Deandra Rashesa adalah gadis cantik, muda dan berbakat, yang masih duduk di kelas 11, di usianya yang masih 18 tahun, ia terpaksa harus melepas masa remajanya demi perjodohan yang tidak ia inginkan.
Rayvano Adiputra perkasa, CEO perusahaan ternama di kotanya adalah sosok yang dijodohkan dengan Shesa, berwajah ganteng, tajir melintir, dambaan banyak wanita tak lantas membuat Shesa menyukainya.
Sifat Vano yang arogan membuat Shesa sangat membencinya.
Karena Shesa masih ingin terus sekolah dan melanjutkan cita-citanya, ia menginginkan pernikahan itu dirahasikan.
Akankan Shesa sanggup melewati konflik-konflik dalam pernikahannya yang dirahasiakan?
MOHON BIJAK YA! NOVEL INI HANYA KARYA FIKSI DAN HANYA KEHALUAN AUTHOR SEMATA. JADI, KALAU TIDAK SESUAI DENGAN KEHIDUPAN NYATA, HARAP MENILAI DENGAN BIJAK ...🙏😊
HAPPY READING ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LichaLika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
boxer
Vano mengambil segelas wine yang ada dimeja, ia langsung menenggaknya dengan cepat, Excel yang melihat itu benar-benar terkejut, tidak biasanya Vano datang kemari secara tiba-tiba, sebelum ke cafe bersama teman-temannya, Vano terlebih dahulu membuat jadwal, dikarenakan kesibukannya sebagai CEO di perusahaan besar.
"Vano...apa yang sedang terjadi padamu, kenapa mukamu seperti ditekuk seperti itu? Hei lihatlah dia!" seru Exel sambil tertawa.
Excel adalah teman sesama bisnis Vano, mereka sering pergi ke cafe itu sekedar melepas penat, hari itu kebetulan Excel ada di cafe juga, dan Vano datang tiba-tiba dalam keadaan kacau.
Semua teman-teman Vano yang hadir di tempat itu ikut menertawakannya, Vano hanya terdiam mendengar ejekan teman-temannya, ia telah menghabiskan beberapa gelas wine, dan itu membuatnya sedikit kurang kontrol.
"Vano...Vano...jangan bilang kamu seperti ini gara-gara perempuan hahahha, dasar perempuan memang suka menyakiti kaum pria hahaha" Excel semakin membuat Vano kian kesal, meskipun sebenarnya Excel cuma bercanda.
Tangan Vano mencengkeram kuat gelas wine yabg ada ditangannya, apalagi Excel mengatakan hal yang sangat membuatnya tak bisa membendung emosi.
"Vano, coba kamu tunjukkan perempuan itu padaku, akan aku habisi dia di ranjang malam ini juga hahaha" seru Excel sambil tertawa, Vano yang telinganya mulai memerah lantas mencengkeram gelas itu hingga pecah dan mengenai tangannya.
"Excel! Jaga mulutmu!" seru Vano yang sangat marah, lantas Vano langsung menarik kerah baju Exel dan menghempaskan tubuh Excel ke dinding, kemudian Vano memberikan bogem mentah tepat mengenai perut dan wajah Excel.
Seluruh pengunjung berlarian meninggalkan cafe tempat Vano dan Excel berduel, tak ada satupun orang yang berani memisahkan mereka berdua, kekuatan tangan Vano yang besar tak bisa ditandingi oleh siapapun.
"Vano! Apa yang kamu lakukan, aku temanmu Vano, kenapa kau lakukan ini padaku...aaaa" rintihan Exel saat Vano terus menghajarnya.
Excel terjatuh dan babak belur dihajar Vano, kemudian ia mencoba berdiri sambil memegang perutnya yang sakit.
"Vano...akan ku balas semua ini, kau akan membayarnya, ingat itu!" ancam Excel sambil menunjuk ke wajah Vano, kemudian Vano pergi begitu saja meninggalkan cafe 77 dengan keadaan sempoyongan.
