NovelToon NovelToon
Kau Rebut Ibuku Ku Rebut Calon Suamimu

Kau Rebut Ibuku Ku Rebut Calon Suamimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:15.4k
Nilai: 4.9
Nama Author: Almaira

Dia adalah darah dagingnya. Tapi sejak kecil, kasih ibu tak pernah benar-benar untuknya. Sang ibu lebih memilih memperjuangkan anak tiri—anak dari suami barunya—dan mengorbankan putrinya sendiri.

Tumbuh dengan luka dan kecewa, wanita muda itu membangun dirinya menjadi sosok yang kuat, cantik, dan penuh percaya diri. Namun luka masa lalu tetap membara. Hingga takdir mempertemukannya dengan pria yang hampir saja menjadi bagian dari keluarga tirinya.

Sebuah permainan cinta dan dendam pun dimulai.
Bukan sekadar balas dendam biasa—ini adalah perjuangan mengembalikan harga diri yang direbut sejak lama.

Karena jika ibunya memilih orang lain sebagai anaknya…
…maka dia pun berhak merebut seseorang yang paling berharga bagi mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dia Hanya Benalu!

Hari ini Malika mengajak Pradipta untuk kencan pertama mereka. Sore hari, Malika sudah berdandan cantik menunggu sang kekasih datang menjemputnya.

“Nasibmu jauh lebih baik dari Hana sayang. Coba lihat, calon suamimu adalah seorang abdi negara yang selain berkarisma, berwibawa juga sangat tampan melebihi calon suaminya si pembantu itu.” Rosma tak henti-hentinya memuja dan memuji cucu kesayangan.

Malika tersenyum bangga. Sambil meliuk-liukkan badannya di depan kaca.

“Nenek benar. Untuk apa aku iri sama si anak kampung itu, toh calon suamiku berkali-kali lipat lebih baik daripada Rendy si biang masalah itu.”

“Asal nenek tahu, Pradipta itu sangat mencintai aku, aku yakin dia akan memberikan apapun yang aku minta nanti.”

Nenek tersenyum mengiyakan.

“Nanti aku akan minta seperangkat berlian sebagai mas kawin jika kita menikah nanti. Aku akan mengalahkan Hana yang hanya diberi cincin saja. Lihat saja, nanti aku akan punya seperangkat nek. Seperangkat!” Malika menunjuk leher, pergelangan tangan, kuping dan terakhir jari jemarinya bergantian.

“Iya nak. Calon suamimu pasti akan memberikan apapun yang kamu minta.” Rosma mencubit gemas dagu cucunya.

Keduanya tertawa bersamaan.

Tak lama Pradipta datang. Malika segera berlari menghampiri sang pujaan hati.

“Sayang. Kok lama sih?” Malika merengut manja.

“Iya maaf. Tadi aku disuruh buat laporan dulu sebentar.” Pradipta yang masih mengenakan seragam polisinya turun dari mobil.

“Loh sayang kok turun? Kita langsung berangkat aja, nanti telat nonton filmnya.”

“Aku mau pamit dulu sama orang tuamu, tidak sopan rasanya bawa anak gadis orang tanpa minta izin orang tuanya terlebih dahulu.”

“Ih sayang. Sweet banget sih kamu.” Malika langsung menggandeng lengan Pradipta, bergelayut manja sambil berjalan memasuki rumah.

Di dalam rumah, Burhan, Sri dan Rosma langsung menyambut Pradipta hangat dan tentu saja mereka langsung memberikan izin ketika kekasih putri mereka mengatakan akan mengajak Malika nonton film dan makan malam di luar.

“Malika. Kamu pintar memilih calon suami. Jarang-jarang loh pemuda zaman sekarang meminta izin dulu kalau mau bawa anak gadis orang berkencan.” Nenek menepuk pundak cucunya senang.

Malika hanya menunduk malu-malu karena Nenek dengan jelas mengatakan jika Pradipta adalah sang calon suami.

Sementara Pradipta hanya tersenyum datar saja.

“Oh iya Nek. Aku boleh numpang dulu ke kamar kecil?”

Burhan dan Sri serentak menunjukkan kamar kecil khusus tamu yang letaknya di dekat dapur.

