Bulan akhirnya bertemu dengan seseorang yang bisa membuatnya tidak malu mengakui segala perasaan yang ada di hatinya. Kenneth, siswa baru di sekolahnya yang belum lama Bulan kenal, tapi berhasil menaklukan hati Bulan.
Tapi rahasia Kenneth yang baru Bulan ketahui berhasil membuat Bulan takut. Takut kalau Kenneth tiba-tiba pergi meninggalkannya.
Apa Bulan masih bisa tersenyum secerah sekarang kalau Kenneth tidak ada?
Kenneth yang sebelum bertemu Bulan tidak takut kalaupun besok dia pergi, kini tidak lagi.
Bulan berhasil membuat Kenneth takut jika saja besok dia pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keirina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PADA AKHIRNYA..
Bulan duduk di bangku taman di area komplek perumahannya tinggal. Tempat yang sama dimana Bulan menghabiskan waktunya karna terlalu bosan seharian di rumah waktu itu.
Bulan yang mengenakan celana pendek berwarna hitam dan hoodie yang juga bewarna hitam, duduk sendirian sambil memandangi langit malam yang sedang tidak dihiasi bintang itu sambil mendengarkan alunan musik Xdinary Heroes - Night of Fireworks yang terputar melalui headphone yang menutup telinganya.
Sejak tadi sore Tari pergi bersama dengan Revina, pergi mengasah hobi mereka, mengikuti kelas memasak Thai food yang sudah mereka daftar sejak jauh-jauh hari bahkan sebelum Kenneth dirawat. Bulan diberitahu oleh Tari.
Bulan juga bingung kenapa Ibunya harus belajar memasak makanan dari negara yang dikenal dengan Negara Gajah Putih itu. Bulan yakin pasti mulai besok rumahnya akan berubah menjadi restoran Thailand sampai Ibunya bosan sendiri dengan masakannya. Dan mau tidak mau Bulan harus menjadi kelinci percobaan dan sudah pasti Bulan tidak bisa menolak kalau ingin hidupnya tetap tentram.
Bulan menarik nafas dalam. Taman sepi hari ini hanya ada beberapa orang yang sedang makan di dekat gerobak abang sate yang sebelum duduk di bangku taman Bulan sudah singgah duluan di sana untuk memberi makan cacing-cacing di perutnya.
Seharusnya hari ini Bulan pergi nongkrong dengan yang lain. Tapi, karena Bulan terlalu malas dan juga sedang tidak mempunyai niat bermain jadi dia memilih tidak ikut meskipun Sari dan Fahri berusaha membujuknya mati-matian. Padahal alasan sebenarnya bukan karena itu, tapi ada hal lain.
Bulan meluruskan kakinya menyila. Tangannya dilipat di depan dada. Matanya ikut terpejam menikmati lagu yang mengalun indah di telinga. Kaki ikut bergoyang sesuai dengan ketukan alunan musik. Tidak ada suara luar yang terdengar di telinganya. Tenang, itu yang Bulan rasakan. Dia suka sekali dengan suasana seperti ini.
Selama beberapa menit Bulan tenggelam dalam musiknya sampai-sampai badannya terasa pegal. Bulan membuka matanya dan membenarkan posisi duduknya. Saat menoleh ke sisi kirinya Bulan terlonjak kaget melihat seseorang yang duduk di sampingnya.
Bulan melepas headphonenya, "Ngapain lo disini!" Ujar Bulan dengan wajah terkejutnya. Menatap kesal seseorang yang sedang menertawainya sekarang.
"Kalau gue jatungan gimana?gue pikir setan!" Wajah Bulan cemberut karena, orang itu masih tertawa. Terlihat sangat senang karena, berhasil membuat Bulan terkejut.
"Dengerin musik apa sih?" Kenneth tanpa izin mengambil headphone dari tangan Bulan dan memakainya. Bulan diam saja membiarkannya. Masih kesal dengan Kenneth. Iya, Kenneth. Orang yang duduk di sampingnya saat ini.
