Setelah mengalami kecelakaan, Carla di nyatakan koma.
Namun gelang pemberian seorang nenek misterius membawa jiwanya berkelana dan masuk ke dalam tubuh seorang istri dari seorang pangeran yang mati di bunuh.
Dengan gelang itu juga, Carla mendapatkan bantuan untuk menolong orang-orang yang dalam kesulitan di masa itu.
Bagaimana kisah selanjutnya? Bisakah Carla kembali ke tubuh aslinya? Penasaran? Baca yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
Hana semakin mengagumi sosok gadis di depannya ini. Baik, cantik, pintar, dan di tambah lagi orang kaya yang tidak sombong.
Hana tersenyum, namun air matanya juga menetes mengingat pertolongan Carla di masa lalu.
Di mana keluarganya dapat musibah dan dalam keadaan terpuruk. Mungkin jika tidak di tolong Carla, Hana pun tidak tahu apa yang terjadi pada ibunya waktu itu?
"Yuk pulang, semuanya sudah selesai," kata Carla menepuk pelan pundak Hana. Hana kaget, karena dia sedang termenung.
"Sampai segitunya kagetnya?" tanya Carla.
"Maaf Dok, saya sedikit tertegun. Bisakah saya seperti dokter yang tangguh?" jawab Hana.
"Bisa, pada dasarnya aku juga tidak memiliki keahlian apa-apa. Namun, semua butuh proses dan belajar dengan bersungguh-sungguh," ungkap Carla.
Mereka berterima kasih kepada Carla karena sudah menolong mereka. Carla juga sudah mengembalikan uang mereka. Mereka pun membagikan uang tersebut sesuai dengan yang di ambil oleh preman itu.
"Cantik ya Pak?" tanya seorang wanita paruh baya yang juga berjualan di tempat itu.
"Bukan hanya cantik, tapi juga tangguh. Beruntunglah orang tua yang memiliki anak gadis seperti itu," ujar seorang pria lain menjawab ucapan wanita itu.
Carla mengantar Hana kembali ke rumah sakit. Setelah tiba di rumah sakit, Carla memilih pulang. Lagipula tugasnya sudah selesai.
Dan untuk merawat pasien lain bisa di wakilkan kepada perawat. Hanya tinggal mengecek dan menunggu kesembuhan nya saja.
"Hati-hati Dok," kata Hana. Carla mengangguk lalu melambaikan tangan kepada Hana. Hana pun membalasnya.
Setelah mobil Carla berlalu, Hana tersenyum. Orang yang yang selama ini menjadi motivasi nya dan mendorongnya untuk menjadi seorang dokter ternyata menjadi temannya.
Walau pun Carla tidak mengatakan apa-apa, namun sikap baiknya saat menolong ibunya membuat Hana termotivasi untuk menjadi seorang dokter yang baik hati.
Semakin kagum dia saat melihat Carla yang jago dalam seni beladiri. Hana juga ingin seperti Carla, setidaknya bisa bermanfaat bagi dirinya dan juga orang lain.
Hana mulai bekerja seperti biasa, karena jadwal kerjanya memang malam hari. Siang kuliah dan malam bekerja. Capek? Jangan di tanya. Tapi demi masa depannya dia harus kuat.
Hana tidak ingin membebani keluarga, jadi dia lebih memilih bekerja. Dan beruntung di terima di rumah sakit ini, walau pun hanya sebagai perawat.
Carla sudah tiba di rumah, seharian ini dia cukup lelah. Karena banyaknya urusan yang perlu di selesaikan.
"Sudah pulang sayang?" tanya Carlina.
"Iya Ma," jawab Carla.
Arthur yang melihat putrinya terlihat lelah pun memintanya untuk beristirahat saja. Carla menurut lalu pamit ke kamar.
"Sebenarnya aku cukup kasihan padanya, tapi ya sudahlah, itu sudah pilihan nya sendiri," kata Carlina.
"Kita juga tidak bisa menentukan pilihan untuknya, pekerjaan sebagai dokter juga mulia dapat menyembuhkan orang yang sakit," ujar Arthur.
Carlina mengangguk lalu bersandar di dada suaminya. Arthur mengelus pundak istrinya dengan lembut.
Sementara Carla langsung mandi sebelum istirahat. Walau pun tadi sebelum keluar makan malam dia sudah mandi terlebih dahulu.
Namun setelah melawan preman, dia merasa tubuhnya perlu mandi agar lebih nyaman saat tidur.
...****************...
Hari ini Arjuna lebih memilih bertemu klien daripada menemani Diana ke butik. Saat ini Arjuna masih berada di kantor sambil menunggu waktu untuk bertemu klien.
