NovelToon NovelToon
DiJadikan Budak Mafia Tampan

DiJadikan Budak Mafia Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Mafia / Balas Dendam / Lari Saat Hamil / Berbaikan / Cinta Terlarang / Roman-Angst Mafia
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: SelsaAulia

Milea, Gadis yang tak tahu apa-apa menjadi sasaran empuk gio untuk membalas dendam pada Alessandro , kakak kandung Milea.
Alessandro dianggap menjadi penyebab kecacatan otak pada adik Gio. Maka dari itu, Gio akan melakukan hal yang sama pada Milea agar Alessandro merasakan apa yang di rasakan nya selama ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SelsaAulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Langkah kaki Milea membawa dirinya ke kamar Dominic, pegangan pintu berderit pelan saat ia membukanya. Ruangan itu dipenuhi aroma khas anak-anak: campuran aroma buku, mainan, dan sedikit bau susu.

"Dominic," panggil Milea, suaranya lembut.

"Tante!" Seruan Dominic menggema, disusul pelukan hangat yang memeluk erat Milea. Bau khas sabun mandi anak-anak tercium samar dari rambut Dominic.

"Tumben kamu tidak menemui Tante di kamar?" tanya Milea, suaranya dipenuhi rasa heran. Dominic biasanya selalu menyambutnya di depan pintu.

"Aku sedang belajar," jawab Dominic, bibir mungilnya mengerucut. "Paman Gio menyuruhku belajar."

"Paman?" Mata Milea membulat, suara pertanyaannya sedikit meninggi.

Dominic spontan menutup mulutnya, wajahnya memerah. Ia keceplosan. "Papa Gio," ucapnya tergesa-gesa, mencoba memperbaiki kesalahannya.

Milea menatap Dominic lekat-lekat. "Dominic sayang, katakan yang sebenarnya. Kenapa kamu memanggilnya Paman?" suara Milea lembut namun tegas, berusaha membujuk Dominic untuk jujur.

Dominic menggeleng, menghindari tatapan Milea. "Tante, ayo temani aku belajar," ucapnya, suaranya sedikit bergetar, mencoba mengalihkan perhatian Milea.

Milea menarik napas panjang, menahan rasa penasaran yang menggelegak di hatinya. Ia tahu, memaksa Dominic tidak akan membuahkan hasil. Bocah kecil itu sedang melindungi sesuatu, dan Milea mengerti batasannya.

Dengan anggukan pelan, Milea mulai menemani Dominic belajar, mencoba melupakan pertanyaan yang masih menggantung di udara, sementara misteri panggilan "Paman" itu masih tersimpan rapat dalam hati kecil Milea.

*

*

*

Getaran lembut ponsel Milea membuyarkan lamunannya. Segera ia meraihnya, jantung berdebar-debar. Layar menyala, menampilkan pesan dari Alessandro.

Senyum merekah di bibirnya, mata berbinar bak bintang jatuh. Pesan itu singkat, padat, dan penuh janji: "Tunggu aku di taman, aku akan menemui mu di sana."

"Akhirnya, Kak Ales menghubungi aku!" bisiknya, suara gembira bercampur haru. Detik-detik berikutnya terasa begitu panjang, setiap napas terasa berat.

"Ada apa, Tante?" tanya Dominic, suaranya polos dan lugu.

Milea tersenyum, hatinya berbunga-bunga. "Kakak laki-lakiku akan menemuiku di taman, sayang. Mau ikut, Nak?"

Mata Dominic langsung berbinar. "Mau, Tante!" jawabnya girang.

Milea menggandeng tangan Dominic, langkahnya terasa ringan, seolah melayang. Taman itu tampak lebih indah dari biasanya, setiap dedaunan seakan berbisik, mengiringi langkahnya menuju pertemuan yang penuh harap.

Di hatinya, Milea membayangkan senyum Alessandro, dan pertemuan yang akan segera terjadi. Pertemuan yang telah lama ia nantikan.

