NovelToon NovelToon
Kebangkitan Zahira

Kebangkitan Zahira

Status: tamat
Genre:Wanita Karir / Pelakor jahat / Cinta Lansia / Tamat
Popularitas:496.2k
Nilai: 4.9
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

pernikahan selama 20 tahun ternyata hanya jadi persimpangan
hendro ternyata lebih memilih Ratna cinta masa lalunya
parahnya Ratna di dukung oleh rini ibu nya hendro serta angga dan anggi anak mereka ikut mendukung perceraian hendro dan Zahira
Zahira wanita cerdas banyak akal,
tapi dia taat sama suami
setelah lihat hendro selingkuh
maka hendro sudah menetapkan lawan yang salah
mari kita saksikan kebangkitan Zahira
dan kebangkrutan hendro

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KZ 34

Romlah berulang kali mencoba menghubungi Zahira, namun ponsel yang dituju tidak aktif.

"Kenapa ponselnya mati sih?" gerutunya kesal, matanya menatap layar ponsel dengan gelisah.

Ia berjalan mondar-mandir di ruangan, pikirannya kalut.

"Harusnya bagaimana aku sekarang? Terlalu mencolok kalau aku yang datang langsung ke sana... Tapi kalau aku nggak datang, dia pasti bakal ke konveksi dan membongkar semuanya."

Romlah menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan gejolak panik yang mulai menyergap.

"Apa sebenarnya yang Zahira ucapkan ke Linda? Sejauh apa dia tahu?"

Pikirannya berputar-putar tanpa henti. Rencana yang selama ini ia susun dengan rapi, strategi yang ia jalankan dengan hati-hati—semuanya terasa seperti sedang berada di ambang kehancuran.

Romlah memejamkan mata sejenak, menarik napas dalam, lalu membukanya kembali dengan wajah yang lebih tegas.

"Aku nggak punya pilihan. Aku harus hadapi ini sekarang. Kalau tidak, semuanya bisa runtuh... dan aku bisa benar-benar habis."

Akhirnya, dengan terpaksa Romlah memutuskan untuk menemui Linda. Ia keluar dari pabrik menggunakan mobil pribadinya—mobil yang kerap membuat banyak karyawan menunduk diam saat melihatnya lewat. Sebagai kepala pabrik, tidak ada yang berani menghalangi langkahnya, apalagi mempertanyakan ke mana ia pergi.

Kepalanya dipenuhi oleh berbagai pertanyaan yang terus berputar tanpa henti. Jemarinya menggenggam setir erat, sementara mobil melaju dengan kecepatan sedang, mengikuti alur pikirannya yang kacau.

"Apa sebenarnya yang Linda dengar? Sejauh mana Zahira bicara? Kenapa semuanya terasa makin rumit..."

Setelah beberapa belas menit berkendara, akhirnya Romlah tiba di tempat yang telah disepakati. Sebuah rumah makan bergaya modern di pusat kecamatan. Matanya langsung menangkap dua sosok yang sudah menunggunya.

Zahira duduk di sudut ruangan dengan gelas es teh manis di tangannya. Wajahnya tampak gugup, namun ia berusaha terlihat santai sambil memainkan sedotan. Sementara itu, Linda duduk dengan postur tegak dan wajah dingin, tatapannya tajam, penuh rasa kecewa dan kecurigaan.

Tanpa membuang waktu, Romlah melangkah mendekat dan duduk di hadapan Linda. Ia berusaha terlihat tenang, meski napasnya sedikit tersengal oleh tekanan yang mengendap di dadanya.

"Romlah," ucap Linda dingin, tatapannya menusuk tajam, "jelaskan padaku... kenapa kamu berkhianat padaku?" Nada suaranya tenang tapi penuh tekanan, seolah setiap katanya bisa berubah menjadi ledakan kapan saja.

"Apa maksud Ibu bilang saya berkhianat?" tanya Romlah, berusaha tetap tenang meski nada suaranya tak bisa menyembunyikan kegelisahan yang mulai merayap.

Linda menghela napas panjang, mencoba menahan gejolak emosi yang nyaris meledak.

"Zahira, jelaskan," ucapnya dingin, tanpa menoleh sedikit pun ke arah Romlah.

Zahira yang sejak tadi duduk tegak, kini perlahan menyandarkan tubuhnya ke kursi. Wajahnya berubah santai, seolah bukan dia yang berada di tengah pusaran konflik.

Alih-alih langsung menjawab, ia justru tersenyum tipis dan berkata pelan,

"Akhirnya... kita bertiga duduk bersama juga."

