Pernikahan yang terjadi karena hamil duluan saat masih SMA, membuat usia pernikahan Ara dan Semeru tidak berjalan lama. Usia yang belum matang dan ego yang masih sama-sama tinggi di tambah kesalah pahaman, membuat Semeru menjatuhkan talak.
Setelah 7 tahun berpisah, Ara kembali bertemu dengan Semeru dan anaknya. Namun karena kesalah fahaman di masa lalu yang membuat ia diceraikan, Semeru tak mengizinkan Ara mengaku di depan Lala jika ia adalah ibu kandungnya. Namun hal itu tak membuat Ara putus asa, ia terus berusaha untuk dekat dengan Lala, bahkan secara terang-terangan, mengajak Semeru rujuk, meski hal itu terkesan memalukan dan mudahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BOHONG
"Ih.... gemesin banget sih kamu cayang." Ara mengambil banyak sekali foto baby Cilla, entah itu sendirian, atau berdua dengannya. Seminggu lagi, jadwal ia harus pergi ke Jogja.
Jogja, Ara menitikkan air mata. Dulu, ia bersemangat sekali untuk pergi kesana, menuntut ilmu, tapi sejak kehadiran Cilla, hatinya mulai goyah. Ia meletakkan ponsel, menggendong bayi mungil yang baru berusia 20 hari tersebut lalu menyiumi pipinya. Air matanya meleleh, dadanya sesak teringat jika tinggal seminggu lagi ia bisa bersama Cilla. Semakin hari, ia semakin merasa tak bisa jauh dari Cilla. Sejak seminggu lalu, sudah terbesit dalam benaknya untuk membatalkan kuliah di Jogja, tapi masih belum yakin seratus persen. Dia berada dalam dilema saat ini, antara anak dan cita-cita.
"Mama berat banget ninggalin kamu, Sayang," Ara mengusap pelan pipi Baby Cilla. Semakin menatap wajah bayi itu, semakin ia tak ingin pergi. Cilla seperti magnet yang menariknya untuk tetap disini. Mungkinkah, ia memang harus tetap berada di Jakarta, mencari alternatif kampus terdekat? Sepertinya ia harus membahas ini dengan Meru.
Melihat Meru keluar dari kamar mandi, Ara langsung memanggilnya. "Ru, sini!" menepuk tempat di sebelahnya. Saat ini, ia sedang duduk di atas ranjang, memangku Cilla. Ia ingin membahas soal ini dengan Meru. Tapi sepertinya, Meru pasti akan menyarankan ia untuk tidak pergi, mengingat dulu Meru sempat melarang. Baiklah, mungkin ia memang harus stay disini, di dekat suami dan anaknya.
"Aku mau pergi, Ra," Meru berjalan ke arah almari.
"Kemana sih? Sini bentar, ada yang mau aku omongin," Ara senyum-senyum sendiri, membayangkan Meru pasti akan senang jika dia tak jadi pergi.
"Mau futsal," membuka almari, mengambil pakaian futsalnya.
"Futsal?" ulang Ara dengan dahi mengernyit. "Bukannya dua hari yang lalu udah futsal ya?"
"Anak-anak ngajak." Meru memasukkan pakaian dan keperluan lain ke dalam tas ransel hitamnya.
"Ya tapi baru dua hari yang lalu loh kamu futsal." Ara meletakkan Cilla ke atas ranjang, lalu menghampiri Meru. "Apa gak bisa kamu nolak?"
"Mau tanding, Ra," Meru masih sibuk menyiapkan apa saja yang akan ia bawa.
"Ya tapi baru dua hari yang lalu, Ru," Ara tak bisa menyembunyikan rasa keberatannya.
"Emangnya kenapa sih Ra kalau baru dua hari yang lalu?" Meru berdecak kesal. "Olahraga kan bagus, tiap hari juga boleh. Sekarang kamu makin bawel tahu gak, suka ngomel. Aku main game, kamu ngomel, tidur, ngomel, sekarang mau olahraga, juga kamu omelin."