Alessandro tiba di mansion megah itu. Langkahnya pasti, namun hati berdebar. Taman belakang yang hijau dan teduh menyambutnya.

Di sana, Milea sedang bermain dengan seorang anak kecil berambut pirang keemasan, senyumnya merekah seperti bunga matahari.

"Milea," panggil Alessandro, suaranya sedikit serak.

"Kak Ales!" jerit Milea, berlari kecil ke arahnya, langsung memeluk Alessandro dengan erat. Pelukan yang lama, penuh kerinduan dan kelegaan.

Setelah melepaskan pelukan, Alessandro menatap anak kecil itu, rasa penasaran memenuhi hatinya. "Siapa dia?"

"Dia... Dominic, namanya," jawab Milea, memanggil anak itu. "Kemari, Nak."

Dominic, dengan langkah kecil dan ragu, mendekati mereka. "Halo, Paman," sapa Dominic, suaranya lembut.

Alessandro tertegun. Ada sesuatu yang membuatnya terenyuh melihat Dominic. Warna mata anak itu begitu indah, mengingatkannya pada Berlin, bayangan masa lalu yang tak pernah benar-benar hilang. Warna mata itu… begitu mirip Berlin, batinnya.

"Dominic, bisa kah kamu masuk dulu ke dalam mansion? Ada yang ingin Paman bicarakan dengan Milea," pinta Alessandro, suaranya lembut namun tegas.

Dominic mengangguk, senyum manis terukir di wajahnya. Ia berlari kecil menuju mansion.

Begitu Dominic menghilang di balik pintu, Alessandro menatap Milea, tatapannya tajam. "Siapa dia, Milea?"

"Anak Gio," jawab Milea, suaranya sedikit gemetar.

Alessandro menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosinya. "Dan kamu masih saja bersikeras berpacaran dengan pria yang sudah memiliki anak?" suaranya meninggi, penuh amarah terpendam.

Milea menatap Alessandro, matanya berkaca-kaca. "Apa salahnya, Kak? Dia tidak punya istri. Dominic juga butuh kasih sayang seorang ibu, apa salahnya jika aku masuk ke dalam kehidupan mereka?"

Alessandro memegang bahu Milea, tatapannya memohon kejujuran. "Lihat mataku, Milea. Jawab jujur, apa kamu benar-benar mencintai Gio?"

Milea menatap mata Alessandro, matanya berkaca-kaca. "Aku mencintainya," jawabnya, suaranya mantap, penuh kejujuran.

"Kak Ales tahu betul ekspresi seseorang ketika sedang berbohong atau berkata jujur," tambahnya, suaranya terdengar sedikit menantang.

Alessandro menarik napas panjang, rasa sakit memenuhi dadanya. "Dulu aku meninggalkan Berlin karena Gio, dan sekarang kamu malah berpacaran dengan Gio, orang yang menjadi alasan aku meninggalkan Berlin!"

Air mata Milea mulai berjatuhan. "Kak, tolong ceritakan semuanya padaku. Aku takut Kakak memiliki kesalahpahaman dengan Gio."

Alessandro membuang muka, menghindari tatapan Milea. "Aku tidak ingin menceritakan masa lalu."

Milea menggenggam tangan Alessandro dengan erat, suaranya bergetar. "Kak, sudah saatnya Kakak menceritakan semuanya padaku."

Milea menarik Alessandro untuk duduk di bangku taman, tangannya masih menggenggam tangan Alessandro. "Ayo, Kak, kita duduk. Ceritakan padaku," desaknya, suaranya penuh harap dan sedikit memaksa.

"Saat itu, aku dan Berlin tengah dimabuk asmara. Hubungan kami begitu dalam, janji pernikahan sudah terucap, masa depan terbayang indah.

Namun, segalanya berubah ketika Gio muncul, bayangan gelap yang menyelimuti kisah cinta kami.

Dia memperkenalkan diri sebagai kakak Berlin, Siapa yang tak mengenal Giovanni Bianchi, salah satu mafia paling kejam di negara ini. Bayangan kegelapan itu mulai mencengkeram hatiku.

