NovelToon NovelToon
Di Culik Tuan Mafia

Di Culik Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Mafia / Cinta Terlarang
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Yilaikeshi

Sofia Putri tumbuh dalam rumah yang bukan miliknya—diasuh oleh paman setelah ayahnya meninggal, namun diperlakukan tak lebih dari seorang pembantu oleh bibi dan sepupunya, Claudia. Hidupnya seperti neraka, penuh dengan penghinaan, kerja paksa, dan amarah yang dilampiaskan kepadanya.

Namun suatu pagi, ketenangan yang semu itu runtuh. Sekelompok pria berwajah garang mendobrak rumah, merusak isi ruang tamu, dan menjerat keluarganya dengan teror. Dari mulut mereka, Sofia mendengar kenyataan pahit: pamannya terjerat pinjaman gelap yang tidak pernah ia tahu.

Sejak hari itu, hidup Sofia berubah. Ia tak hanya harus menghadapi siksaan batin dari keluarga yang membencinya, tapi juga ancaman rentenir yang menuntut pelunasan. Di tengah pusaran konflik, keberanian dan kecerdasannya diuji.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yilaikeshi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Sejauh ini, semuanya berjalan sesuai rencana.

Sofia Putri sedang menikmati hidupnya atau lebih tepatnya, berpura-pura menjalani kehidupan terbaiknya bersama sang Pangeran. Ia berhasil mendapatkan kepercayaannya sehingga bisa berbelanja keliling kota, mencicipi es krim di kafe-kafe mewah tentu saja ia sengaja menghindari tempat Mimi bekerja agar tidak melibatkan sahabatnya—dan mampir ke salon meski Cassie selalu menata rambutnya saat ia berada di kampung halamannya. Ya, kampung halamannya... penjara mewahnya.

Sejak malam itu, setelah pertemuan mereka yang menegangkan, Kenith mulai menjaga jarak. Hubungan mereka jadi lebih formal, tetapi justru terasa makin menekan. Ada sesuatu dari pria itu yang membuat Sofia gelisah, apalagi ketika tatapan matanya jatuh padanya seperti sekarang.

Di taman, Sofia duduk bersama sang Pangeran, menikmati pesta teh kecil. Ia menyuapi calon suaminya sepotong kue, yang langsung diterimanya dengan gembira. Sementara itu, Kenith berdiri di sudut ruangan, mengamati dengan tatapan yang sulit diartikan. Apakah ia benar-benar punya perasaan pada Sofia, atau hanya kesal karena bosnya yang bertubuh pendek bisa mendapatkan wanita cantik yang ia temukan?

Yah, itu bukan urusannya. Hari ini adalah hari keempat sekaligus hari terakhir kebebasan Sofia, sebab esok pagi, ia akan menikah. Malam ini adalah satu-satunya kesempatan untuk mengajukan permintaan yang bisa menentukan masa depan hidupnya. Berisiko, memang. Tapi tak ada kesuksesan tanpa risiko.

Sofia tampil memikat. Ia mengenakan gaun kulit tanpa lengan yang menonjolkan lekuk tubuhnya. Rambut merahnya dikeriting lalu dibiarkan jatuh di bahu, sementara bibirnya dipoles lipstik merah yang menggoda. Ia tahu, jika sang Pangeran percaya bahwa dirinya mulai jatuh hati, maka ia harus tampil layaknya perempuan yang sedang mabuk cinta selalu berusaha membuat kekasihnya terkesan, dan tentu saja, selalu tersipu.

Setelah menyuapi kue, sedikit icing menempel di bibir sang Pangeran. Sofia menunduk mendekat.

“Ehm… ada krim di bibirmu,” bisiknya.

“Oh.” Sang Pangeran mencoba menghapusnya, tetapi malah membuatnya semakin berantakan.

Sofia tersenyum tipis. “Kamu belum berhasil membersihkannya. Biar aku bantu.” Ia mengusap krim itu dengan jari, lalu menjilatnya dari ibu jarinya. Sang Pangeran tertegun.

“Jangan muntah… jangan muntah…” Sofia meneguhkan dirinya dalam hati. “Ini hanya permainan rayuan, dan kau sudah sejauh ini. Jangan hancurkan segalanya sekarang.”