Kalimat itu meluncur tenang, tapi cukup untuk membuat suasana meja mendadak mengeras. Linda menyipitkan mata, sementara Romlah langsung merasa dadanya menegang. Zahira tidak hanya hadir sebagai saksi—tapi juga pemain yang sudah menyiapkan langkah selanjutnya.

"Apa maksudmu, Zahira?" tanya Romlah dengan nada tajam, mulai merasa terpojok.

"Iya, maksud kamu apa sebenarnya?" Linda ikut mendesak, suaranya terdengar tidak sabar.

Zahira tersenyum tipis, lalu perlahan bangkit dari posisi menyandar dan kembali duduk tegak. Tatapannya kini tenang namun mengandung ancaman tersembunyi.

"Sudahlah… kalian berdua ini memang serakah," ucapnya pelan tapi mantap. "Aku tahu siapa kalian sebenarnya. Kamu, Bu Linda, dari perusahaan RH—pesaing utama produk ZA. Dan kamu, Bu Romlah, dalangnya di balik perputaran barang ilegal dari konveksi."

Keduanya terdiam sejenak, saling melirik tanpa bicara.

Zahira melanjutkan dengan nada datar,

"Aku bahkan rela meninggalkan pekerjaanku demi menjalankan tugas ini. Dan sekarang aku dipastikan rugi, karena targetku tidak tercapai."

"Ya terus, maksudnya semua ini apa?" bentak Linda, mulai kehilangan kendali.

Zahira menatapnya lekat-lekat, lalu berkata ringan seolah tanpa beban,

"Astaga, Bu... Ibu ini seperti bukan pemain lama saja. Coba bayangkan... bagaimana kalau aku melaporkan semua kejadian ini ke polisi? Apa yang akan terjadi pada kalian?"

Kata-kata itu meluncur pelan namun mematikan. Suasana meja mendadak sunyi, hanya suara detik jam di dinding yang terdengar. Untuk pertama kalinya, Linda dan Romlah sama-sama kehilangan kata.

"Terus, apa sebenarnya yang kamu inginkan?" tanya Romlah dengan nada tinggi. Amarahnya mulai tak terbendung. Ternyata Zahira tak sepolos yang selama ini ia kira.

Zahira menatapnya santai, lalu menjawab dengan senyum menantang,

"Masih bertanya aku mau apa? Tentu saja aku ingin seperti kalian—punya kuasa, uang, dan kebebasan main di belakang layar."

Romlah menggeleng cepat, suaranya mulai terdengar defensif.

"Itu tidak mungkin, Zahira. Kamu pikir kita sedang apa di sini? Ini hanya penjualan baju reject. Dan sebagai kepala pabrik, aku punya hak untuk menjual barang seperti itu."

Zahira tertawa pelan lalu menoleh ke arah Linda, matanya menyipit penuh sindiran.

"Astaga, Bu... jadi barang yang Ibu bawa pulang itu sebenarnya barang reject ya?" katanya dengan nada dramatis.

"Saya nggak bisa bayangkan, perusahaan sebesar brand RH menggunakan produk gagal dari ZA. Astaga... kalian bukannya untung, malah buntung."

Wajah Linda langsung berubah. Matanya membelalak, dan rahangnya mengeras.

"Romlah! Gimana sih kamu? Katanya kita sudah sepakat—yang kamu kirim ke grup RH adalah desain model baru yang belum dirilis!" bentaknya kesal.

"Kenapa malah yang dikirim barang gagal?!"

Romlah terdiam, terpaku. Seketika situasi di meja itu berubah total. Sekarang bukan lagi Zahira yang terpojok. Justru Romlah dan Linda yang kini saling tuduh—dan Zahira duduk tenang, menyaksikan permainan yang perlahan mulai jatuh ke tangannya.

"Bu, jangan bicara keras-keras… dan jangan bahas ini di depan orang," ucap Romlah cepat, nada suaranya penuh peringatan. Tatapannya mengarah singkat ke Zahira, memberi isyarat bahwa kehadiran gadis itu kini jadi ancaman nyata.

Namun Linda justru mendengus pelan, lalu menjawab dengan nada dingin dan penuh keputusan,

"Sudahlah… dia sudah tahu semuanya. Jadikan saja dia bagian dari timmu."

Romlah menatap Linda tidak percaya.

"Tapi Bu… dia berbahaya."

Linda membalas tatapan Romlah dengan sorot tajam.

"Kamu pikir ada jalan keluar lain? Zahira sudah tahu terlalu banyak. Dan aku yakin, kalau kamu adil dalam pembagian hasil, dia akan nurut padamu."

Zahira menahan senyum, pura-pura sibuk mengaduk es tehnya, padahal telinganya menangkap setiap kalimat dengan sangat jelas. Kini bukan dia yang meminta bergabung—mereka yang menawarkan tempat di meja permainan.

