NovelToon NovelToon
Titik Balik Kehidupan Elena

Titik Balik Kehidupan Elena

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / One Night Stand / Keluarga
Popularitas:12.6k
Nilai: 5
Nama Author: CHIBEL

Kehidupan Elena awalnya baik-baik saja, tapi semuanya berubah saat dia melihat adiknya--Sophia berselingkuh dengan kekasihnya.

Tak hanya itu, Sophia juga memfitnahnya dengan tuduhan pembunuhan terhadap Kakek mereka. Hal itu membuat Elena harus mendekam di dalam penjara selama 5 tahun. Dia kehilangan semuanya dalam sekejap mata.

Elena akhirnya menyadari bahwa Sophia telah merencanakan semuanya sedari awal. Sang adik menggunakan kepribadian yang manis untuk menjebaknya dan mengambil alih harta keluarga mereka.

Setelah keluar dari penjara, dia bertemu dengan seorang pria yang membawa perubahan besar dalam hidupnya. Apakah Elena bisa memulihkan namanya dan membalaskan dendamnya pada sang adik?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 - Adipati dan Sophia

Mari tinggalkan sejenak calon keluarga kecil itu dan beralih kepada si ular Sophia.

Sophia menatap ponselnya, sudah satu bulan dia tidak pernah bertemu dengan Andreas. Komunikasi mereka juga terputus begitu saja.

Saat ini dia sedang mengunjungi ayahnya di rumah sakit. Sejak skandal saat ulang tahunnya itu, Adipati Atmadewa masih di rawat di rumah sakit sampai sekarang tanpa ada tanda-tanda akan sembuh.

Saat masih muda dia menghabiskan separuh usianya untuk minum dan berpesta, sekarang di saat usianya tak lagi muda tubuhnya mulai menanggung efeknya. Sekarang pria tua itu tidak memiliki pilihan selain menggunakan uangnya agar tetap hidup.

"Ayah, udaranya dingin di luar, kenapa tidak mengenakan pakaian yang lebih tebal?" ucap Sophia pada ayahnya yang sedang menghirup udara segar di taman rumah sakit.

"Aku membawakan sup ayam kampung kesukaanmu. Ayo masuk dan makan selagi masih panas," sambungnya. Dia berdiri di belakang kursi roda ayahnya dan mendorongnya pelan.

Tapi pria paruh baya itu menghentikannya. "Tidak! Aku tidak lapar, aku ingin di sini lebih lama. Tinggalkan sup itu dan pergilah."

Sophia mencengkeram kuat pegangan kursi roda, emosinya tersentil saat sang ayah mengusirnya. Tapi sedetik kemudian dia merubah ekspresinya dan berjongkok di samping ayahnya.

"Ayah, dengan kondisi kesehatanmu saat ini, kamu seharusnya tidak boleh terlalu lama berada di luar. Tidak masalah jika kamu tidak mau bertemu denganku, tapi bolehkah aku tetap di sini dan menemanimu?" ujarnya.

"Akhir-akhir aku sangat sibuk, dan aku sangat merindukanmu. Aku meluangkan waktu hari ini untuk mengunjungimu, jadi biarkan aku di sini lebih lama," sambungnya.

Adipati mengangguk kecil, memberikan ijin kepada Sophia. "Terima kasih, Ayah," balas wanita itu di iringi senyum manis.

"Aku tahu bahumu agak sakit akhir-akhir ini, jadi aku belajar beberapa gerakan dari terapis pijatku," ucapnya lalu kembali berdiri di belakang sang ayah. "Aku akan memberikan pijatan agar ayah bisa melihat keterampilanku."

Adipati tidak menjawab, matanya menatap ke arah seorang ayah dan juga anak perempuannya yang masih kecil.

"Apakah terasa nyaman? Atau aku memijatnya terlalu keras?" tanya Sophia, kedua tangannya memijat pundak sang ayah.

