NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Ke Dalam Tubuh Putri Buangan

Reinkarnasi Ke Dalam Tubuh Putri Buangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nfzx25r

Seorang gadis muda yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun ke dalam laut lepas. Tetapi, alih-alih meninggal dengan damai, dia malah bereinkarnasi ke dalam tubuh putri buangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nfzx25r, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Petunjuk?

Fajar menyingsing pelan, cahaya lembut matahari mulai merambat masuk lewat celah jendela kayu penginapan. Udara pagi masih dingin, namun berbeda dengan malam yang penuh ancaman, pagi ini terasa tenang dan menenangkan.

Putri Minghua terbangun lebih dulu. Ia mengusap matanya perlahan, menghela napas panjang, lalu segera bangkit dari ranjang tipis itu. Tubuhnya memang masih letih, tapi ada kebiasaan lama yang tak bisa ia tinggalkan—membantu pekerjaan rumah. Ia menatap sejenak ke kamar Putri Xiaolan yang masih tidur pulas, lalu tersenyum kecil.

Dengan langkah ringan, ia menuju dapur. Aroma kayu terbakar dari dapur langsung menyambutnya. Di sana, istri pemilik penginapan—seorang wanita paruh baya dengan senyum hangat—sedang menyiapkan bubur panas di atas tungku.

“Selamat pagi, Nona,” sapa wanita itu ramah.

“Selamat pagi, Bibi. Biar saya bantu,” jawab Putri Minghua cepat, tanpa ragu menggulung lengan bajunya.

Wanita itu sempat terkejut, lalu tertawa kecil. “Ah, tidak perlu repot-repot.”

“Tetap saja, saya ingin. Kalau hanya duduk diam, rasanya tidak enak.” Minghua tersenyum tulus, lalu mengambil sayuran yang sudah dicuci untuk dipotong.

Suasana dapur jadi lebih hidup. Sesekali Putri Minghua bercakap ringan dengan pemilik penginapan, sesekali ia menoleh ke arah jendela, merasakan cahaya pagi yang menyusup ke dalam ruangan. Ada ketenangan sederhana yang membuat dadanya sedikit lega—seolah mimpi buruk beberapa hari terakhir bisa dilupakan sebentar.

Tak lama, aroma bubur, sup sayuran, dan teh hangat memenuhi udara. Saat meja makan kecil di ruang tengah sudah siap, satu per satu mereka berkumpul.

Putri Xiaolan muncul dengan wajah masih setengah mengantuk. “Mmhh… baunya enak sekali,” gumamnya sambil mengusap mata.

Wei sudah lebih segar setelah tidur semalaman, ia menarik kursi dan duduk dengan posisi waspada seperti biasanya.

Sanghyun masuk terakhir. Tatapannya tajam seperti biasa, tapi ada gurat kelelahan di wajahnya yang tidak lepas dari perhatian Putri Minghua.

Mereka duduk berempat, mangkuk bubur hangat di depan masing-masing. Suasana awalnya terasa hangat— Putri Xiaolan tertawa kecil ketika lidahnya hampir kepanasan, Putri Minghua tersenyum melihat Wei yang makan cepat tapi tetap sopan. Pemilik penginapan pun tampak senang melihat tamu-tamunya menikmati masakan pagi itu.

Namun, Sanghyun belum menyentuh makanannya. Ia menatap bubur di hadapannya, lalu perlahan meletakkan sumpit. Tangannya mengepal di pangkuan.

Putri Minghua langsung menyadarinya. “Ada apa? Kau terlihat… gelisah,” tanyanya lembut.

Wei mengangkat wajah, ikut menatap curiga. Putri Xiaolan yang tadi masih ceria kini terdiam, ikut mendengar.

Sanghyun akhirnya menarik napas panjang. Tatapannya beralih ke mereka satu per satu, sebelum akhirnya berhenti pada Putri Minghua.

“Ada sesuatu yang harus kalian ketahui,” ujarnya pelan, tapi nada suaranya tegas.

Ruangan mendadak hening. Hanya suara kayu terbakar di tungku yang terdengar samar.