"Sekarang jawab pertanyaanku," desak Linda, menatap tajam. "Itu baju... barang jadi atau barang reject?"

Sebelum Romlah sempat membuka mulut, Zahira langsung menanggapi dengan nada ringan namun meyakinkan.

"Astaga, Bu... tentu saja itu barang jadi. Mana mungkin barang reject bisa sehalus dan serapi ini. Bu Romlah tadi cuma panik saja. Masa Ibu nggak bisa bedakan mana barang gagal dan mana yang premium?"

Linda mengangguk pelan, mulutnya membentuk senyum tipis.

"Kamu cerdas sekali, Zahira. Selain pandai bicara, kamu juga berani ambil risiko. Kamu harusnya jadikan Zahira sebagai tangan kananmu, Romlah."

Romlah tidak langsung menjawab. Wajahnya menegang, matanya terpaku pada Zahira seolah menelanjangi pikirannya. Dalam hati, ia tahu: Zahira terlalu berani. Terlalu licin. Dan terlalu tahu banyak.

"Dia bukan orang yang bisa dikendalikan… tapi sekarang aku tidak punya pilihan."

Situasi memaksa Romlah menerima kenyataan bahwa ia harus bekerja sama dengan seseorang yang bisa saja menusuknya kapan saja. Tapi di dunia seperti ini, terkadang musuh paling berbahaya… justru lebih berguna daripada teman yang lemah.

"Baik, karena sekarang kita satu tim, saya ingin tahu sebenarnya apa yang Ibu inginkan," ucap Zahira, menatap Linda penuh arti. "Bu Romlah ini terlalu berhati-hati. Tapi saya yakin, Ibu bukan tipe yang akan menyia-nyiakan perjuangan seperti milik beliau."

1
N Wage
novel keren...walau ada typo2nya dan detil2 kecil yg hilang .
N Wage
itu si ratna metongkah???
Nisa Nisa
🤣🤣🤣🤣🤣
Nisa Nisa
sdh sakaratulmaut masih juga gk ada tobatnya ni perempuan laknat. Itu menantu pilihanmu mana ada datang menengok mu apalgi merawatmu.
Nisa Nisa
masih bisa merasa geli?? bukan rasa bersalah, luar biasa kamu Zahira
Nisa Nisa
Betul betul gk ada akhlak. Minta tolong sambil marah marah terus ditolongin dan di abaikan orang yg menolong.
Zahira benar-benar beruntung punya keluarga spt ibu Bpk dan adik2nya tambah beruntung punya pria yg mencintainya spt Adit. Padahal Zahira begitu bodoh dan gk ada ahlak
Nisa Nisa
msh mau menyalahkan mereka lagi ??
Nisa Nisa
mana dibungkus rapi senyuman. Bukankah kamu cuma jadi babu mereka, kamu aja yg bodoh.
Nisa Nisa
gk heran sih dgn ibunya saja mereka durhaka. Bgmpun sebagai ibu kamu jg gagal mendidik anak-anak mu. Membiarkan mereka di didk mertua, suami dan Ratna.
Nisa Nisa
Dasar Zahira bodoh, 17 th usia anaknya berarti 17 th juga ibu bapak dan saudaranya menyimpan luka dan dia sama sekali gk peka. Malah menuduh adik2nya sinis padanya krn dia menikah dgn orang kota yg kaya. Hatimu Zahira yg ada sombong, bukan adikmu yg iri. Mereka menyimpan luka demi menjaga rumah tanggamu.
N Wage
sepertinya tgl.15 juli 2007 deh.bukan tgl 17.
Nisa Nisa
salah paham lagi Zahira terhadap saudaranya, Zahid senang akhirnya kakaknya berhenti dari kebodohannya selama ini. itu sebabnya dia begitu senang.
Yati Syahira
kejahatan pengkhianat dibalas tuanai hendro nikmato hasilmu
Yati Syahira
bagus di jadiin ladang uang anggi sama vino dijual
Yati Syahira
hendro dajjal pantes angga anggi kaya setan kelakuanya
Yati Syahira
romlah senjata peluru masuk kemulutmu
Yati Syahira
sukurlah anakanya jdi dajjal seperti bpak dan neneknya
Yati Syahira
kho ini alur ceritanya anak anaknya dibikin durhaka sama ibunya
Nisa Nisa
setelah jatuh tersungkur kemana tempat pulang?? le orang tua. susah baru ke orang tua itu jg bentuk kedurhakaan
Nisa Nisa
Baru sadar kamu. orangtua tdk perlu memberikan sumpah serapah pada anaknya, cukup merasa sakit hati dlm diam percayalah hidup anaknya tdk akan tenang dan bajagia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!