Adipati masih tidak bersuara, tatapannya masih fokus kepada sepasang ayah dan anak yang berjalan tak jauh darinya. Anak kecil itu jatuh, telapak tangannya tergores paving, tetapi tidak menangis.

Ayah anak itu menoleh dan berjongkok di depan putrinya dan melihat telapak tangannya. "Ada apa denganmu? Kenapa kamu tidak bereaksi saat terluka seperti ini?" tanyanya.

Anak itu menunduk, "Aku tau ayah akan marah, jadi aku tidak menangis. Jika aku menangis, ayah pasti akan membenciku," jawabnya dengan sendu.

Sang ayah melongo mendengar hal itu, tapi kemudian dia menggendong putrinya dan mengucapkan kalimat-kalimat sayang.

Adipati menyaksikan dan mendengar percakapan itu, dia sama sekali tidak mendengarkan ocehan Sophia di belakangnya.

"Kakakmu dulu seperti itu saat masih kecil," celetuk Adipati.

Sophia mengeraskan rahangnya, "Benarkah?" tanyanya dengan gigi bergelatuk. "Ayah, kenapa kamu tiba-tiba menyebutnya?"

"Aku semakin tua, jadi terkadang aku memikirkan masa lalu," balas Adipati dengan senyum tipis.

"Saat masih kecil, Elena selalu mencoba untuk menyenangkanku, tetapi dia tidak sepintar dirimu. Dia hanya mengikutiku dengan tatapan kosong bagaikan sebalok kayu. Ketika aku memukul dan memarahinya, dia tidak pernah menangis. Aku benci itu, tapi dia tetap mengikutiku, sekarang setelah kupikir-pikir..... dia hanya ingin lebih dekat denganku," lanjutnya bercerita.

"Apa ayah merindukan Elena?" tanya Sophia dengan emosi yang berusaha ia tahan.

"Kesehatanku memburuk dan aku tahu betul seperti apa kemampuanmu. Kau bukan hanya sedikit lebih buruk daripada Elena, kau sama sekali tidak mampu menjaga keluarga Atmadewa tetap bertahan. Seandainya Elena masih ada...."

Pria itu menjeda ucapannya, "Lupakan saja. Kenapa aku malah membahas ini? Skandalmu sudah mempermalukan seluruh keluarga. Yang kuinginkan sekarang hanyalah kau menemukan seorang pria dan memberiku seorang cucu. Aku tidak ingin keluarga Atmadewa hancur di tangamu," sambungnya.

Sophia mengepalkan kedua tangannya, dia membatin. "Adipati, dasar bajingan tak tahu terima kasih! Aku sudah merawatmu dengan penuh hormati, tapi kau malah memperlakukanku seperti alat untuk melanjutkan garis keturunanmu."

"Kalau aku tidak butuh tanda tanganmu untuk mewarisi aset Atmadewa, aku akan mencekikmu sampai mati sekarang juga!" batinnya.

"Ayah, maafkan aku," ucapnya dengan nada sedih. Dia berjongkok di depan ayahnya, "Aku sudah mengecewakanmu, tolong berikan aku satu kesempatan lagi, aku akan bekerja lebih keras. Meskipun aku tidak sebanding dengan Elena, aku akan belajar lebih giat."

"Cukup, berhentilah mencoba membuktikan tekadmu. Kalau kau ingin aku menyerahkan perusahaan ini padamu, kau harus memberikan hasil nyata," balas Adipati.

"Ngomong-ngomong, bagaimana hubunganmu dengan Leo? Kapan kalian berencana untuk menikah?' tanyanya pada Sophia.

"Hubungan kami belum sejauh itu, tolong jangan terus menanyakannya," jawab Sophia.

Adipati menghela napas, "Kenapa kamu masih pilih-pilih? Ayahnya mungkin hanya PNS tingkat bawah, tetapi dia pria yang baik."

"Dengan keadaanmu saat ini, aku tidak berharap kamu menemukan seseorang yang setara. Selama kalian akur, kalian harus menikah. Aku sangat menantikan seorang cucu," lanjutnya yang mana semakin membuat telinga Sophia panas.