Semua teman-teman Vano yang lain hanya bisa melihatnya saja, mereka tidak berani mendekati Vano, CEO satu ini memang memiliki pengaruh sangat besar di kota ini.
Vano melihat tangannya yang masih berdarah, akibat terkena pecahan gelas tadi, ia mencoba mencari kain untuk mencegah darah keluar lebih banyak, sesekali ia meringis karena perih yg diakibatkan pecahan itu, kemudian ia pergi meninggalkan cafe dengan menyandarkan jas yang ia lepas dipundaknya yang kekar.
Vano memasuki mobil sportnya, sejenak ia melihat ponsel yang sedari tadi belum ia sentuh, alangkah terkejutnya ia mendapati pesan whatsap dari Shesa, ia tersenyum tipis saat membaca pesan itu.
"Kau mengkhawatirkanku rupanya" gumam Vano tiba-tiba merasa senang, rasa sakit akibat pecahan beling itupun sudah terasa hilang seketika saat Shesa menanyakan keberadaan dirinya sekarang.
*
*
*
*
Di rumah....
"Ini sudah jam 11 malam, kenapa dia belum pulang juga" gumam Shesa yang masih menghawatirkan suaminya, ia mondar mandir kesana kemari seperti orang yang kehilangan sesuatu, dan belum juga mendapatkannya.
Tak berapa lama gerbang pagar terbuka, ia berlari menuju balkon untuk mengintip apakah Suaminya sudah pulang, dan ternyata benar, Vano baru saja tiba di gerbang utama.
Senyum sumringah mengembang di bibir tipis Shesa, ia berjalan menuruni anak tangga untuk menyambut suaminya pulang, tapi langkahnya terhenti, terbersit dalam hatinya kenapa ia begitu senang melihat Vano telah pulang.
"Kenapa ini? Apa yg terjadi padaku? Kenapa aku begitu gembira saat tuan muda sudah kembali ke rumah?" Shesa berbicara dengan dirinya sendiri.
Shesa memutuskan untuk kembali lagi ke kamarnya, dia naik ke atas ranjang dan pura-pura sudah tidur, tak berapa lama pintu kamar dibuka oleh seseorang, Shesa semakin rapat memejamkan matanya, sehingga matanya nampak berkedip-kedip.
"Kenapa belum tidur, kau menungguku ya" suara Vano yang tiba-tiba membuyarkan kepura-puraan Shesa, lantas membuat Shesa terkejut, karena Vano telah berdiri tepat disampingnya, Shesa membuka matanya spontan, dilihatnya Vano yang sedikit kacau dengan tangan yg diperban.
"Kamu...tanganmu kenapa? Kamu terluka?" tanya Shesa sambil meraih tangan Vano yang terluka.
"Jangan sentuh" seru Vano menolak.
"Tapi...itu harus segera di obati" sahut Shesa yang kemudian segera berlari mengambil kotak obat, Vano yang mendapati kecemasan istrinya, sengaja ia buat seolah-olah Vano masih marah pada Shesa, Vano mendapat ide untuk mengerjai sang istri.
Shesa kembali dengan membawa kotak obat, ia mencoba membuka kain penutup yang membalut luka Vano, tapi Vano menolaknya.
"Tidak usah, aku bisa sendiri, tidurlah!" sahut Vano datar.
"Dibantuin malah nggak mau, ya udah" Shesa lantas pergi tidur lagi
Shesa mengintip Vano yang masih sibuk membersihkan lukanya, dilihatnya Vano belum juga bisa memberi obat pada luka ditangannya, akhirnya Shesa tak tahan melihat Vano yang kesulitan memasang perban.
"Sini aku bantuin, mana tangannya, kalau nggak bisa sendiri, jangan sok bilang bisa" tukas Shesa sambil meraih tangan Vano dengan wajah yang manyun, Vano yang melihat itu tersenyum geli dalam hati, ia mencoba memasang wajah datar pada Shesa.