Malika disuruh neneknya untuk mengantar, tapi Pradipta bersikeras untuk pergi sendiri dan meminta Malika untuk duduk saja menunggunya.

Pradipta berjalan dengan mata berkeliaran mencari sesuatu. Langkahnya tak berhenti walaupun tempat yang di tuju sudah terlewati.

Dia terus melangkah melewati dapur. Langkahnya terhenti seketika ketika tubuhnya hampir bertabrakan dengan seorang gadis kurus, dengan wajah pucat dan rambut yang digelung seadanya. Di tangannya seember pakaian meneteskan sabun membuat lantai menjadi licin.

“Hati-hati.” Spontan menahan tubuh Hana yang hendak terjatuh.

“Te—terima kasih.” Gadis itu menunduk dalam seakan wajahnya tak mau dikenali.

Pradipta kaget ketika gadis itu dengan cepat menyimpan ember dan masuk ke dalam kamar kecil di depannya.

“Tu—tunggu.” Pradipta mencoba menyusul tapi sayang, Hana menutup pintu itu dengan cepat.

Pradipta tertegun di depan kamar, lalu memastikan jika ruangan kecil di depannya adalah kamar pembantu.

Semakin membuatnya yakin memang ada sesuatu yang salah di rumah itu.

Ada dua putri yang kedudukannya sama tapi diperlakukan berbeda, yang satu bak ratu dan satu lagi bak pembantu.

Dia lalu bergegas ketika mendengar Malika yang berteriak memanggilnya.

Sementara di dalam kamar. Hana tersenyum puas. Firasatnya jika Pradipta akan pura-pura ke kamar mandi dan mencarinya benar-benar terjadi. Pertemuan pertama mereka tempo hari berhasil membuat si pak polisi penasaran akan sosok dan keberadaannya di rumah ini.

Rencana pertamanya sudah bisa dikatakan berhasil, mengetahui jika dirinya tinggal di kamar pembantu pasti membuat Pradipta semakin iba dan bersimpati. Setelah ini kekasih Malika itu pasti akan lebih mencari tahu.

***

Beberapa hari kemudian.

Langit sore itu menggantung kelabu, seolah mewakili suasana hati Pradipta yang mulai goyah. Di dalam mobilnya yang terparkir beberapa blok dari rumah Burhan, ia memandang kosong ke arah kemudi.

Pradipta memejamkan mata, mencoba menepis keresahan yang kian membesar. Tapi hatinya tak bisa dibohongi.

“Malika."

"Benarkah kamu wanita yang aku cari?”

Dulu, ia percaya Malika adalah sosok istimewa. Ceria, mandiri, memesona di layar ponsel dan penuh kasih sayang saat bertukar pesan. Namun kenyataan berkata lain. Malika nyatanya bukan hanya menyembunyikan saudari tirinya, tapi bahkan memperlakukannya layaknya pembantu tanpa rasa bersalah.

Pradipta membuka galeri foto di ponselnya, memandangi potret Malika yang dulu tampak penuh harapan. Tapi kini, potret itu terasa kosong. Tak ada lagi masa depan.

Sebagai seorang polisi, ia bersumpah untuk melindungi yang lemah dan membela keadilan.

Sebagai seorang pria, ia tak bisa berpaling dari nuraninya.

Dan sebagai calon pasangan hidup, ia tak bisa membangun masa depan dengan wanita yang tak punya nurani

Dan akhirnya dia memutuskan akan bertanya langsung pada Malika. Bertanya perihal gadis yang diakui ibunya sebagai putri namun nyatanya diperlakukan tak manusiawi.

Suasana sore itu tenang. Malika duduk di taman belakang rumah, mengenakan gaun kasual mahalnya, menikmati jus stroberi dengan penuh gaya. Ia tahu Pradipta akan datang, dan pikirnya ini saat yang tepat untuk membahas masa depan mereka.

Namun, yang tidak ia tahu adalah Pradipta datang bukan membawa cinta, tapi pertanyaan.

Pradipta berdiri di hadapannya, kedua tangannya bersedekap di depan dada. Wajahnya tenang namun tajam, penuh analisa.