Kenneth melepaskan headphonenya dan mengembalikannya pada Bulan. "Pantesan nggak dengar gue panggilin dari tadi" Kata Kenneth masih dengan senyum yang terukir di wajahnya.
Bulan membenarkan posisi duduknya dan mematikan musik dari handphonenya. Bulan merasa gugup dan tidak nyaman sendiri.
Kenneth yang sedari tadi memperhatikan Bulan menarik nafas dalam menatap lurus ke depan dan meluruskan kakinya menyila sama seperti Bulan sebelumnya.
"Lo bukannya ikut nongkrong sama yang lain?" Bulan juga menatap lurus ke depan tidak berani menatap kedua mata Kenneth.
"Gak jadi"
"Kenapa?"
"Lo, kenapa gak ikut?" Kenneth balik bertanya
"Gakpapa, lagi males aja" Bulan berusaha menutupi kecanggungan yang menyelimutinya sejak beberapa hari ini. Kalau diingat-ingat sudah ada seminggu lebih Bulan tidak mengobrol seperti ini dengan Kenneth.
Kenneth menoleh, menatap Bulan.
"Lo kenapa menghindar dari gue?"
Bulan terdiam, melirik sekilas Kenneth merasa tertangkap basah lalu tertawa canggung, "Gue?"
"Perasaan lo aja kali, ngapain juga gue menghindar dari lo" Bulan menelan ludahnya, gugup.
Kenneth menarik sudut bibirnya sedikit ke atas melihat reaksi Bulan. "Jadi kenapa kalau asal ada gue di sekolah lo langsung kabur. Waktu di koridor juga lo langsung buru-buru pergi. Lo juga langsung pergi kalau gue gabung duduk sama yang lain"
"Masa sih?" Bulan pura-pura tidak tahu.
"Masa sih" Kenneth mengikuti nada bicara Bulan
"Apasih lo!"
Kenneth diam menatap Bulan yang mengerutkan dahinya menatapnya.
"Gue juga gak tau, gue gak ngerti kenapa gue menghindar, tapi lo buat gue canggung. Nih kayak sekarang, makanya lo jangan dekat-dekat!" Ujar Bulan yang merasa sangat gugup sambil berdiri dari duduknya menatap Kenzo dengan wajah yang ditekuk.
Kenneth tertawa.
"Males ah!" Kata Bulan jengkel sendiri melihat Kenneth.
"Ya udah duduk dulu" Kenneth memegang tangan Bulan menyuruhnya kembali duduk. Bulan melepas tangan Kenneth, kembali duduk, tapi memberi jarak dengan Kenneth.
"Gue juga sama Lan," Bulan melirik Kenneth yang menatap lurus ke depan, "Gue juga ngerasa ada yang aneh sama diri gue," kemudian Kenneth menatap Bulan, "Gue kayaknya suka sama lo" Ujar Kenneth dengan santainya yang berhasil membuat Bulan terpaku ditempatnya dan tanpa sadar menahan nafasnya, jantungnya berdegub lebih kencang. Sepersekian detik kemudian Zeya kembali mengambil nafas karna, merasa hampir kehabisan nafas. Bulan tidak berani melihat Kenneth sedikitpun, matanya menatap lurus ke depan.
"Mungkin dari awal kita ketemu, tapi gue baru sadar sekarang atau gue sengaja menyangkal perasaan gue sendiri karena sebenarnya gue takut" Kenneth terus bicara tanpa memperdulikan Bulan yang sudah hampir menggila di sampingnya.
"Tapi gue gak bisa terus-terusan diam. Gue gak bisa bersikap seolah-olah gue gak punya perasaan sama lo Lan" Kenneth masih menatap Bulan yang sekarang sudah memberanikan diri untuk menatap Kenneth juga. "Gue serius suka sama lo Lan" Katanya kembali mengulang pernyataannya.
