Sebagai anak perempuan tertua di keluarganya, Ayesha di tuntut untuk segera mencari pasangan hidup. Namun, trauma di masa lalunya, membuat Ayesha tidak jua mencari jodoh di saat umurnya yang sudah mencapai 30 tahun.
Begitu pula dengan Azlan yang merupakan anak tunggal dari keluarga terkaya yang sampai saat ini masih melajang di karenakan sebuah penyakit yang di deritanya.
Bagaimana jadinya, jika kedua insan tersebut bertemu dan melakukan kesepakatan untuk menikah. Akan kah Ayesha menerimanya? atau malah tidak menyetujuinya, karena ia hanya ingin menikah satu kali seumur hidup dan tentunya ingin memiliki keturunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rafasya Alfindra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memaksa untuk menikah
"Apa yang akan kau jadikan jaminannya? agar aku bisa membantumu." Azlan terlihat bernegosiasi, bukannya Azlan perhitungan hanya saja rasa sakit di tolak dan sikap tantenya Ayesha masih berbekas di hati Azlan.
Ayesha tertunduk lesu. "Aku tidak mempunyai harta yang berharga untuk dijadikan jaminan." Ujar Ayesha dengan suara gemetar.
"Oh ya? Tapi ... aku merasa tidak yakin, kalau kau tidak mempunyai jaminan untuk menyelamatkan adikmu!" Azlan menatap Ayesha dari kepala sampai ujung kaki.
"Kau jangan berpikir macam-macam.Aku tidak akan menjaminkan tubuhku untuk itu!" Ayesha langsung menuding Azlan. Padahal Azlan sendiri tidak berniat untuk melecehkan Ayesha.
Citt...
Azlan memberhentikan mobilnya secara mendadak. Ia menarik tangan Ayesha secara kasar. Bahkan tarikan tangan Azlan sangat menyakiti Ayesha.
"Sakit Azlan ..." Ayesha merintih kesakitan, akibat cekalan tangan Azlan.
"Lalu apa yang sudah kau lakukan di hotel itu?" Azlan masih mengingat dengan jelas video yang berdurasi beberapa menit yang dikirim oleh nomor yang tidak dikenal ke ponselnya.
Hati Azlan terasa mendidih jikalau mengingat hal itu, ia masih belum bisa berdamai dengan hatinya. Meskipun Azlan sangat mencintai Ayesha, namun rasa sakit yang ia rasakan belum bisa terhapus begitu saja.
Ayesha menggelengkan kepalanya, ingin rasanya Ayesha mengatakan kalau ia saat itu di jebak. Namun, apakah Azlan sendiri bakal mempercayainya?
Azlan tersenyum meremehkan, saat Ayesha tidak mau mengakuinya.
"Kau menolakku waktu itu, Ayesha!" Azlan mengingatkan Ayesha tentang lamaran Azlan yang di tolak mentah-mentah oleh Ayesha. Bahkan secara terang-terangan Ayesha mengatakan sendiri, bahwa ia tidak berminat untuk menikah dengan Azlan.
"Apa ini sakit?" Azlan semakin kasar menarik tangan Ayesha sehingga tubuh Ayesha terhuyung ke dada bidang Azlan.
Ayesha menatap kearah Azlan, ada perasaan yang menyentil hati Ayesha saat ini. Ternyata lelaki di sampingnya benar-benar tulus mencintainya terlihat sekali saat Azlan menitikkan air mata. Meskipun Azlan sendiri langsung mengusapnya dengan cepat.
Azlan kemudian mendorong tubuh Ayesha kembali.
"Dan bodohnya aku, perasaanku masih bergetar padamu Ayesha." Azlan masih mengutarakan uneg-unegnya. Hatinya sangat hancur saat Ayesha menolak untuk menikah.
"Maafkan aku Azlan." Ayesha menyadari kesalahannya. Ia tidak tahu cinta Azlan setulus itu terhadapnya. Meskipun lelaki disampingnya saat ini terlihat membencinya, namun Ayesha yakin cinta Azlan masih utuh untuk Ayesha. Hanya saja saat ini, Azlan terlihat emosi sehingga tidak bisa mengontrol diri untuk marah.
Azlan tertawa sumbang. "Apalah arti maafmu, karena itu semua terasa percuma. Kau sendiri sudah menolakku dan malah memilih tidur dengan lelaki itu!"
Glek
Ucapan Azlan sangat menohok. Hati Ayesha terasa sakit mendengarnya.
"Kau adalah perempuan murahan yang pernah ku cintai dan ..., aku akui aku sangat bodoh!"
Ayesha tidak menyangka, Azlan malah menghinanya seperti itu. Padahal Ayesha sendiri juga merupakan korban dari ulah Kinanti.
Tubuh Ayesha bergetar hebat, ia mencoba menahan tangisnya yang sedari tadi ia tahan. Mungkin benar yang dikatakan Azlan. Ia adalah perempuan murahan yang rela memberikan tubuhnya kepada lelaki yang bukan muhrimnya, padahal lelaki yang ada dihadapannya sudah menawarkan cinta yang tulus untuk Ayesha.