Perlahan Shesa memberi obat pada luka sobek itu, kemudian ia meniup-niup tangan Vano, Vano terus saja memandangi wajah Shesa yang cantik dengan mesra.
Sesekali Vano memalingkan muka seolah ia tak memperhatikan Shesa.
"Sudah...." kata Shesa yang selesai mengobati luka Vano, kemudian ia meletakkan kembali kotak obat itu ditempatnya.
Kemudian Vano beranjak pergi ke kamar mandi, ia pura-pura tak bisa melepaskan pakaiannya, karena tangannya masih sakit, Shesa melihat Vano kesulitan membuka pakaiannya, ia merasa kasihan dengan Vano, lantas ia berdiri dan mencoba membantu melepaskan pakaian suaminya.
"Sini....aku lepasin" seru Shesa sambil membuka kancing baju Vano satu persatu, Vano membiarkan Shesa melakukannya, karena memang itu yang Vano inginkan, mata mereka saling bertemu, ada sesuatu yg ingin terucap, tapi entah itu apa, mata mereka saling bicara satu sama lain.
"Aku tak tahu perasaan apa ini, kenapa setiap kau berada di dekatku, rasanya bergetar seluruh jiwa ini"
"Kita dipertemukan tanpa ada rasa cinta, tapi cintalah yg telah mempertemukan hati kita berdua"
Shesa menundukkan pandangannya dari Vano, lantas ia segera menjauh, karena baju Vano sudah terlepas.
Tiba-tiba Vano berkata
"Kalau bantuin orang jangan nanggung dong, nih celananya belum dilepas" seru Vano sambil menaikkan sudut bibirnya.
"Apa? Aku harus melepas celanamu juga" sahut Shesa dengan cepat.
"Aku tidak bisa membukanya sendiri, tahu sendiri tanganku masih sakit" alasan Vano sambil melirik Shesa.
"Huh...dasar manja! Ngerepotin orang ajah" sambil komat kamit Shesa mulai melepas celana Vano, dengan memejamkan matanya Shesa melepas celana Vano pelan-pelan, ia takut jika mengenai kawasan terlarang milik suaminya, sekarang tinggal celana boxer saja yang masih menempel di badan Vano.
"Sudah! Sekarang pergi mandi sana" perintah Shesa dengan membalikkan badannya.
Kemudian Vano pergi ke kamar mandi, akhirnya Shesa bisa bernafas lega, ia bisa tidur lagi, namun setelah beberapa saat suara Vano kembali memecah alam tidurnya.
"Hei...hei...kau...gadis kecil, cepat bantu aku" terdengar suara Vano dari kamar mandi, Shesa mendengar Vano minta tolong, sambil meniup keatas beberapa helai rambutnya yg terjatuh di wajah ayunya.
"Iiisssshhh....ada apa lagi sih" Shesa bergegas ke depan pintu kamar mandi.
"Apa lagi sih, tak bisakah kamu membiarkanku tidur sebentar saja" seru Shesa dengan sedikit teriak.
"Cepat masuk kesini, aku butuh bantuanmu secepatnya" seru Vano.
"Apa...? Kamu sudah gila ya? Masa aku kesitu sih" seru Shesa meringis.
Akhirnya dengan terpaksa Shesa memberanikan diri untuk masuk ke kamar mandi, ia melihat Vano berdiri menghadap jendela, dengan badan atletisnya yang terlihat sangat menggoda.
"Ada apa lagi?" tanya Shesa pada Vano sambil menoleh ke tembok, supaya matanya tidak melihat pemandangan dadakan di depannya.
"Buka boxerku, aku tak bisa melepaskannya sendiri" perintah Vano pada gadis polos itu.
"Haaahhh....melepas boxer? Yang benar saja!" sahut Shesa dengan mata membulat sempurna.
BERSAMBUNG
💘💘💘💘💘💘
...Hmmm sabar dulu 🤭...
Jangan lupa DUKUNGANnya dengan berikan like, komen, beri hadiah dan vote kalian 🥰🥰