TItisan Ratu Pantai Selatan

Liburan 3 hari dimanfaatkan oleh organisasi pecinta alam untuk melakukan pendakian. Ayu yang tergabung dalam organisasi pencinta alam dikampusnya akan ikut dalam pendakian tersebut. Tujuan pendakian yaitu Puncak Hargo Dumilah yang terletak di lereng gunung lawu.

Kamis sore, mereka akan berangkat menggunakan 1 buah mini bus. Ada 18 orang yang akan ikut pendakian, 10 laki-laki dan 8 perempuan. Jauh-jauh hari Ayu sudah mempersiapkan semuanya termasuk rajah, daun kelor, bambu kuning dan daun bidara. Ayu takut akan ada hal-hal mistis yang akan menghalangi pendakian mereka. Bang Hasan pun ikut dalam pendakian tersebut untuk menemani calon istrinya. Ayu awalnya sudah melarang untuk ikut tapi bang Hasan tetap pada pendiriannya untuk tetap ikut, tujuannya menjaga Ayu calon istrinya itu. Semua tugas dilimpahkan kepada wakilnya untuk sementara waktu. Entah kenapa hatinya tak tenang melepas Ayu sendiri ikut pendakian kali ini.

Perjalanan dari jakarta ke ke gunung lawu melalui jalur candi cetho memakan waktu sekitar 8 jam. Ayu duduk bersama dengan bang Hasan.

"Dek, klo ngantuk sini tidur abang peluk."

"Malu bang, dilihat yang lain."

"Kenapa malu, kan mereka juga udah tau klo kamu itu calon istri abang? udah sini dengar apa kata abang.

"Iya bang"

Ayu mengalah dan tertidur dalam pelukan bang Hasan. Rasa nyaman dan hangat dirasakan oleh Ayu hingga tanpa terasa bus sudah sampai di pos pendakian gunung Lawu via candi Cetho.

"Bangun dek udah sampe!"

"Udah sampe ya bang?"

"Iya, ayo turun. Yang lain udah pada turun dari tadi."

Bang Hasan pun menggandeng tangan Ayu turun dari bus. Ayu setiap hari selalu memakai sarung tangan agar bisa menjaga wudhunya dan bersentuhan dengan lawan jenis.

Sebelum mendaki semua mendengarkan arahan dari ketua mapala dan petugas pendakian.

"Untuk semuanya, tolong saat mendaki jangan ada yang mengambil batu/merubah apapun terus berjalan dan jangan melakukan apapun yang bisa membuat makhluk lain marah."

Perjalanan dimulai tepat saat matahari terbit. semua urutan sudah disusun oleh ketua mapala, depan akan diisi 3 orang laki-laki, 4 orang perempuan, 3 orang laki-laki, 4 orang perempuan dan 4 orang laki-laki. Hasan selalu berada di belakang Ayu, mengawasinya jika terjadi hal yang tidak-tidak.

Pos 1/Mbah Branti, menempuh waktu 42 menit dengan medan landai.

Pos 2/Brak Seng, menempuh waktu 1 jam, terlihat banyak pohon damar dan puspa.

Pos 3/Cemoro Dowo, menempuh waktu 90 menit perjalanan, medannya sudah mulai terjal.

Pos 4/Penggik, menempuh waktu 90 menit jalur menanjak.

"Kita istirahat dan buat tenda dulu disini. Besok akan kita lanjutkan perjalanan ucap ketua mapala."

Para laki-laki dengan sigap segera mendirikan 5 buah tenda, 3 tenda untuk laki-laki dan 2 tenda untuk perempuan. Sedangkan para wanita segera membuat masakan untuk dimakan bersama nanti. Menu sederhana mie rebus dengan irisan cabai dan bawang.

"Bang, ini makanannya!"

"Makasih ya dek."

Mereka semua makan bersama setelah makan dilanjutkan dengan acara hiburan ada yang bermain gitar, ada juga yang bernyanyi. pukul 10 malam semua bersiap tidur.

Pagi hari semua sudah bersiaplah untuk melanjutkan perjalanan menuju puncak ke 5 sampai 6. Sebelum berangkat menuju pos 5, Ayu mulai merasakan sesuatu kekuatan besar yang melingkari wilayah tersebut.

