NovelToon NovelToon
Aku Bukan Penggantinya!

Aku Bukan Penggantinya!

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Ibu Pengganti / Cerai
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Banyak yang bilang orang baru akan kalah dengan orang lama. Nyatanya nasib Zema sangat berbeda.

Menikah dengan sahabat masa kecilnya justru membuat luka yang cukup dalam dan membuatnya sedikit trauma dengan pernikahan.

Dikhianati, dimanfaatkan dan dibuang membuat Zema akhirnya sadar. Terkadang orang yang dikenal lebih lama bisa saja kalah dengan orang baru yang hadir dihidup kita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Atta kemudian mendekati sang istri. Dia ingin bersikap seperti biasa.

Sayangnya, entah karena tak melihat dirinya atau memang sengaja, Zema tiba-tiba mengabaikannya dan mendekati ibu kandungnya sendiri.

"Ayah dan ibu apa kabar?" sapanya yang memang sengaja ingin mengabaikan suaminya. Setelah memeluk sang ibu, giliran Zema memeluk ayahnya yang duduk di kursi roda.

Ayah Zema yang bernama Latif, mengusap kepalanya lembut. Matanya berkaca-kaca entah karena apa.

"Ayau kenapa?" tanya Zema lembut.

Latif menyeka sudut matanya yang berair dan menangkup wajah putri bungsunya.

"Ayah seperti melihatmu yang dulu."

"Benarkah? Aku juga merasa nyaman dengan penampilanku saat ini. Aku merasa seperti orang lain kemarin," yang membuat semua pasang mata melirik Atta.

"Tapi Ara ngga suka. Mamah ngga kaya Bun—"

Ucapan Leora langsung dihentikan ibu mertuanya dengan menutup mulut gadis kecil itu.

"Bun siapa?" cecarnya.

"Ah itu Bunga, teman sekelasnya di sekolah. Iyakan Ara? Ara ngga boleh begitu. Mamah juga cantik kok."

Ara mengabaikan ucapan sang nenek dan tetap cemberut.

Zema mengabaikan ucapan Leora sebab tahu siapa yang putrinya maksud itu.

Dia lantas menatap Luthfi. Saat Luthfi hendak mendekatinya dan memeluknya seperti dulu, Zema buru-buru mengulurkan tangannya.

Luthfi mematung bingung, tapi tetap menyambut uluran tangan sahabat baiknya itu.

"Kenapa ngga bilang kalau pulang? Biasanya juga aku jemput. Sengaja mau kasih kejutan ya?"

Zema tersenyum miris, sahabat baiknya ini ternyata memang pandai bersandiwara.

"Aku justru yang terkejut dengan keberadaan kalian semua. Tumben, ada apa sih? Kaya nyembunyiin sesuatu gitu."

Tingkah semua orang mendadak kikuk. Yang paling terlihat jelas adalah ayahnya sendiri yang juga ikut menunduk.

Hati Zema benar-benar hancur mengetahui kenyataan kalau orang tuanya sepertinya juga terlibat.

"Kamu ngomong apa sih, tentu aja kita mau buat kejutan buat kamu. Ayo kita makan, ibu sudah susah payah menyiapkan makanan spesial buat kamu!" sela sang ibu yang berusaha mencairkan suasana.

Zema kembali mengikuti permainan mereka tanpa banyak berkata. Dia mengikuti sang ibu tanpa mengajak yang lainnya turut serta.

Setelah sampai di meja makan, semua duduk di tempatnya masing-masing.

Atta sebagai kepala keluarga dan juga pemilik rumah duduk di kursi utama. Sebelah kanannya ada orang tua Zema dan Luthfi di ujung.

Harusnya di sebelah kirinya tempatnya, tapi Leora merengek ingin duduk dekat ayahnya membuat Zema mengalah dan justru duduk di seberang Atta yang dekat dengan Luthfi sebab Leora ingin duduk dengan neneknya juga.

Zema tak ingin memprotes, dia ingin tenang menikmati makan malamnya kemudian istirahat.

"Tumben kakak ngga bawa oleh-oleh?" sindir Jiny yang membuat wajah semua orang tegang.

Semua menyadari keanehan sikap Zema dan masih merasa cemas. Bisa-bisanya Jeni justru terlihat santai dengan menanyakan oleh-oleh.

"Sebenarnya kakak ngga bisa pulang, tapi ibu kakak meminta kakak pulang tadi, jadi maaf kakak ngga sempat membeli apa-apa," jawab Zema tenang.

"Jangan diambil hati ucapan Jeni Ma. Anak ini kaya anak kecil aja masih merengek!" tegur ibu mertuanya.