"Cucu, cucu dan cucu! Apa tidak ada kata lain?" batin Sophia dengan hati dongkol.

Tapi dia adalah orang yang pandai acting dan berkata manis, jadi dia menunjukkan wajah bahagianya. "Ayah tidak perlu khawatir, ketika kamu sudah membaik, aku akan membawa calon suami yang cocok untuk bertemu denganmu," balasnya.

Setelah menemani ayahnya selama beberapa jam, Sophia menuju ke parkiran untuk pulang bersama sopirnya yang menunggu sejak tadi.

Begitu mobil mulai menjauh dari area rumah sakit, ponsel miliknya berdering dan memperlihatkan sebuah nomor asing. Tanpa pikir panjang dia mengangkatnya.

"Halo?" sapanya.

"Nona... Ini BimBim. Kamu harus menyelamatkanku," ucap si penelepon.

Sophia mengangkat sudut bibirnya, "BimBim? Aku tidak mengenal nama itu, sepertinya kamu salah sambung," balasnya.

"Kamu meminta bantuanku dan berjanji akan membayarku 5 juta rupiah!" teriak BimBim. "Sekarang polisi mengejarku, kau tidak berniat menelantarkanku, kan?"

Sophia memainkan kuku jarinya, "Aku tidak tau apa yang sedang kau bicarakan sekarang," jawabnya.

"Aku tau namamu, dan aku tau kamu adalah nona muda keluarga Atmadewa. Sebaiknya kamu segera membayarnya! Jika aku tertangkap, maka aku akan menyeretmu juga!" ancam pria itu.

"Aku tidak tahu apa yang kau inginkan, tetapi jangan pernah bermimpi untuk memerasku atau aku punya seratus cara untuk membunuhmu!" balas Sophia dengan suara rendah.

"Kalau kau tidak memberiku uang, aku pasti akan menyeretmu. Nyawamu jelas lebih berharga daripada nyawaku, Nona Atmadewa."

"Kirim nomor rekeningmu, aku akan mengirim uangnya. Lima juta, tidak lebih dan tidak kurang!"

BimBim terkekeh, "Kamu pikir aku bodoh? Jika aku memberikan nomor rekeningku padamu, polisi bisa melacak dan menemukanku, aku ingin kita bertemu, dan aku ingin uang cash. Setelah mengeceknya, kita bisa melanjutkan jalan masing-masing, urusan kita selesai."

"Waktu dan tempat!" balas Sophia dengan emosi menggebu.

"Datanglah ke gedung kosong di pinggir kota, jangan memanggil polisi atau kita akan hancur bersama," jawab BimBim. "Jangan bawa pengawalmu juga, kamu jelas tau apa yang akan dilakukan Black Snake, jika kamu tidak ingin mati maka turuti ucapanku," sambungnya.

Setelah itu sambungan telepon terputus, Sophia membanting ponselnya ke bangku di sampingnya. Wajahnya memerah karena amarah.

"Putar balik, aku harus pergi ke suatu tempat," perintahnya pada sopirnya.

Bersambung

Terima kasih sudah membaca 🤗

1
Aria
samakin menarik, lanjutttt
tutiana
gws Thor
Nana Colen
ya begitulah kalau orang keras kepala ngeyel lagi
neur
lanjuuuut KK 👍😎
Cha Sumuk
kirain setelah klr dr penjara lebih badas dn jd wanita tangguh eh ga taunya lemah lembek mf ga lnjut bc lh bikin greget aja
Sindy Puspita: Sebelumnya terima kasih sudah mampir🤗 kalau ada waktu lagi, bisa baca bab 10 ke atas ya kak, nnti bisa lihat balas dendam Elena di mulai
total 1 replies
Sindy Puspita
Yang mau ikutan ngelabrak si Sophia besok kumpul di pertigaan rumahnya Elena ya🤭
tutiana
cepetan Ndree,,, awas hilang jejak lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!