Ia pun menutupi rasa tidak nyamannya dengan senyum lebar yang menyilaukan, seakan matahari pun kalah cerah. Namun begitu ia mengalihkan pandangan, topeng itu runtuh.

Sebenarnya, sang Pangeran bukanlah pria buruk. Hanya saja, ia tiga tahun lebih muda dari pamannya, dan tubuhnya jauh lebih pendek. Tapi Sofia tidak boleh lupa tujuan utamanya. Ia harus tetap fokus pada misinya.

Ia terus menyuapi dan menghiburnya, sampai akhirnya suasana hatinya berubah murung—dan sang Pangeran segera menyadarinya.

“Ada apa, Sofia?” Suaranya lembut, penuh kepedulian. Kini ia sudah terbiasa memanggil namanya, berkat Sofia yang selalu membuatnya nyaman hingga lupa menjaga jarak.

Sofia berpaling, wajahnya tegang.

“Kumohon, bicaralah padaku,” sang Pangeran memohon. “Kau tahu, tak ada yang tak akan kulakukan untukmu.”

Akhirnya, Sofia menoleh. Air mata bening berkilat di mata hijaunya yang selalu membuat sang Pangeran terpesona. Ia sering menyebutnya Giok Hijau mata yang seakan memantulkan ketenangan dan kemurnian.

“Apa yang membuatmu sedih?” tanyanya penuh khawatir.

Dengan suara bergetar, Sofia berkata, “Aku baru sadar… aku tidak punya pesta lajang. Pengantin mana di zaman sekarang yang menikah tanpa pesta lajang?”

Sang Pangeran mengusap dagunya. “Kau ingin pesta lajang?”

Sofia mengangguk polos, bibirnya mengerucut manja.

“Tentu saja. Kau boleh memilikinya,” jawabnya tanpa ragu.

“Ya!!” Sofia langsung berdiri dan menepuk pipinya dengan kecupan ringan. “Terima kasih banyak.”

Wajah sang Pangeran berseri-seri. Ini pertama kalinya ada wanita yang memperlakukannya dengan tulus, bukan karena uangnya. Ia pun bertekad akan melakukan apa pun untuk membuat Sofia bahagia.

“Apa yang kau butuhkan untuk pesta itu?” tanyanya antusias.

Sofia tampak berpikir sejenak, lalu menggigit bibirnya.

“Apa?” desaknya lembut.

“Klubmu…” jawab Sofia hati-hati. “Klub termewah di kota ini. Ini acara sekali seumur hidup, aku ingin menikmatinya sepenuhnya.”

“Dan?”

Sofia kaget dia menyetujuinya begitu saja? Padahal ia mengira harus berakting lebih dramatis untuk meyakinkannya.

“Dan… adikku,” tambahnya cepat, saat melihat tatapan sang Pangeran. “Pesta lajang biasanya hanya untuk perempuan terdekat calon pengantin. Aku ingin adikku ikut merayakan kebahagiaan ini denganku.”

Sang Pangeran terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Baiklah.”

Sofia menghela napas lega tak sadar ia menahannya sejak tadi.

Kenapa ia ingin mengundang adiknya? Karena malam ini layak menjadi ajang balas dendam kecil. Lagipula, kalau ia kabur nanti, seseorang harus menggantikannya. Sebuah seringai tipis tersungging di bibirnya.

Sofia Putri bukanlah malaikat. Dan sebelum ia benar-benar melarikan diri, ia akan memastikan orang-orang yang menyakitinya membayar dengan uang mereka sendiri.

“Tenang saja, Kenith akan mengurus semua detailnya,” ujar sang Pangeran sambil mengangkat cangkirnya.

“Bersulang untuk pernikahan kita besok.”

Sofia mengangkat cangkir keramiknya, menempelkannya pada milik pria itu. “Bersulang untuk pernikahan kita besok.” Ia menyesap tehnya, matanya berkilat penuh rencana.

Malam ini akan menjadi malam yang tak terlupakan.

Terima kasih jangan lupa like dan komen biar author semangat updatenya .....

1
Alfiano Akmal
Terima kasih sudah Mampir jangan lupa tinggalkan jejak kalian .....
Shinichi Kudo
Satu kata buat cerita ini: keren abis!
cómics fans 🙂🍕
Gak sabar nunggu lanjutannya thor!
Nami/Namiko
Terima kasih author! 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!