"Ya aku gak bakal ngomel kalau kamu gak keterlaluan. Main game sampai berjam-jam, sedang aku sibuk jaga Cilla, gimana gak ngomel. Sekarang mau futsal lagi, padahal dua hari yang lalu udah futsal. Ru, sekarang kamu udah jadi ayah, dikurangin dong, kebiasaan-kebiasaan kayak gitu."
"Ara!" Meru mengacak rambutnya frustasi, menatap Ara. "Udah deh, cuma masalah futsal, gak usah diributin."
Ara menghela nafas berat, ia juga tak mau ribut sebenarnya. Energinya sudah habis untuk mengurus Cilla seharian ini, udah gak ada lagi buat berantem. "Ya udah, tapi pulangnya cepet, jangan malem-malem."
"Iya." Meru mengecup kening Ara, memakai ranselnya lalu keluar.
...----------------...
"Akhirnya dateng juga lo," Adam menepuk lengan Meru sambil tertawa. Ia senang Meru akhirnya datang ke rumahnya. "Gitu dong, jangan terlalu bucin sama Ara, entar dia besar kepala. Emang apa salahnya datang ke ultah Margaret? Yang penting lo gak selingkuh, cuma menghadiri undangan aja."
Sebenarnya, Meru bukan mau bermain futsal, ia keluar untuk menghadiri ulang tahun Margaret, adik kelasnya dulu. Awalnya ia tak mau datang, tapi ucapan teman-teman yang ngatain dia bucinlah, takut sama Ara lah, cemen, bikin ia tak terima. Alhasil demi menunjukkan pada teman-temannya jika ia tidak takut pada Ara alias gak bucin, ia mau menghadiri acara tersebut
"Halah, paling juga kalau Ara tahu, dia cuma marah doang, beberapa hari kemudian udah balikan lagi," Robert ikut menimpali. "Ya udah lah Ru, kalau Ara minta putus, ya lo putusin aja. Masih banyak yang mau sama lo. Jangan terlalu bucin, Bro," menepuk bahu Meru beberapa kali. "Having fun sesekali juga perlu lagi. Masa seluruh waktu lo cuma buat Ara."
"Gak mungkin Ara minta putus," Adam kembali bicara. "Mana mau dia kehilangan Semeru, secara dia kan tajir melintir. Kita ngopi-ngopi dulu yuk di dalam, sambil ngegame, lagian acaranya juga masih lama, entar malem."
Mereka janjian sore kumpul di rumah Adam, nantinya berangkat sama-sama ke tempat acara.
...----------------...
Jam sembilan malam, Ara berusaha menghubungi Meru, meminta suaminya tersebut untuk segera pulang. Malam ini, Cilla lumayan rewel, ditaruh di kasur sebentar, langsung nangis, beda kalau digendong, Cilla akan tertidur pulas. Panggilannya tak dijawab, ia fikir mungkin Meru sedang ada dalam perjalanan pulang. Namun hingga jam 10 malam, pria itu belum sampai di rumah.
"Meru, kamu itu nyebelin banget sih," Ara menggerutu terus menerus. Ia sempat juga berfikir kalau Meru marah, tadi siang suaminya itu ngeluh karena ia suka ngomel. Mungkin karena itu, Meru sengaja pulang telat. "Papa kamu pasti lagi asyik nongkrong, habis futsal gak langsung pulang," ia membuang nafas kasar.
Ara membuka sosial media, kepoin IG teman-teman Meru. Meru sendiri tipe yang jarang bikin story, jadi mungkin dari teman-teman Meru, ia bisa tahu posisi suaminya itu sedang ada dimana? Pasti nongkrong di kafe, tebaknya.
Deg
Ara kaget sekali melihat instastory Adam. Cowok itu mengunggah video dengan teman-temannya termasuk ada Meru disana. Yang bikin syok, ada Margareth dan beberapa cewek yang wajahnya tidak asing dalam video tersebut. Terdengar musik DJ yang sangat kencang, terlihat juga tulisan, happy birthday Margareth.
"Semeru!" desis Ara, berusaha meredam emosi di dadanya. Emosi juga sakit hati lebih tepatnya. Ternyata futsal hanya sebuah alasan, Ara tersenyum kecut.