan ini?" Tanya Serena lagi memastikan ucapan Arkan tadi.
"Iya sayang, aku tidak ingin kamu didekati pria lain. Aku akan membuatmu selalu berada di sampingku kapanpun itu, kau akan ikut bersamaku kemanapun aku pergi" jawab Arkan.
"Jadi aku akan ikut kemanapun kakak pergi? Lalu bagaimana dengan pekerjaanku kak?" Tanya Serena dengan pelan.
"Kau akan berhenti bekerja sayang, setelah menikah aku tidak akan mengizinkanmu untuk bekerja"
Serena terdiam mendengar jawaban Arkan, dia bingung harus menjawab apa. Dia masih belum bisa lepas dari pekerjaannya karena masih banyak yang harus ditanggungnya termasuk biaya kuliah adiknya, kalau dia tidak bekerja maka siapa yang akan memenuhi itu semua.
"Sayang, ada apa?" Tanya Arkan menyadarkan serena yang sedang terdiam seperti memikirkan sesuatu.
"Tidak ada kak hanya saja...." Ucapan Serena terhenti sebentar, "aku masih belum bisa untuk berhenti bekerja" lanjutnya.
"Mengapa?" Ucap tanya Arkan bingung, dia mulai tersulut emosi karena berpikir bahwa Serena tidak ingin bekerja karena ada Tio disana, api cemburu mulai terpercik dalam dirinya.
"Tidak kak, hanya saja aku tidak bisa untuk berhenti bekerja" jawab Serena lagi yang tidak mau memberi tahu arkan alasan dia tidak ingin berhenti bekerja, dia juga belum menceritakan pada Arkan mengenai masalah keluarganya. Walaupun tanpa serena menceritakannyapun Arkan sudah tau semua mengenai keluarganya.
Arkan mulai melepaskan tangannya pada Serena, "kau tidak ingin berhenti bekerja karena ada pria itu?" Ucap Arkan yang mulai menggertakan giginya kesal.
"Apa maksudmu? Tentu saja tidak kak" jawab Serena
"Lalu mengapa kau tidak ingin berhenti bekerja kalau bukan karena kau menyukainya? Kau juga tidak menceritakannya padaku sejak awal dan kau menerimanya saat dia mengajakmu untuk pergi bersamanya" ucap Arkan dengan emosi, beberapa orang di sekitar mulai melihat kearah mereka karena ucapan Arkan yang cukup keras.
Misel yang mendengar ada keributan di depan, diapun keluar dan melihat ke arah sumber keributan tersebut. Ternyata temannya itu yang sepertinya sedang bertengkar dengan kekasihnya.
"Ada apa ini Arkan?" Tanya misel saat sudah menghampiri meja mereka.
Arkan tidak menjawab apapun, Dia langsung pergi ke kasir untuk membayar dan pergi dari sana meninggalkan Serena yang terdiam dengan mata yang mulai berembun, air matanya siap tumpah saat dia mengedip.
Misel melihat itu langsung memeluk Serena, "ada apa Serena? Apa kalian bertengkar?" Tanya misel dengan lembut.
Serena juga tidak menjawabnya tapi isakannya membuat Misel paham apa yang terjadi pada mereka tadi, sekarang Misel tidak bertanya kembali dan mencoba menenangkan Serena, dia juga berniat akan mengantar Serena pulang tapi Serena menolaknya dan pergi pulang sendiri dengan memesan ojek online.
'Mengapa semuanya jadi seperti ini?' ucapnya dalam hati.
Sesampainya di rumah Serena segera membersihkan dirinya dan mencoba untuk mengubungi Arkan tapi pria itu tidak mengangkatnya. Sudah panggilan kelima tapi Arkan masih belum mengangkatnya, sekarang serena menjadi khawatir dengan Arkan karena dia pergi dalam keadaan emosi.
Serena menggigit bibirnya, wajahnya terlihat gusar. Dia berdiri mondar-mandir sambil terus mencoba menghubungi Arkan lagi, dia juga terus mengirimkan pesan namun belum ada juga balasan dari Arkan.
Karena masih belum ada jawaban dari Arkan, akhirnya Serena menyerah. Dia terduduk di sofa sambil memikirkan hubungannya yang sedang dalam masalah ini.
'apa aku salah jika menolak keinginannya? Bagaimana dengan mereka jika aku berhenti bekerja? Tapi jika aku menolak, bagaimana dengan hubunganku?' pikiran Serena sekarang melayang memikirkan hal tersebut, tidak mungkin Arkan akan menanggung semua kehidupan keluarganya. Sebenarnya bagi Arkan sendiri itu memang mudah, dia memang berniat akan menanggung semua kehidupan keluarga Serena asalkan Serena bisa berhenti bekerja dan selalu menemaninya.
"Seharusnya kak Arkan juga mengerti dengan posisiku, dan tau mengapa aku bisa menolak keinginannya" gumam Serena, dia merasa kecewa pada Arkan karena tidak bisa untuk mencoba mengerti akan posisinya dan sekarang Arkan malah marah padanya dengan tuduhan yang tidak jelas dan tidak benar.
_________________
Keesokan harinya Serena berangkat bekerja seperti biasanya, pagi ini juga para pengawal yang dikirimkan oleh Arkan datang kembali mengantarnya ke toko. Serena hanya menerima dan menuruti saja keinginan Arkan yang itu karena tidak ingin menambah masalah lagi.
Sesampainya di toko ternyata sudah ada citra disana.
"Kau tidak menjemputku citra?" Tanya Serena yang heran mengapa temannya itu tidak datang ke rumahnya, biasanya dia pasti datang ke rumahnya untuk menjemputnya. Ya sebenernya Serena tidak keberatan dengan hal itu, dia bisa berangkat sendiri menggunakan ojek online.
"Aku pikir kau pasti akan diantar oleh orang-orang itu lagi, jadi aku tidak menjemputmu hari ini" jawab citra dan Serena hanya mengangguk mendengarnya.
"Ada apa dengan wajahmu? Mengapa kau terlihat seperti sedang sedih? Apa ada masalah?" Tanya citra bertubi-tubi.
"Aku akan menceritakannya nanti" jawab Serena.
"Ckk!! Ceritakan sekarang saja, masih ada waktu sebelum toko buka" ucap citra.
Serena menghela nafasnya dan mulai menceritakan permasalahan yang terjadi pada dirinya dan Arkan.
"Oh tuhan, kalia bertengkar?"
"Hmm, dan sampai sekarang kak Arkan belum ada menghubungiku atau membalas pesanku" jawab Serena dengan lesu.