Asih begitu mencintai Rahmat, sampai sang biduan yang begitu terkenal dengan suara indahnya itu rela menyerahkan mahkotanya kepada pria itu. Sayangnya, di saat ada biduan yang lebih muda dan geolannya lebih aduhay, Rahmat malah berpaling kepada wanita itu.
Saat tahu kalau Asih mengandung pun, Rahmat malah menikahi wanita muda itu. Asih tersingkirkan, wanita itu sampai stres dan kehilangan calon buah hatinya.
"Aku akan membalas perbuatan kamu, Rahmat!"
Bagaimana kehidupan Asih setelah mengambil jalan sesat?
Gas baca, jangan ketinggalan setiap Mak Othor update.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Rahmat memperhatikan penampilan Asih dari atas kepala sampai ujung kaki, rambut Asih nampak berantakan. Napas wanita itu tersenggal-senggal, dia seperti wanita yang begitu ketakutan.
Rahmat juga bisa melihat kalau baju dan juga celana yang dikenakan oleh Asih nampak sobek, dia yakin kalau ayahnya pasti sudah membuka baju dan juga celana Asih secara kasar.
Bukan hanya menduga-duga, tetapi Rahmat bisa melihat adanya luka pada bahu Asih karena baju wanita itu yang robek.
"Aku bukan wanita penggoda, aku tidak pernah berusaha untuk menggoda ayah kamu."
Asih berusaha untuk menjelaskan, dia tidak mau namanya semakin jelek. Asih menangis, dia merasa hidupnya malah membuat dirinya semakin pusing saja.
"Eh? Kamu mau apa?"
Asih begitu kaget karena tiba-tiba saja Rahmat membuka bajunya, Asih takut kalau dia akan diperkosa. Baru saja bisa selamat dari dua pria hidung belang, masa iya dia harus masuk ke kandang kadal.
"Kamu mau apa?!" tanya Asih sambil memundurkan langkahnya, dia bahkan memeluk tubuhnya sendiri karena merasa begitu ketakutan.
"Jangan takut, baju kamu sobek. Pake baju aku," jawab Rahmat yang langsung memakaikan bajunya di tubuh Asih.
Setelah itu, Rahmat memeluk Asih dengan erat. Dia menangis, sedih sekali melihat mantan kekasihnya itu kini dalam keadaan seperti itu.
"Maafkan aku, karena tak datang sejak tadi. Kamu pasti sangat ketakutan, maaf."
Asih tertegun mendengar apa yang dikatakan oleh Rahmat, dia lebih kaget lagi ketika Rahmat mengencangkan pelukannya sambil mengusap punggungnya dengan begitu lembut.
"Aku antar kamu ke rumah, tapi habis itu kamu harus langsung nyari tempat aman. Oke?"
Rahmat mengurai pelukannya, lalu dia menatap wajah cantik Asih dan merapikan rambut wanita itu. Asih merasa menemukan Rahmat yang dulu, Rahmat yang begitu baik dan selalu bersikap manis terhadap dirinya.
"Tapi ini udah malam, kamu tidur saja di rumah kamu. Aku akan jaga kamu, aku tidur di mobil, depan rumah kamu. Besok kamu harus pergi, jangan tinggal di situ lagi. Gak aman," ujar Rahmat.
"Iya," jawab Asih yang bingung harus menyikapi Rahmat dengan sikap seperti apa.
Rahmat menuntun Asih untuk pulang ke rumahnya, setelah memastikan Asih masuk ke dalam rumahnya dengan selamat, Rahmat merebahkan tubuhnya di dalam mobilnya.
Tak lupa pria itu juga memastikan apakah pintu depan dan juga pintu belakang rumah Asih terkunci atau tidak, jangan sampai ada pria tak dikenal masuk dan mengganggu Asih kembali.
"Tunggu beberapa Minggu lagi, Asih. Aku akan kembali mengejar kamu," ujar Rahmat sambil menatap kamar Asih dengan lampunya yang masih menyala.
Mendapatkan pengalaman seperti itu tentu saja membuat Asih tidak bisa tidur, dia diam di dalam kamar sambil duduk menatap ke arah jendela.
Dia berpikir dengan keras, dia sedang memikirkan apa yang akan dilakukan esok hari. Hingga hampir pagi dia bisa tidur walaupun hanya satu jam saja, setelah itu dia mandi dan membuatkan kopi untuk Rahmat.
"Diminum," ujar Asih sambil memberikan kopi itu.
"Makasih, udah tau mau pergi ke mana?"
"Belum," jawab Asih.
"Kamu tinggal di rumah bunda aja dulu, nanti aku mintain izin sama dia."
Bu Lurah memiliki beberapa rumah, Rahmat yakin kalau ibunya itu pasti akan memberikan izin kalau salah satu rumahnya akan ditempati oleh Asih untuk sementara waktu.