“Aku tidak tidur semalam,” lanjut Sanghyun. “Ada bayangan yang mengintai dari luar penginapan. Aku mengejarnya sampai ke hutan.”

Putri Xiaolan langsung menutup mulutnya dengan tangan, wajahnya tegang. “Bayangan? Jangan bilang orang-orang itu sudah menemukan kita lagi?”

Wei menyipitkan mata, rahangnya mengeras. “Dan kau mengejarnya sendirian?”

Sanghyun tidak menjawab pertanyaan Wei, melainkan melanjutkan, “Bayangan itu… bukan orang biasa. Gerakannya terlalu ringan, tidak meninggalkan jejak, dan… akhirnya menghilang begitu saja. Namun sebelum pergi, ia sempat menodongkan pedang ke leherku.”

Mata Putri Minghua melebar. Sumpit di tangannya gemetar sebelum jatuh ke mangkuk. “Apa… apa kau baik-baik saja?” Suaranya terdengar cemas.

Sanghyun menoleh padanya sejenak. Ada kilatan lembut di mata tajamnya, meski wajahnya tetap datar. “Aku masih hidup. Kalau tidak, tentu aku tidak akan duduk di sini.”

Putri Minghua menghela napas lega, tapi hatinya tetap berdegup keras.

Wei, sebaliknya, menatap Sanghyun dengan tatapan keras. “Kau terlalu ceroboh. Seharusnya kau membangunkan aku.”

“Tidak ada waktu,” jawab Sanghyun singkat. “Dan aku tidak ingin membangunkan Minghua dengan ketakutan.”

Ucapan itu membuat Putri Minghua terdiam. Ada rasa hangat aneh di dadanya, meski ketegangan masih menggantung.

Putri Xiaolan akhirnya bersuara lagi. “Lalu… apa yang orang itu katakan padamu?”

Sanghyun menunduk sejenak, mengingat kembali kata-kata misterius itu. Lalu ia mengangkat wajahnya.

“Dia berkata… ‘Sampaikan pada Putri Minghua, naga bermahkota tidak hanya simbol. Itu kunci.’”

Sekali lagi, keheningan menyelimuti meja makan. Hanya suara detak jantung masing-masing yang terasa.

Putri Minghua terperanjat, matanya membesar. “Naga bermahkota…?” gumamnya pelan. Tangannya secara refleks menyentuh liontin tua yang selalu ia simpan di dalam kantong kecil dekat dadanya. Liontin itu—yang ia temukan bersama peninggalan keluarganya—memang berukir naga kecil dengan mahkota di atas kepalanya.

Wei memperhatikan gerakan itu. “Kunci apa maksudnya? Apakah itu ada hubungannya dengan benda yang kau simpan?”

Putri Minghua tidak menjawab. Ia menggenggam liontin itu erat-erat, perasaannya campur aduk.

Sanghyun menatapnya tajam, seolah ingin menembus pikirannya. “Kau tahu sesuatu, Putri?”

Putri Minghua menggigit bibirnya, lalu menunduk. “Aku… tidak yakin. Tapi aku merasa… ucapan itu memang ditujukan untukku.”

Putri Xiaolan meraih tangannya dengan lembut, memberi dukungan. “Apapun itu, kita akan menghadapinya bersama.”

Wei mengangguk tegas. “Tapi kita harus lebih waspada mulai sekarang. Kalau ada yang mengincar naga bermahkota itu… berarti perjalanan kita jauh lebih berbahaya dari yang kita kira.”

Sanghyun tidak berkata apa-apa lagi. Ia hanya mengambil sumpitnya kembali, menunduk, dan mulai makan perlahan. Tapi dalam hatinya, ia tahu satu hal: ucapan bayangan misterius tadi malam bukan sekadar ancaman—itu adalah awal dari rahasia besar yang perlahan mulai terbuka.

1
Cha Sumuk
ap ga ada ingatan yg tertggl hemmm
Murni Dewita
double up thor dan tetap semangat
Nfzx25r: Iya, makasi
total 1 replies
Murni Dewita
next
Murni Dewita
nyimak
Murni Dewita
👣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!