NovelToon NovelToon
Dunia Dzaka

Dunia Dzaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Keluarga / Trauma masa lalu
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Bulan_Eonnie

Aaron Dzaka Emir--si tampan yang hidup dalam dekapan luka, tumbuh tanpa kasih sayang orang tua dan berjuang sendirian menghadapi kerasnya dunia.

Sebuah fakta menyakitkan yang Dzaka terima memberi luka terbesar sepanjang hidupnya. Hidup menjadi lebih berat untuk ia jalani. Bertahan hidup sebagai objek bagi 'orang itu' dan berusaha lebih keras dari siapapun, menjadi risiko dari jalan hidup yang Dzaka pilih.

Tak cukup sampai di situ, Dzaka harus kehilangan salah satu penopangnya dengan tragis. Juga sebuah tanggung jawab besar yang diamanatkan padanya.

Lantas bagaimana hidup Dzaka yang egois dan penuh luka itu berlanjut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulan_Eonnie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DD 34 Luka di Masa Lalu

Paman Adi terdiam. Ucapan Bi Edah menyimpan makna lebih dalam. Bukan sebatas penjelasan, tapi juga sesuatu yang lebih dalam tentang kejadian itu.

Hati kecilnya tercubit. Perasaannya seketika penuh ragu. Apakah dia siap menerima semua yang akan dibagikan oleh wanita di hadapannya? Apakah dia sanggup menanggung resiko setelahnya?

"Jadi ... seberapa banyak yang kamu butuhkan, Adi?" tanya Bi Edah dengan nada getir pada suaranya yang terkesan tenang.

Paman Adi masih membisu. Dalam diam dia mencoba meyakinkan dirinya. Semua yang akan dia terima adalah akibat dari kelalaiannya di masa lalu. Bahkan resiko ini tak sebanding dengan kesalahan fatalnya mengabaikan tuan mudanya selama ini.

Pria paruh baya itu menghela napas panjang, sebelum menghembuskan perlahan mencari ketenangan. "Sebanyak apapun yang bisa kamu bagikan kepada saya, Edah."

Tatapan Paman Adi memancarkan keyakinan dan penerimaan. Sedangkan Bi Edah tampak merenung, mencoba mencari kata yang tepat untuk memulai.

"Mungkin kamu perlu tau alasan atas apa yang dialami Den Dzaka." Bi Edah membiarkan tangannya saling menggenggam erat mencoba menetralisir segala macam perasaan yang membuat dadanya sesak.

"Tuan Aaron adalah pewaris potensial bagi Keluarga Emir. Namun ... dengan adanya kejadian itu, Keluarga Emir tentu saja merasa sangat kehilangan. Lalu ... mereka mencoba mencari sosok potensial lainnya, hingga saat itulah mereka menemukan bahwa satu-satunya keturunan Tuan Aaron yang masih hidup memiliki peluang untuk itu."

Paman Adi memegang tepian meja dengan erat. "Kapan tepatnya semua ini dimulai?"

Bi Edah tak menoleh sedikitpun. Tatapannya lurus pada lantai. Udara di ruang makan kini terasa berat. "Sejak Den Dzaka mulai bersekolah. Tapi ...."

Intonasi menggantung itu benar-benar membuat suasana terasa berat. "Tapi ... kekerasan itu terjadi sejak Den Dzaka lulus SD."

Air mata mulai membasahi pipi Bi Edah. Wanita paruh baya itu kembali terisak. Bayangan kejadian lalu memenuhi pikirannya. Bahkan ingatannya yang tergerus usia masih bisa mengingat kejadian hari itu dengan jelas.

"Kenapa?" Pertanyaan yang keluar dari celah bibir Paman Adi tak sekedar pertanyaan untuk menjawab kebingungannya. Pria paruh baya itu ingin memahami semuanya lebih dalam.

"Hari itu ... hari dimana saya menyaksikan Den Dzaka meraung keras untuk pertama kalinya. Mata cerah itu memancarkan luka dan rasa sakit. Kejadian yang tak akan pernah saya hapus dari ingatan saya."

Bi Edah berhenti sejenak karena isak tangisnya sendiri membuat dadanya sesak dan suaranya serak. Sedangkan kepalanya terasa pusing karena serangan ingatan menyakitkan dari masa lalu.

Menarik napas dalam dan menghembusnya perlahan. Bi Edah mengulangi hal itu beberapa kali hingga sedikit tenang.

"Jika dipikir kembali ... hari itu menjadi hari dimana sosok Den Dzaka yang dulu berganti menjadi Den Dzaka yang sekarang. Tidak ada lagi mata cerah dan berbinar. Tapi ... semua sudah terlambat untuk saya menyesali itu."

Mendengar penjelasan Bi Edah yang tak kunjung pada intinya Paman Adi mendesak. "Tolong jelaskan ada apa pada hari itu, Edah?"

Bi Edah setelah sekian lama akhirnya mengangkat pandangannya dan menatap netra tajam Paman Adi. "Hari itu ... Den Dzaka memaksa saya memberitahu soal kedua orang tuanya—"

Bi Edah kembali terisak keras. Suara memohon dan raungan keras majikannya setelah itu membuat Bi Edah merasakan kembali sesak yang sama seperti beberapa tahun silam.

