NovelToon NovelToon
TRAUMA

TRAUMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam / Idola sekolah
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fidha Miraza Sya'im

Keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan.
Orang berani bukan berarti mereka tidak pernah merasa takut, akan tetapi mereka berhasil menaklukkan rasa takut itu.

Hanya karena kau pernah gagal lalu terluka di masa lalu, bukan berarti semua yang kau hadapi sekarang itu sama dan menganggap tidak ada yang lebih dari itu.

Kau salah . . . . . !!!

Briana Caroline MC.
Yang arti nya KEBERANIAN, TANGGUH, KUAT DAN PENAKLUK DUNIA.

Tidak seperti arti dari namanya yang diberikan orang tuanya. Justru malah sebalik nya.

Bayang-bayang dari masa lalunya membuat dia TRAUMA. Itulah yang membuatnya selalu menghindari apapun yang akan masuk ke dalam hidupnya.
Dia lebih memilih untuk lari ketimbang menghadapinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fidha Miraza Sya'im, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Sejak mengetahui alasan Ryo mendekatinya membuat Briana lebih membuka diri untuk Ryo.

"Selama ini aku dan ayahku terus berusaha untuk mencari orang yang sudah menyelamatkan nyawanya. Setelah aku tahu kalau kamulah orangnya, disaat itu juga aku berusaha untuk dekat sama kamu tanpa maksud jahat ke kamu. Aku tulus sama kamu Bri seperti kamu tulus menyelamatkan nyawa almarhum Ayahku". Ucapnya sembari tersenyum menatap Briana.

"Dari mana loe tahu kalau gue orang yang sudah menyelamatkan bokap loe?". Briana mengerutkan dahinya.

"Gelang itu". Ryo menunjukkan ke arah gelang yang dijadikan gantungan ponsel milik Briana.

Briana pun menoleh ke arah ponselnya yang tergeletak di atas meja.

"Gelang itu pemberianku untuk kamu waktu itu sebagai ucapan terimakasih aku ke kamu. Gelang itu gelang kesayangan aku karena itu dibuat khusus untukku hasil desain almarhum Ayahku sendiri dan itu hanya satu-satunya ada di muka bumi ini. Makanya aku langsung tahu kalau kamu adalah orangnya ketika aku melihat gelang itu bersama kamu setahun yang lalu". Lanjutnya.

Briana baru menyadari bahwa gelang tersebut memiliki inisial yang sama dengan nama Ryo.

"Jadi dia anak laki-laki itu?". Ucapnya dalam hati sembari mengingat wajah Ryo 5 tahun yang lalu.

"Aku enggak tahu harus berbuat apa kalau kamu tidak menyelamatkan ayahku pada saat itu, mengingat aku masih terlalu muda. Dan aku sangat berterimakasih sama kamu. Aku tidak menyangka orang yang selama ini aku cari ternyata dekat denganku. Sepertinya takdir benar-benar ingin mempertemukan kita". Tutur Ryo begitu lembut.

Briana tak bergeming sejenak lalu,

"Emm.... Jadi bapak itu... Maksud gue, bokap loe sudah meninggal?". Briana bertanya dengan harap-harap cemas.

Ryo menundukkan kepalanya sembari mengangguk pelan. "Iya".

"Di hari kecelakaan itu juga? Itu artinya bokap loe meninggal gara-gara gue. Gara-gara tindakan gue yang sok jadi pahlawan menyebabkan bokap loe meninggal. Gara-gara gue bokap loe meninggal". Briana mulai panik dan ketakutan. Ingatan disaat kecelakaan itu terbesit dibenaknya sehingga telinganya seperti mendengar suara-suara riuh dari orang-orang yang sudah memperingatkannya untuk tidak bertindak pada saat itu. Tangannya tampak gemetar sembari menutupi telinganya serta mengeluarkan keringat pada wajahnya yang cukup banyak.

Ryo yang melihat reaksinya langsung meraih tangannya lalu memeluknya agar Briana bisa tenang.

"Enggak kok Bri. Enggak! Ayah aku meninggal bukan gara-gara kamu. Ayahku meninggal 2 tahun setelah kecelakaan itu karena beliau memang mengidap penyakit gagal jantung. Itu bukan karena kamu Bri". Tuturnya sembari membelai rambut Briana.

"Kecelakaan itu juga terjadi karena penyakit jantung nya yang kambuh sehingga ayahku tidak mampu mengendalikan mobilnya ketika menyetir. Jadi itu bukan gara-gara kamu Briana, justru kamu lah penyelamat ayahku". Sambungnya setelah ia melepaskan pelukannya lalu dengan lembut ia mengusap wajah Briana yang basah karena keringat dan air matanya.

Briana menatap Ryo dengan wajah sembabnya. Ia melihat adanya ketulusan dalam dirinya kemudian dengan spontan ia mencium Ryo. Sontak membuatnya terkejut sehingga matanya terbelalak. Bagaimana tidak, seorang Briana yang bagaikan seekor landak kini menciumnya terlebih dahulu.

...

Ryo terlihat canggung karena kejadian ciuman itu, namun tidak dengan Briana. Ia terlihat cuek sama seperti biasanya.

"Umm.... Oh ya Bri. Setelah ini kamu mau lanjut kuliah dimana?". Ryo membuka suara sembari melihat Briana yang tengah asik membaca buku.

"Belum kepikiran". Jawabnya.

"Lho kok kamu belum kepikiran? Kita sudah lulus lho Bri. Harusnya kamu sudah memikirkan rencana masa depan kamu dari jauh hari bahkan pada saat kita masih kelas 1 SMA". Perlahan Ryo duduk mendekati Briana.

