Mafia adalah dunia nya, separuh hidupnya ia habiskan dalam kegelapan dan separuh lainnya dalam bayang-bayang kematian yang selalu mengintai nya. Hingga seorang wanita cantik yang membawa cahaya muncul dan mengubah arah hidup nya, membuatnya mempertanyakan hal-hal apa yang berharga dalam hidupnya.
Mampukah dia mengubah dirinya sendiri, ataukah bayang-bayang masa lalunya akan terus menghantuinya dan membuat wanita cantik itu memilih untuk menjauh darinya?
~ Klan Keluarga Morrigan S2~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 34
Mendengar itu, Rakhes berdecak kesal. Ia kemudian melemparkan kunci mobil pada Han.
"Kita ke markas sekarang!" ucapnya tanpa basa-basa.
Setelah itu, Rakhes berbalik badan lalu melangkahkan kakinya keluar dari mansion. Dibelakang nya Han bergegas menyusulnya.
"Tuan.." sapa Sero seraya menundukkan kepalanya sekilas saat berpapasan dengan Rakhes.
"Hmm", balas Rakhes berdehem tanpa menolehkan kepalanya menatap kearah Sero. Namun, baru dua langkah ia berjalan Rakhes langsung kembali memutar badannya. Spontan saja Han yang berjalan dibelakangnya langsung menghentikan langkah kakinya agar tidak menabrak Rakhes.
"Aku dan Han akan ke markas, jaga Jelita dan jangan izinkan dia keluar dari mansion sebelum aku pulang". Perintah Rakhes
Sero menganggukkan kepalanya paham."Baik tuan".
setelah itu, Rakhes memutar badannya dan kembali melangkahkan kakinya keluar. Han dengan sigap segera berlari menuju garasi mobil yang terletak disamping mansion. Ia segera mencari mobil sesuai dengan kunci yang diberikan oleh Rakhes tadi.
Digarasi itu bukan hanya satu atau dua mobil yang terparkir. Melainkan puluhan, mulai dari mobil sport sampai mobil clasic. Bahkan juga ada beberapa jenis motor.
Memang Rakhes suka sekali meng-koleksi nya, selain itu juga ada beberapa mobil mewah yang digunakan untuk kegiatan sehari-hari para anak buahnya.
Setelah menemukan mobil yang dicari nya, Han segera melangkah mendekati mobil itu dan masuk kedalamnya. Ia duduk dibalik kemudi dan mulai menyalakan mesinnya. Tak lupa Han mengenakan dahulu seatbelt nya sebelum melajukan mobil tersebut.
Mobil mewah bermerk Range-Rov*er berwarna hitam mengkilap itu melaju pelan keluar dari dalam garasi dan berhenti tepat didepan pintu masuk mansion.
Rakhes yang melihat itu segera mendekat dan membuka pintu mobil tersebut. Ia duduk dibelakang dibagian kursi penumpang. Setelah memastikan tuannya itu duduk dengan nyaman, barulah Han mulai melajukan mobilnya keluar melewati pintu gerbang meninggalkan pelataran mansion yang luas tersebut dan membelah jalanan kota Italia malam dini hari tersebut.
"Tuan, pihak perusahaan LandScape ingin kita mengajukan pertemuannya". Ucap Han memberitahu
Rakhes yang tengah melihat kearah luar jendela mobil seketika menoleh menatap Han sambil mengulas senyum tipis nya, sangat tipis bahkan Han yang meliriknya dari kaca spion sampai tidak bisa melihat nya dengan jelas senyuman itu.
"Sudah ku duga. Pria tua itu pasti yang menyuruh Harvey untuk melakukan semua nya", tukas Rakhes
"Han.. " panggil nya
"Ya tuan?", sahut Han
"Siapkan jet nya, siang besok kita berangkat ke Amerika lebih awal". Perintan Rakhes
Han menganggukkan kepalanya, "baik tuan ".
.
.
Mobil Range- Rov*r hitam itu berhenti tepat didepan pintu masuk markas Black Costra. Melihat kedatangan sang tuan, para anak buah yang tengah berjaga didepan pintu markas seketika bergegas menghampiri mobil tersebut dan segera membukakan pintu mobil bagian belakang.
"Selamat datang tuan", sapa para anak buah itu seraya menundukkan kepala nya hormat.
Rakhes turun dari dalam mobil sambil membenarkan mantel besar yang ia kenakan. Tak lama setelah itu, Han juga menyusulnya keluar lalu memberikan kunci mobil nya pada anak buah yang lain, setelah itu ia segera mendekati Rakhes dan berdiri disamping pria itu.