Semua belum merasa lega karena sikap Zema benar-benar terasa berbeda.

Wanita itu mendadak lebih pendiam. Biasanya Zema akan bertanya banyak hal pada Atta dan juga Leora hingga membuat keduanya muak karena merasa Zema terlalu cerewet.

"Kamu sakit Em?" Luthfi buka suara.

Zema lantas meliriknya sekilas. "Enggak, setres aja karena kerjaan mungkin."

"Jangan setres-setres kak, Leora udah lima tahun memang kalian ngga mau kasih dia adik?" celetuk Jeni yang membuat Atta tersedak.

Femi langsung memukul lengan putrinya. "Kamu ini—"

Zema justru tersenyum tipis. "Kakak belum berencana memilik anak lagi. Sebeb pekerjaan kakak masih repot."

"Yah, sebaiknya memang kalian mengumpulkan biaya terlebih dahulu saat akan memutuskan menambah anak," sambar Femi.

Suasana makan malam benar-benar terasa asing. Atta menyadari ada yang berubah dari diri istrinya dan dia benar-benar merasa cemas.

Setelah makan malam, semua orang berkumpul di ruang keluarga berharap Zema akan bercerita tentang kehidupannya di kota tempatnya bekerja.

Sayangnya, setelah pamit ingin membersihkan diri, Zema tak muncul lagi dihadapan mereka.

"Kenapa Zema mandi begitu lama Ta?" cecar Kamila, ibu mertuanya.

"Apa dia sudah mencurigaimu? Jika sampai semuanya terbongkar, ini semua adalah salahmu Atta!"

"Jeng Kamila. Sebaiknya kita tak perlu membicarakan masalah itu saat ini," tegur Femi yang khawatir Zema mendengar pembicaraan mereka.

"Aku akan melihatnya di kamar."

Atta berlalu menuju kamar milik Zema. Selama ini keduanya memang memiliki dua kamar. Kamar Zema khusus untuk Zema bekerja sebenarnya, tapi Zema lebih sering tidur di sana karena dirinya yang meminta.

Tak adil memang apa yang telah dirinya lakukan pada sang istri. Namun jika dia tak membutuhkan Zema untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya, dia merasa asing tidur bersama Zema, meski rumah tangganya berjalan hampir tujuh tahun.

Zema juga tak pernah memprotes. Istrinya selalu menurutinya meski dia sadar permintaannya terkadang tak masuk akal.

Atta mengetuk pintu kamar sang istri tapi tak mendapat jawaban. Dia terpaksa membuka kamar Zema tanpa persetujuan istrinya.

Terlihat Zema tengah terlelap di kasurnya. Atta mendekati sang istri dan duduk di depannya.

Dia memperhatikan wajah Zema yang terlihat pucat.

"Apa kamu sakit Zem? Maafkan aku. Jika kelak kamu mengetahui kebenarannya. Bencilah aku, tapi jangan menghilang dari hidupku. Setidaknya aku berharap kita masih bisa bersahabat seperti dulu."

Setelah merapikan anak rambut Zema dan memastikan Zema tidur dengan nyaman, Atta memilih keluar dan memberitahu semua orang jika istrinya telah tertidur karena kelelahan.

Sepeninggal Atta, Zema yang pura-pura tertidur lantas membuka matanya.

Air matanya kembali luruh. Dia jelas mendengar ucapan suaminya.

Atta benar-benar kejam. Meski selama ini dia tak pernah diperlakukan secara kasar, tapi ternyata kebohongan seperti ini justru jauh membuatnya merasakan sakit.

Apa salahku sebenarnya sama kamu Ta?

1
November
laanjut
aulia13
tidak bosan di baca karna alur cerita yang tidak berbalik belit
Lia
keren
Triutama Bdg
alur ceritanya bagus
Triutama Bdg
lanjut thor semangat yah nulisnya
Triutama Bdg: yah gitu zem sat set dan tepat
total 1 replies
Hafizah Aressha R
lnjutt k..
jgn lma* up nya y k
Merryati Sakoi koi
lanjutanx kapan ,,,LBH suka sprt ini crtx
Adinda
semangat Thor
Anggun Sriwahyuni
terlalu lama up thor jadi lupa alur critanya
Thea_noni
Alhamdulillah... akhirnya up
terimakasih Thor ...
makin seru dan bikin penasaran ceritanya.
semangat buat up lagi ya Thor ...💪
Anggun Sriwahyuni
dobel up thor?
Arga Putri Kediri
ayo Thor sat set q suka
dwinita adriani
jd penasaran
Thea_noni
baru awal ceritanya dah bikin naik darah.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!