"Teman-teman tolong berhati-hati saat di pos 5, jika yang beragama islam sebisa mungkin bacalah ayat kursi, surat an-nas, al falaq. Disana akan ada kekuatan hitam yang sangat besar. Sepanjang jalan Ayu merasakan kegelisahan yang menyelimuti hatinya. Ayu membuka semua mata batin nya agar bisa lebih peka terhadap hal-hal gaib.

Pos 5/Bulak peperangan menempuh waktu 65 menit. Disini terlihat sabana/padang ilalang dari gunung Lawu. Sepanjang jalan ditumbuhi pohon edelweis dan berisi banyak batuan besar yang tersusun rapi.

"Disini ko kenceng banget ya anginnya?berisik banget lagi!"

"ssstt tolong jaga lisan kalian,ini yang namanya pasar setan. Ayu segera melemparkan koin sebagai tanda komunikasi dan agar tidak kena musibah. Ayo lemparkan koin kalian?"

Semua orang segera melemparkan koin sesuai petunjuk Ayu kemarin.

Pos 6/Gupak menjangan menempuh waktu 45 menit, ini merupakan titik sebelum puncak.

Perjalanan dilanjutkan menuju pasar dieng menempuh waktu 30 menit.

Kemudian menuju Hargo Dalem menempuh waktu 30 menit.

Terakhir Hargo Dumilah, titik puncak gunung Lawu.

Akhirnya pukul 5 sore, kita semua sampai dipuncak hargo dumilah.

"Akhirnya sampai juga, indah banget...!"

" Cape dek?"

"Iya bang tapi seru abis."

Mereka pun istirahat selama 2 jam, baru melanjutkan untuk turun. Tanpa Ayu sadari ada seorang teman cowok bernama Rio mengambil sebuah batu kecil.

Saat istirahat tiba-tiba Rio tertawa dan berbicara menggunakan bahasa jawa, tak lama bertingkah seperti monyet. Rio sangat brutal melukai banyak orang yang ada disana.

"Apa yang sebenarnya terjadi dengan Rio, yu?"

"Sepertinya Rio mengambil sebuah batu di pos 5 kak. Mereka marah dan tak terima."

"Tolong selamatkan Rio, yu!"

Ayu pun segera berlari medekati Rio, menempelkan rajah pengusir roh sambil membacakan ayat kursi dan ayat lain.

" Panas.... sakit.... sakit...."

"Keluar dari tubuh temanku!"

"Ga mau. Dia yang sudah mengambil batu suci kami, dia harus mati!"

"Bang, cepat periksa celana dan tas Rio. Apa ada sebuah batu suci?"

"Iya yu"

Bang hasan segera menggeledah baju dan juga tasnya. Meraka menemukan sebuah batu yang sangat indah, pantas saja Rio mengambilnya.

"Tolong segera kembalikan batu itu ke pos 5 lagi cepat!"

Terlihat bang Hasan dan ketua mapala bersiap turun dan mengembalikan batu tersebut. Taruh batu itu dibarisan kedua sebelah kiri.

Saat akan melangkah, Ayu menghentikannya.

"Tunggu bang, bawa jarah ini dan berikan satu untuk ketua mapala. Hati-hati bang! nanti pocong dan genderuwo yang akan temanin abang turun!"

Ayu memerintahkan punggawanya pocong dan genderuwo untuk menjaga keduanya. Tempat yang akan mereka datangi bukan tempat biasa melainkan ada kekuatan mistis yang sangat besar.

Sementara Ayu berusaha mengeluarkan jin tersebut dari tubuh Rio.

"Alhamdulillah berkat bantuan tasbih putih, Ayu dapat mengusir jin tersebut. Tubuh Rio jatuh ke tanah

bruk....

Ayu segera membuka tutup botol itu dan membacakan ayat-ayat Al-quran kemudian meminumkannya ke Rio.

Begitu pula bang Hasan dan ketua mapala berhasil menaruh batu tersebut pada tempatnya dan kembali ke tempat semuanya berkumpul dengan selamat.