Bulan benar-benar tidak tahu harus bagaimana sekarang. Ini pertama kalinya Bulan merasa seperti sekarang. Tangannya keringat dingin, jantungnya terus berdegub lebih cepat dari biasanya. Bulan sering merasa seperti ini saat seseorang menyatakan perasaan padanya, seperti Bastian bahkan sebelum Bastian. Tapi, yang dirasakan Bulan kali ini bahkan jauh lebih dari itu. Rasanya Bulan mau menghilang detik ini juga dari hadapan Kenneth. Tapi, apa Bulan benar-benar ingin melewati moment ini?
"Gue bahagia waktu bareng lo Lan"
"Diam gak!" Ujar Bulan mengintrupsi Kenneth yang masih terus melanjutkan perkataannya.
"Gue serius Lan"
"Ya udah" Ketus Bulan diam sebentar memberi jeda, menelan ludahnya, "Gue juga suka sama lo" Katanya kemudian juga dengan nada ketus setelah itu langsung membuang wajahnya tidak sanggup lagi menahan rasa aneh yang membuatnya merinding sendiri.
Sudut bibir Kenneth kembali naik membentuk senyuman di wajahnya. "Kenapa buang muka sih" Kata Kenneth menggoda Bulan sambil berusaha membujuk Bulan kembali melihatnya.
"Kenneth!gue gak bisa gini-ginian" Kata Bulan tetap tidak mau melihat Kenneth.
Kenneth tertawa merasa lucu melihat Bulan yang tidak mau melihatnya.
"Berarti kita pacaran?" Tanya Kenneth memastikan
"Hm" Deham Bulan masih tidak mau melihat Kenneth.
"Hm apa?"
"Yang lo bilang"
"Apa yang gue bilang?"
Bulan berdecak kesal, kembali menatap Kenneth dengan tatapan galaknya.
Kenneth terseyum lebar, "Gini dong, masa gue ngomong sama rambut lo"
"Ngeselin lo ya!" Bulan menatap galak Kenneth yang tersenyum lebar di hadapannya. Bulan menggigit bibir bawahnya berusaha menahan dirinya untuk tidak ikut tersenyum tapi, apa daya Bulan senyum Kenneth berhasil menularinya.
***
"Besok gue jemput" Kata Kenneth begitu mereka sampai di depan pagar rumah Bulan. Pada akhirnya Kenneth mengantar Bulan pulang dengan status baru mereka yang bukan lagi teman.
Bulan mengangguk sambil menahan senyumnya merasa salah tingkah sendiri, "Ya udah pulang sana!" Bulan buru-buru menyuruh Kenneth pulang.
"Ya udah, bye Lan sampai ketemu besok" Kata Kenneth yang merasa enggan meninggalkan Bulan.
"Ken" Panggil Bulan lagi begitu Kenneth ingin melangkahkan kakinya pergi. Kenneth kembali berbalik menatap Bulan.
"Kalau kita pacaran diem-diem dulu, lo gakpapa gak?" Tanya Bulan sedikit ragu takut menyinggung perasaan Kenneth, "Gue males aja, pasti mereka bakalan rame kalau tau kita pacaran"
Kenneth mengangguk paham maksud Bulan, "Gakpapa" katanya, "Orangtua kita boleh tau kan?gue gak mau pacarin lo diem-diem di belakang tante Tari" Kata Kenneth yang berusaha bersikap layaknya seorang laki-laki.
"Iya, nanti aku kasih tau Ibu" Kata Bulan yang tanpa sadar menyebut dirinya 'aku'.
Kenneth yang menyadarinya kembali tersenyum, "Udah ganti aku, kamu?" Katanya menggoda Bulan.
Bulan salah tingkah sendiri yang tanpa sadar mengganti panggilan mereka. "Udah malam pulang sana, hati-hati" Katanya lalu buru-buru masuk ke dalam rumahnya tanpa menunggu Kenneth pergi. Kenneth yang melihat tingkah Bulan tidak bisa berhenti tertawa merasa gemas sendiri dengan Bulan. Setelah Bulan masuk ke dalam rumahnya, Kenneth baru melangkahkan kakinya meninggalkan perkarangan rumah Bulan.