Aku pernah mencoba berbicara dengan Berlin, mencoba mencari titik terang di tengah kegelapan itu. "Kau memilihku atau kakakmu?" tanyaku.

Namun, Berlin hanya diam, tatapannya hampa, menunjukkan sebuah keputusasaan yang dalam. Aku tahu, di dalam hatinya, dia tak pernah bisa meninggalkan Gio.

Di sisi lain, masa depanku sudah terbentang jelas. Aku akan segera bergabung dengan kepolisian, mempertahankan keadilan dan kebenaran.

Aku tak mungkin memiliki hubungan dengan seorang mafia, itu sebuah pertentangan yang tak bisa didamaikan.

Dengan hati remuk, aku memilih untuk pergi, meninggalkan Berlin dan dunia yang penuh bayangan itu.

Beberapa kali, Berlin mencoba menghubungiku, mencoba meraihku kembali. Namun, aku menghindari setiap panggilan, menghindari setiap pesan.

Aku takut, takut jatuh terlalu dalam lagi, takut semakin terjerat dalam cinta yang tak mungkin. Aku hanya ingin menyelamatkan Masa depan ku, menyelamatkan Nasib keluarga kita."

Alessandro bercerita panjang lebar, mengungkapkan rahasia yang selama ini terpendam. Akhirnya, Milea mengerti kesalahpahaman yang selama ini memisahkan Gio dan Alessandro.

"Kak, apa Kakak tahu kenapa Gio memusuhi kakak selama bertahun-tahun?" tanya Milea, suaranya lembut.

Alessandro menarik napas panjang, tatapannya jauh. "Aku tahu. Itu karena aku meninggalkan adiknya secara tiba-tiba."

Milea menggeleng pelan, suaranya bergetar. "Bukan hanya itu, Kak. Berlin... Berlin tidak baik-baik saja."

Kalimat Milea seperti sambaran petir bagi Alessandro. Ia terkesiap, kejutan memenuhi wajahnya. "Apa maksudmu?" tanyanya, suaranya terdengar cemas.

Milea menatap Alessandro, matanya berkaca-kaca. Ia tidak menjawab pertanyaan Alessandro, melainkan mengajukan pertanyaan lain yang lebih menusuk. "Apa Kakak masih mencintai Berlin hingga saat ini?"

Alessandro terdiam sejenak, kemudian menjawab dengan suara dingin, mencoba menyembunyikan sesuatu. "Itu sudah tidak penting lagi, Milea. Sudahlah, aku tidak peduli dengan keadaan Berlin saat ini. Entah dia hidup bahagia atau tidak, itu sudah bukan urusanku." Namun, getaran di suaranya, dan sedikit keraguan di matanya, mengungkapkan sebuah kebenaran yang tersembunyi di balik penyangkalan itu.

1
sjulerjn29
tatanan bahasanya bagus thor 😊
.. mampir juga thor ke ceritaku kasih saran dan kritik nya terimakasih 😊
it's me NF
lanjut... 💪💪
Siti Hadijah
awalnya cukup bagus,, semoga terus bagus ke ujungnya ❤️
SelsaAulia: terimakasih kaka, support terus ya ☺️❤️
total 1 replies
Elaro Veyrin
aku mampir kak,karya pertama bagus banget dan rapi penulisannya
SelsaAulia: terimakasih kaka
total 1 replies
Surga Dunia
lanjuttt
Theodora
Lanjut thor!!
Surga Dunia
keren
Theodora
Haii author, aku mampir nih. Novelnya rapi enak dibaca.. aku udah subs dan like tiap chapternya. Ditunggu ya update2nya. Kalau berkenan mampir juga yuk di novelku.
Semangat terus kak 💪
SelsaAulia: makasih kakak udh mampir 🥰
total 1 replies
✧༺▓oadaingg ▓ ༻✧
karya pertama tapi penulis rapi bget
di tunggu back nya 🥰
SelsaAulia: aaaa.. terimakasih udah mampir☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!