Dengan langkah tegap Rakhes memasuki markas klan mafia itu dengan pandangan lurus kedepan, tangan kirinya memegang tongkat hitam sebagai alat bantu jalan sementara selama proses pemulihan. Namun, langkahnya tetap terlihat gagah dan berwibawa. Setiap anak buah yang berpapasan dengan nya hanya akan ia balas dengan deheman.
"Dimana Silas ?", ujar Rakhes bertanya dengan suara yang terdengar datar dan berat.
"Ada diruang transaksi tuan". Jawab anak buah Rakhes
Mendengar itu, Rakhes bergegas melangkahkan kakinya menuju ruang transaksi yang berada dipaling ujung belakang markas. Han juga dengan setia selalu mengikuti kemana pun tuannya itu pergi.
Ceklek!
Rakhes membuka pintu ruangan tersebut tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Silas- pemuda 25 tahun yang diangkat oleh Rakhes sebagai penanggungjawab proses transaksi antar barang senjata ilegal nya yang diekspor ke beberapa negara.
Melihat kedatangan tuannya, Silas yang tengah mengecek beberapa dokumen laporan eksportir itu seketika menoleh lalu menghentikan aktivitas nya.
"Tuan.. " sapa Silas seraya meletakkan berkas dokumen itu diatas meja lalu berjalan menghampirj Rakhes.
"Ada masalah apa ?". Tanya Rakhes tanpa basa-basi sambil melepas mantel besar nya itu lalu memberikannya pada Han.
"Tuan, maafkan saya. Saya sudah berkali-kali mengecek hasil laporan barang senjata yang diekspor ke Amerika, tapi seperti nya beberapa bulan ini mengalami penurunan yang sangat signifikan. Tanpa alasan yang jelas mereka langsung menghentikan pembelian barang-barang senjata itu dan ingin mengembalikkan nya pada kita. Jika sampai hal itu terjadi kerugian yang kita alami bukan lagi miliaran dollar tapi trilliunan tuan". Ungkap Silas menjelaskan raut wajah nya penuh dengan kecemasan.
Mendengar itu, Rakhes terdiam raut wajah nya tetap datar dan dingin. Ia justru berbalik badan lalu melangkahkan kakinya menuju kursi sofa dan mendudukkan dirinya disana. Dengan santai, Rakhes justru mengeluarkan rokok dari dalam saku celana nya, membuka penutup rokok itu lalu mengambilnya sebatang.
Ia selipkan batang rokok tersebut disela-sela bibir nya, lalu tangannya menengadah meminta pematik api pada Han. Namun, Han dengan tanggap langsung menyalakan pematik itu lalu mendekatkannya pada ujung rokok tersebut.
Rakhes menghisap pelan batang rokok yang sudah menyala itu, lalu ia hembuskan asap nya keatas lewat sela bibir dan hidungnya hingga asap nya itu menutupi sebagian wajahnya.
"Aku tau siapa dalang dibalik semua pemberhentian eksportir ini.. " ucap Rakhes dengan santai namun penuh penekanan.
Silas yang mendengarkan itu mengernyitkan dahinya kebingungan, begitu juga dengan Han. Ia langsung menoleh menatap kearah Rakhes seraya mengangkat sebelah alisnya.
"Apa ini ada hubungannya dengan klan Mafia Blood Stone tuan ?" tebak Han
Rakhes tersenyum menyeringai lalu kembali menghisap rokoknya kuat-kuat kemudian ia hembuskan asap nya kesembarang arah.
"Tanpa ku beritahu, kau pasti sudah tau sendiri jawabannya Han".
"Tapi tuan, bukankah klan mafia itu sudah puluhan tahun yang lalu tidak terdengar lagi kabar nya ?", ujar Silas bertanya-tanya
"Apa kau tidak membaca berita organisasi mafia, Sil ?", tukas Rakhes menatap anak buahnya itu dengan tatapan mengintimidasi
Silas menundukkan kepalanya, "maaf tuan. Saya terlalu sibuk mengoreksi hasil laporan eksportir sampai tidak membaca berita terbaru nya".
Rakhes hanya diam tak menyahuti ucapan Silas. Ia kemudian meletakkan puntung rokok itu diatas asbak lalu mematikan ujung nya.
"Tuan, apa ada rencana untuk menghentikan mereka ?', tanya Han
"Ada, tapi ada satu yang harus dikorbankan untuk dijadikan sebagai umpannya". Ucap Rakhes dengan mata tajam nya menatap lurus kedepan
"Nona Jelita kah ... "
.
.
.
Bersambung...
lanjut semangaaaat
ini pasti ada kaitanya dgn jerry
dobel up
bagaimana nantinya tentang Rainer semua dia tau
keluarga adalah kelemahanya
Kan harus di jadikan saksi