"Nggak perlu, nanti aku akan cari tempat sendiri. Minum aja kopinya, kalau udah abis cepat pulang. Jangan lama-lama di sini, takutnya nanti jadi gosip."
"Ya," jawab Rahmat yang langsung menyesap kopi buatan Asih.
Setelah menghabiskannya Rahmat berpamitan untuk pulang, dia langsung masuk ke dalam mobilnya dan duduk di balik kemudi.Asih dengan cepat menghampiri Rahmat.
"Terima kasih, aku nggak tahu apa yang akan terjadi kalau kamu tadi malam tidak datang."
"Sama-sama, kamu jaga diri. Aku janji, setelah bercerai nanti, kalau kamu masih memberikan aku kesempatan, aku akan berusaha untuk membahagiakan kamu seumur hidup kamu."
"Aku gak janji kasih kamu kesempatan," ujar Asih yang takut kalau ibunya Rahmat tak akan setuju dengan hubungan mereka.
Rahmat tersenyum getir, setelah itu dia memutuskan untuk pulang. Setelah kepulangan Rahmat, Asih langsung pergi menuju rumah dukun yang ada di desa sebrang.
Dia bertujuan ingin membuka susuk yang sudah dia pasang, dia pengen kembali seperti dulu. Disukai banyak orang karena perilakunya, disukai banyak orang karena suaranya yang bagus.
Bukan disukai banyak orang karena susuk yang menempel di tubuhnya, hal ini sungguh menyiksa. Apalagi banyak pria yang berdatangan untuk memiliki dirinya, Asih merasa sangat takut.
"Apa tujuan kamu datang kemari, Mbak Asih?"
Sang dukun ternyata mengenali Asih, karena memang wanita itu terkenal dengan kecantikannya , suara merdunya dan juga geolan asiknya.
"Mau nyantet orang? Atau mau kirim teluh?"
"Eh? Nggak, Mbah. Justru saya datang kemari karena ingin melepaskan susuk pemikat, saya ingin jadi manusia biasa saja. Saya tidak ingin disukai banyak orang karena susuk pemikat yang saya pakai," jawab Asih.
Mbah Dukun itu merasa aneh dengan apa yang dikatakan oleh Asih, bisa-bisanya seorang biduan yang begitu terkenal seperti Asih ingin melepaskan susu pemikat yang sudah dipasang.
"Yakin kamu?"
"Yakin, Mbah. Tolong saya," pinta Asih dengan sangat.
"Ya udah, saya coba."
Mbah Dukun meminta Asih untuk duduk membelakangi dirinya, pria itu lalu mulai berkomat kamit sambil menyalakan dupa. Tak lupa dia menaburkan kemenyan di atas api yang mulai menyala.
"Argh!" teriak Mbah Dukun ketika dia menempelkan kedua telapak tangannya pada punggung Asih.
Pria itu berteriak kesakitan, pria itu sampai muntah darah karena tak bisa mengeluarkan susuk yang ada di tubuh Asih. Asih dengan cepat berbalik dan melihat keadaan Dukun itu.
"Ada apa, Mbah?"
"Mbah menyerah, Mbah nggak bisa mengeluarkan susuk dari tubuh kamu itu. Susuknya sangat kuat, ilmu Mbah belum sampai untuk membantu kamu."
Asih langsung menangis mendengar apa yang dikatakan oleh Dukun itu, dia tidak menyangka kalau ternyata susuk pemikat yang dia pakai itu sangatlah kuat.
"Biasanya susuk itu akan luntur kalau memakan makanan yang dipantang, apa kira-kira makanan yang bisa membuat susuk ini luntur?"
"Nggak ada, susuk itu gak ada pantangannya. Susuk pemikat yang kamu pakai itu menggunakan ilmu yang begitu tinggi, Mbah tidak sanggup. Maaf, kamu cari dukun yang lain saja."
Asih benar-benar kebingungan harus bagaimana, dia harus mencari kemana lagi dukun yang bisa mengeluarkan susuk pemikat yang dia pasang itu.
"Kalau saja aku tahu jika mengeluarkan susuk pemikat itu begitu sulit, aku tidak akan memasangnya." Asih berkata dengan lesu.
Kini hanya penyesalan yang bersarang di dalam hatinya, dia benar-benar takut kalau nanti akan banyak lelaki yang berlomba untuk mendapatkan dirinya dengan cara salah.
beruntung banget asih...
bahaya nggak tuh..???
kalah cepet nih Rahmat... wkwkwkwkwkwk....
gimana asih .. balikan atau milih orang baru pada akhirnya....
kalau lagi bad mood ataupun marah-marah nggak iklas, masakannya juga anggak enak...😭