“Kita harus bicara, Malika,” katanya datar.

Malika tersenyum manja, “Tentu, sayang. Duduklah.” Malika menepuk-nepuk kursi di sampingnya.

“Tidak. Terima kasih. Aku berdiri saja."

"Sayang kenapa serius sekali. Memangnya apa yang ingin kamu bicarakan."

"Malika. Aku mencintaimu, kamu tahu itu. Tapi aku tidak mungkin berbagi rasa, hati dan jiwa dengan wanita yang tega memperlakukan saudarinya sendiri dengan tak manusiawi."

Sekejap senyum Malika pudar.

“Apa maksudmu?”

“Gadis yang tempo hari ibumu bilang adalah putrinya juga. Tapi kenapa dia tidur di kamar pembantu, cuci baju, cuci piring, dan bahkan sepertinya tidak pernah makan di meja yang sama dengan kalian?”

Malika mulai gelisah. Ia melirik kanan-kiri kebingungan.

“Sayang. Kenapa tiba-tiba kamu menanyakan soal Hana? Ada apa denganmu?"

"Aku hanya ingin tahu siapa dia?" Pradipta terus mengintrogasi.

"Sayang. Maaf aku mengatakan ini. Tapi itu bukan urusanmu," ucap Malika pelan, memohon pengertian.

“Justru itu urusanku.” Suara Pradipta tegas.

“Karena aku hampir mengambil keputusan penting dalam hidupku, dan aku tidak bisa menutup mata atas ketidakadilan yang aku lihat dan melibatkan wanitaku."

Malika berdiri, nadanya mulai tinggi.

“Hana bukan siapa-siapa! Dia hanya benalu yang datang bawa masalah! Kami memberinya tempat tinggal, bahkan makanan gratis. Itu sudah cukup membuktikan kalau kita memperlakukannya dengan manusiawi."

Pradipta menatapnya, kecewa.

 

 

1
moominRJ
Lanjuttt kaa 😍
moominRJ
Mamam tah burhan😝
moominRJ
Ya allah ka keren bngt novelnya🫶🫶👏🏻
moominRJ
Hana👍👍
moominRJ
Kerennn pak pol😍
Fittar
duh disaat hana mau berdamai, musuhnya kok malah siap menyerang lagi... klo hana tau mereka bersiasat buruk pasti hana lebih murka
semoga hana masih tetap waspada...jangan sampai hana jadi menikah dengan pria paruh baya yang kejam pilihan si Burhan
Novi Galuh
jangan sampai Hana terjebak ya, thor. kasihan....
Yenni Ajah Lah
/Good//Good//Good//Heart//Heart/
Novi Galuh
nggak sabar lihatnya nanti saat Rendy ketahuan... burhan pusing tujuh keliling🤣
Aningrum
haduhh,, dah mulai deg²an nih..
Novi Galuh
pradipta, langsung aja ajak nikah Hana.
Nar Sih
karya kak almaira semua nya bagus alur nya pun ngak ribet dan aku udh bca semua yg di nt semagat kak 👍🥰
Nar Sih
hati,,dan tetap waspada dgn mereka hana ,burhan udah siap kan rencana jht nya pada mu ,semoga aja gagal ya
Novi Galuh
ini emg cocok bgt kalo malika sama rendy😄
Jelo Muda
sehari menemukan novel ini...sehari langsung kelar sampai bab 24... daaaannnn... keren habisss....mantabbb


good job thorr...sehat sehat..up nya yg bnyk ya ..
Aningrum: semua karya author yang satu ini memang the best
total 1 replies
Jelo Muda
mantul...mantab..keren .. bagus bngttt .istimewaaa ..luwaaarrr biyaasaaaaa.
🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀
Dan semoga pradipta si paling peka, menempatkan mata² disekitar Hana.
🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀
Rubah pola pikirmu hana, Bersama mereka kamu punya keluarga baru. Yang siap menerima segala kekurangan dan kelebihanmu
🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀
Good pak polisi, Jangan termakan omongan Malika. Nyatanya dia sudah bermain api dengan Rendy
Vay
🥰🥰😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!