"Ya aku memang belum kepikiran saja. Mungkin aku enggak bakalan melanjutkan pendidikan ku atau bisa jadi aku bakalan balik ke Jerman dan stay disana". Briana menjawab dengan tenang namun tidak melihat wajah Ryo.

Ryo terkejut mendengar jawaban Briana yang tidak menyenangkan hatinya.

"What? Are you serious?".

"Hmmp... Lagian kamu kenapa sih? Sibuk banget ngurusin masa depan aku. Itukan bukan urusan kamu". Briana menutup bukunya dengan keras karena ia mulai kesal pada Ryo.

"Ya iyalah. Kalau kamu enggak melanjutkan pendidikan kamu dan stay di Jerman terus bagaimana dengan aku?". Ryo berkata dengan lantang lalu melanjutkan kalimatnya dengan nada rendah. "Bagaimana dengan hubungan kita?"

Briana melirik Ryo lalu beralih pada bukunya.

"Ya enggak gimana gimana. Lagian kan dari awal kita memang tidak memiliki hubungan apapun". Ucapnya dengan nada datar.

Ryo merasa kesal dan tidak terima atas sikap Briana setelah apa yang sudah mereka lalui.

"Ok kalau hanya itu bagi kamu. Kalau gitu lebih baik aku pulang".

"Hmmp... Oh ya jangan lupa setelah kamu keluar tolong pastikan gerbangnya tertutup. Soalnya aku masih nanggung baca bukunya dan malas untuk keluar". Ujarnya tanpa melihat ke arah Ryo.

Ryo menarik lalu menghembuskan nafasnya dengan kesal sembari melihat Briana yang tidak menghiraukan kepergiannya kemudian ia beranjak.

Tak lama langkah kaki Ryo terhenti ketika ia menyadari bahwa bahasa berbicara Briana berubah padanya. Ryo sadar kalau Briana jauh lebih lembut terutama ketika ia mengganti loe gue menjadi aku kamu. Itu menandakan bahwa Briana juga menginginkan hubungan yang sama apa yang ia inginkan.

Ryo kembali mendekati Briana dengan cepat lalu menciumnya sehingga membuat Briana terkejut dan menjatuhkan buku yang ia pegang. Briana sama sekali tidak menolaknya justru ia perlahan mengikutinya.

"Kamu bilang kita sama sekali tidak memiliki hubungan apapun. Tapi kenapa bahasa berbicara dan bahasa tubuh kamu mengatakan lain?". Tutur Ryo sembari mengelus pipi Briana dengan lembut lalu tersenyum melihat wajah Briana yang terlihat polos dan kikuk.

Nafas mereka begitu terasa hangat menyentuh wajah satu sama lain. Hidung dan mata tak lepas saling beradu. Briana yang selama ini terlihat kejam kini terlihat seperti bayi yang tidak berdosa. Matanya pun tak bisa berbohong bahwa ia juga ingin memiliki hubungan yang spesial bersama Ryo.

"Jangan pernah lagi bilang kalau kita tidak memiliki hubungan apapun". Sambungnya lalu kembali mencium Briana yang tetap menurutinya.

...

Briana kini mulai merasakan kebahagiaan yang selalu diberikan oleh Ryo. Tersenyum dan tertawa perlahan sudah menjadi temannya. Ryo benar-benar menepati janjinya untuk membuat Briana bahagia dan melupakan masa-masa kelamnya.

Namun begitu itu bukan berarti Briana dapat melupakannya begitu saja. Justru malah sebaliknya, ia lebih sering mendapatkan mimpi buruk dari masa lalunya.

"Hey my hedgehog". Begitulah panggilan sayang Ryo kepada Briana yang memiliki sikap yang sama seperti landak.

"Ini aku bawakan bunga mawar merah buat kamu". Ryo menyapa Briana dengan senyumannya setelah ia tiba dirumah Briana untuk menjemputnya. Tak lupa ia membawa 1 bouquet bunga mawar merah untuknya.

"Kamu enggak usah berlebihan seperti itu". Ucap Briana sembari menerima bouquet itu.

"Biarin! Apapun akan aku lakukan agar kamu terus tersenyum, biar julukan Briana yang kejam itu sirna selamanya he he he". Celetuknya.

Briana langsung mengeluarkan mata sinis nya.

Ryo mencubit pipi Briana dengan gemes.

"He he he, bercanda sayang. Oh ya kamu lupa lagi ya menutup pintu gerbang depan?". Ryo bertanya sembari menunjuk ke arah pintu gerbang.

"Enggak. Aku saja baru keluar itupun karena kedatangan kamu untuk menjemput aku". Jawabnya keheranan setelah ia melihat gerbang itu.

"Aku rasa kamu harus memeriksa rekaman cctv kamu deh. Soalnya aku khawatir ada orang jahat sedang mengincar kamu saat ini". Ryo menyarankannya mengingat sudah beberapa kali ia mendapatkan gerbang rumah Briana terbuka.

Briana menganggukkan kepalanya lalu mengajak Ryo masuk ke dalam menuju ruangan cctv.

Mereka melihat rekaman-rekaman tersebut dengan seksama namun belum juga menemukan hal yang mencurigakan disana. Hingga akhirnya...

"Itu kan Reysha?!". Briana dan Ryo terkejut begitu mereka melihat seseorang yang ada di dalam rekaman tersebut adalah Reysha.

1
Fidha Miraza Sya'im
Biarkan Bintang Yang Menjawab
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!