Paman Adi terbelalak. Jadi ... jadi ... Tuan Muda Dzaka sudah mengetahui kebenaran tentang orang tuanya? Entah kenapa, setelah mendengar hal itu Paman Adi kembali ragu untuk melanjutkan penjelasan ini.

"Ba-bagaimana bisa?" lirih Paman Adi dengan nada tak percaya.

Bi Edah terisak pilu. "Ini ... ini ... salah saya. Andai saja ... andai saja ... saya tak terbujuk saat itu."

Paman Adi tak memperdulikan penyesalan Bi Edah. Kini pikirannya penuh dengan bayangan wajah Dzaka. Seberapa kuat pemuda itu menyembunyikan lukanya? Seberapa berat perjuangan pemuda itu untuk bertahan hidup setelahnya?

"Yang membuat saya semakin bersalah adalah ... kejadian setelahnya," lirih Bi Edah menarik atensi Paman Adi.

"Saat itu ... Tuan Emir datang ... dan kekerasan itu dimulai."

Paman Adi tercekat. Tubuhnya merinding. Membayangkan pemuda yang baru lulus sekolah dasar sudah mengalami kekerasan. Bagaimana sebenarnya kondisi mental tuan mudanya itu? Kenapa dia melewatkan begitu banyak hal?

"Den Dzaka ... meminta penjelasan tentang orang tuanya seraya meraung. Namun ... yang didapatkannya justru tamparan keras." Bi Edah melanjutkan dengan suara serak yang teredam dalam isak tangisnya.

"Pipi Den Dzaka merah ... dan ... sudut bibirnya robek. Bahkan ... tubuh Den Dzaka terhempas keras ... menghantam lantai ruang tamu."

Pertahanan Paman Adi runtuh. Hancur lebur bersama hatinya yang tak berbentuk mendengar semua itu. Sebenarnya apa yang sudah dia lakukan? Bagaimana bisa dia menghadapi pemuda itu dengan senyuman dan kasih sayang layaknya seorang ayah pada anaknya ... padahal dia sudah membuat pemuda itu melalui hal menyakitkan itu sendirian?

"A-apa lagi?" tanya Paman Adi ingin mendengar semua ini hingga selesai. Agar dia bisa menghukum dirinya dengan tepat setelah ini.

"Den Dzaka bangkit dengan susah payah ... dan memeluk lutut Tuan Emir memohon penjelasan. Tapi ... dalam satu kedipan mata ... tubuh Den Dzaka sudah menghantam sudut tangga dan memuntahkan seteguk darah."

"Dan kamu ... kamu hanya melihat semua itu terjadi, Edah?" tanya Paman Adi dengan nada pelan namun penuh intimidasi.

"Saya ... saya menyesal. Saya menyesal tidak melindungi Den Dzaka ... dan saya membawa penyesalan itu seumur hidup saya, Adi," balasnya dengan nada getir.

Kini ruang makan itu hening. Udara berat kini menghimpit mereka seolah memberikan hukuman pada mereka yang sudah membiarkan pemuda itu terluka. Bahkan mungkin saja sudah menjadi trauma?

Paman Adi tersadar dengan pemikirannya sendiri. Apakah ... apakah tuan mudanya itu mengalami trauma? Kenapa tidak ada petunjuk apapun? Bagaimana bisa pemuda itu menyembunyikan semua hal dengan baik? Kini bagaimana Paman Adi harus menghadapi pemuda itu ... Dimitri ... dan Keluarga Ivander?

"Lalu, setiap kali tuan muda mengalami kekerasan di rumah ini ... kamu hanya menjadi penonton, Edah?"

Pertanyaan menohok Paman Adi membuat tubuh Bi Edah bergetar. Hanya dengan respon itu, Paman Adi menemukan jawabannya.

"Ternyata kamu lebih mencintai pekerjaanmu dibanding majikan yang sudah kamu rawat layaknya anak sendiri, Edah," ujar Paman Adi penuh penghinaan.

Bi Edah tercekat. "Saya ... saya—"

Dering telepon Paman Adi membuat ucapan wanita itu terputus. Paman Adi langsung menggeser ikon hijau. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran dan nada suaranya terdengar penuh kecemasan.

"Ada apa, Tuan Muda? Apa terjadi sesuatu?"

Jawaban dari seberang membuat Paman Adi terdiam. Matanya melirik Bi Edah dengan sorot ragu.

"Baik, Tuan Muda. Saya akan segera ke sana."

Setelah memastikan panggilan terputus. Paman Adi memusatkan atensinya pada Bi Edah. Tatapan tajamnya berubah serius.

"Apakah kamu bersedia menjelaskan kelanjutannya pada seseorang, Edah?"

1
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
Ceritanya seru yok di baca
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Makasih, Kak
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
lanjut dong /Scream/
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Stay tune, Kak. Terima kasih sudah mampir❤️
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
idih sirik bgt si/Cleaver/
Jena
Bener-bener bikin ketagihan.
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih kakak❤️ Nantikan terus updatenya ya kak😊
total 1 replies
bea ofialda
Buat yang suka petualangan, wajib banget nih baca cerita ini!
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih kakak sudah mampir❤️
total 1 replies
Mamimi Samejima
Teruslah menulis, ceritanya bikin penasaran thor!
Bulan_Eonnie🌝🦋💎: Terima kasih sudah mampir kakak❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!