Ponsel Arjuna berdering, Arjuna melihat nama pemanggil yaitu Diana. Arjuna malas untuk menjawab, namun merasa terganggu karena ponselnya terus berbunyi.
"Hmmm, ya."
"Aku sudah menunggu lama nih, kapan jemput aku?" Terdengar suara merengek minta di jemput.
"Sebentar ya, aku lagi sibuk nih."
Arjuna langsung menutup teleponnya secara sepihak. Namun baru saja ia meletakkan ponselnya, ponselnya kembali berdering.
"Apalagi? Aku sibuk jangan telepon terus."
"Juna, Diana sudah menunggumu! Kamu masih saja mengulur-ulur waktu!"
Arjuna menjauhkan sedikit ponselnya dari telinganya. Karena suara mama nya bisa saja membuat gendang telinganya pecah.
"Mama saja yang temani ya? Aku benar-benar sibuk Ma."
Terdengar suara dengusan dari seberang telepon sebelum telepon terputus. Arjuna hanya menghela nafas panjang lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.
"Huft, aku harap ada keajaiban yang bisa merubah hati mama. Aku hanya ingin menikah dengan satu orang, sudah pasti orang itu benar-benar yang aku cintai," ucap Arjuna berbicara sendiri.
Pintu ruangan diketuk. Arjuna pun meminta untuk masuk. Ia tahu jika itu adalah Hendra sang asisten.
"Tuan, satu jam lagi kita bertemu klien. Maaf Tuan, saya hanya mengingatkan," kata Hendra.
"Ya aku tahu. Hen, kamu pernah gak jatuh cinta pada seseorang?"
"Belum Tuan, saya takut jatuh cinta dan takut juga kecewa."
"Ya sudahlah, aku lupa kalau kamu itu jomblo abadi."
"Tuan saya ...."
"Tidak perlu ngomong lagi, sekarang kita berangkat bertemu klien." Arjuna segera bangkit dari duduknya. Lalu berjalan keluar dari ruangannya.
Hendra pun mengikuti dari belakang. Hendra masuk ke ruangannya terlebih dahulu untuk mengambil berkas yang di perlukan.
Arjuna menyerahkan kunci mobil miliknya kepada Hendra. Hendra mengerti dan membukakan pintu mobil untuk Tuan nya.
"Jalan!"
Hendra pun mengangguk dan segera menjalankan mobilnya keluar dari parkiran. Mobil pun melaju setelah keluar dari pintu gerbang.
Setibanya di tempat yang di janjikan, Arjuna dan Hendra pun langsung masuk. Mereka di sambut ramah oleh pelayan restoran.
Mereka di antar ke ruangan VIP tempat pertemuan dengan klien. Mereka datang lebih awal sebelum klien mereka datang.
"Silakan Tuan, mau pesan apa?" tanya pelayan.
"Nanti saja setelah klien kami datang biar sekalian," jawab Arjuna.
"Baik, terima kasih Tuan," ucap pelayan itu.
Tidak berapa lama klien yang di maksud pun datang. Arjuna dan Hendra bangkit dari duduknya untuk menyambut kliennya.
"Maaf Pak Arjuna saya terlambat," kata Marko.
"Tidak kok, kami yang datang terlalu cepat. Kami tidak ingin membuat Pak Marko menunggu," ujar Arjuna.
Arjuna kembali memanggil pelayan untuk memesan makanan. Mereka pun memesan makanan sebelum membicarakan tentang pekerjaan.
Di tempat lain ...
Diana dan Mayang sudah berada di butik milik Viora. Mereka melihat-lihat gaun yang semuanya terlihat cantik.
Viora dapat menyesuaikan gaun untuk yang sudah berumur dan yang masih gadis. Jadi tidak heran jika butik nya semakin di sukai oleh mereka.
"Nyonya mau yang seperti apa?" tanya Viora.
"Yang cocok dengan saya dan bisa di pakai untuk pesta pertunangan anakku," jawab Mayang.
Viora tersenyum lalu masuk ke sebuah ruangan. Tidak berapa lama Viora mengeluarkan gaun yang menurutnya cocok untuk wanita paruh baya.
"Silakan di pilih Nyonya, saya bawakan berapa gaun. Mungkin ada yang cocok," kata Viora.
Mayang langsung tertarik lalu ingin mencoba semuanya. Viora pun meminta pegawainya untuk membantu Mayang.
Ada tiga gaun yang di tawarkan oleh Viora kepada Mayang. Namun Mayang langsung tertarik dan merasa cocok.
"Saya ambil semuanya," kata Mayang.
Viora langsung meminta pegawai nya untuk membungkus gaun tersebut. Viora senang pelanggannya ini ternyata menyukai semuanya.