Tangan Ayesha terulur, ia mencoba membuka pintu mobil Azlan. Tapi pintu mobil Azlan tidak jua kunjung terbuka, Ayesha menyerah ternyata mobil Azlan sengaja dikunci agar Ayesha tidak bisa keluar. "Buka Azlan, biarkan aku turun disini!"
"Kau mau kemana?" Azlan tidak membiarkan Ayesha keluar dari mobilnya begitu saja.
"Biarkan aku turun disini!" Ayesha mencoba menghapus air mata yang jatuh ke pipinya. Hatinya benar-benar terluka atas ucapan Azlan barusan.
"Kau yakin mau turun disini?"
Ayesha menatap keluar jendela, ternyata Azlan membawanya kesebuah tempat terpencil, yang Ayesha sendiri tidak mengetahuinya. Ayesha sedari tadi tidak menyadari jikalau mobil yang Azlan kendarai membawanya kesebuah pedesaan.
"Ini dimana Azlan? Kenapa kau mengajakku kesini?" Ayesha ketakutan luar biasa, ia tidak tahu apa yang sedang Azlan pikirkan.
"Kalau kau mau turun, silahkan. Aku sendiri tidak akan melarangnya!" Azlan menyeringai, ia yakin Ayesha tidak akan berani untuk turun.
Ayesha menggeleng, tentu ia tidak ingin ditinggal disini oleh Azlan. Jalanan yang mereka lalui terlihat sangat sepi.
"Tidak Azlan, aku tidak ingin di tinggal disini. Aku takut!" Ayesha mencoba mendekat kearah Azlan. Namun ternyata lelaki itu malah menolaknya dan mendorong tubuh Ayesha dengan sangat kuat, hingga kepala Ayesha terbentur kaca mobil.
Ayesha merintih kesakitan, namun lelaki disampingnya hanya diam tanpa rasa hiba sedikit pun.
~
Azlan membawa Ayesha kesebuah pedesaan yang tidak begitu ramai penduduknya. Untuk adik Ayesha, sebelumnya sudah Azlan urus. Ayuna sudah mendapatkan perawatan yang intensif di rumah sakit milik orang tua Azlan.
Ayesha menatap kearah Azlan yang masih saja di sibukkan oleh ponsel di tangannya. Entah siapa yang lelaki itu hubungi, Ayesha tidak mau tahu. Ayesha hanya ingin pulang dan menjenguk adiknya di rumah sakit, namun lelaki itu malah tidak mengijinkannya.
"Kau bersiaplah, karena sebentar lagi akan ada seseorang yang akan mendadanimu nanti!" Azlan memerintahkan Ayesha untuk bersiap karena akan ada MUA yang akan merias wajah Ayesha nantinya.
Ayesha menatap Azlan dengan berbagai pertanyaan yang muncul di kepalanya.
"Kau jangan banyak tanya, cukup kau turuti perintahku maka adikmu akan selamat!" Ujar Azlan, ia tidak ingin Ayesha membantahnya.
Ayesha tersenyum hangat, saat Azlan mengatakan akan menjamin keselamatan adiknya. Itu artinya, Ayuna akan di operasi. Adiknya akan sembuh seperti sedia kala.
"Terimakasih Azlan. Akhirnya kau mau membantuku." Ayesha sangat bahagia mendengar berita tersebut, sehingga saking senangnya Ayesha malah memeluk tubuh Azlan begitu saja.
"Ckckck ... kau jangan bahagia dulu, aku tentu melakukan itu bukan secara cuma-cuma."
Ayesha menjauhkan tubuhnya dari Azlan. Ayesha pikir, Azlan akan berbaik hati dan menolongnya dengan sepenuh hati.
Azlan menatap Ayesha yang tadinya terlihat bahagia dan sekarang malah menunduk.
"Jadi, apa yang kau mau?" Ayesha memberanikan diri menatap kearah Azlan.
Azlan tersenyum dengan penuh maksud. "Aku akan menikahimu!"
Ayesha terkejut mendengarnya, ia seakan tidak percaya dengan ucapan yang dilontarkan Azlan barusan.
"Kau gila Azlan! aku tidak mau menikah denganmu!" Ayesha lagi-lagi menolak Azlan, sehingga membuat Azlan semakin emosi mendengarnya.
Azlan berjalan mendekati Ayesha dengan mata memerah. Ayesha semakin ketakutan dan berjalan mundur.
"Kau pikir, aku mau menikah denganmu!" Azlan perlahan menarik rambut Ayesha sehingga membuat Ayesha semakin ketakutan.
"Lalu kenapa kita harus menikah?" Ayesha mempertanyakan apa yang baru saja ia dengar.
Perlahan Azlan melepaskan rambut Ayesha dan melemparkan sebuah map ke wajah Ayesha.
"Aku sudah menandatanganinya, sekarang tinggal kau yang mesti tanda tangan di kertas itu!"
Azlan berlalu pergi dari hadapan Ayesha. Ia memberikan waktu untuk Ayesha berpikir, di kertas sudah tertulis bahwa Azlan akan membantu Ayesha untuk membiayai pengobatan adik Ayesha. Namun sebelumnya, Ayesha mesti menikah dengan Azlan.
siapa itu pengamen ?
semogga Marco menemukan Ayesha