Amelia ,seorang janda yang diceraikan dan diusir oleh suaminya tanpa di beri uang sepeserpun kecuali hanya baju yang menempel di badan ,saat di usir dari rumah keadaan hujan ,sehingga anaknya yang masih berusia 3 tahun demam tinggi ,Reva merasa bingung karena dia tidak punya saudara atau teman yang bisa diminta tolong karena dia sebatang kara dikota itu ,hingga datang seorang pria yang bernama Devan Dirgantara datang akan memberikan pengobatan untuk anaknya ,dan kebetulan dia dari apotik membawa parasetamol ,dan obat itu akan di berikan pada Reva ,dengan syarat ,dia harus mau menikah dengannya hari itu juga ,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjay22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PIjatan hangat dikamar mandi
Matahari belum sepenuhnya terbit, tapi tubuh Amelia sudah mulai terasa lengket,keringat semalam masih menempel di kulit, bercampur aroma tubuh Devan yang selalu membuat hidungnya geli tapi hatinya tenang. Ia menggeliat pelan di pelukan suaminya, lalu membuka mata perlahan.
“Masih tidur?” bisiknya sambil menyentuh dada Devan yang hangat.
Devan mendengus, matanya masih tertutup, tapi tangannya otomatis merapatkan pelukannya. “Kalau kamu berhenti gesek-gesek punggungku kayak kucing minta makan, aku mungkin bisa lanjut tidur.”
Amelia cekikikan. “Aku cuma mau bilang,aku bau.”
“Bohong. Kamu wangi. Wangi seperti surga yang cuma aku yang boleh masuk.”
“Eh, lebay banget sih!” Amelia mendorong dadanya pelan, lalu bangkit duduk. “Ayo, mandi. Aku nggak mau bau keringat pas nganter Bayu ke sekolah nanti.”
Devan membuka mata, menatap istrinya yang rambutnya acak-acakan, wajahnya masih memerah habis begadang dan bercinta. Tapi justru itu yang bikin dia makin nafsu.
“Kalau mandi, kita mandi bareng ya?” tanyanya sambil bangkit, menyambar pinggang Amelia dari belakang.
“Hah? Lagi? Masih belum cukup semalam?” Amelia pura-pura kaget, tapi senyumnya nggak bisa bohong,dia suka banget mandi bareng Devan. Apalagi kalau airnya hangat, dan Devan jadi ‘sabun hidup’-nya.
“Cukup? Kamu pikir aku robot yang bisa mati setelah sekali charge?” Devan mencium lehernya, tangannya mulai nakal meraba perut rata Amelia. “Aku kan suamimu. Hak istimewaku bukan cuma di ranjang, tapi juga di kamar mandi.”
Amelia menoleh, matanya berbinar nakal. “Kalau gitu, aku mau jadi ‘sabun’-nya Mas juga. Tapi,jangan lama-lama ya. Nanti Bayu bangun.”
“Janji. Lima belas menit aja,” Devan berbisik sambil menggigit cuping telinganya pelan. “Tapi kalau kamu godain aku, aku nggak tanggung jawab.”
“Siapa yang godain siapa, sih?” Amelia berdiri, lalu berjalan ke kamar mandi dengan langkah yang sengaja dibuat menggoda. “Ayo, Mas ! airnya udah aku nyalain.”
Devan mengikuti, matanya tak lepas dari punggung polos Amelia yang mulus. Ia menutup pintu kamar mandi, lalu menguncinya ,bukan karena takut diganggu, tapi karena ia tahu, lima belas menit itu pasti bakal jadi tiga puluh.
Uap hangat langsung menyelimuti mereka begitu masuk. Amelia sudah berdiri di bawah shower, air hangat mengalir di tubuhnya. Ia menoleh, lalu tersenyum manja. “Sabunnya di sini, Mas.”
Devan menghampiri, berdiri di belakangnya. Tangannya mengambil sabun cair dari rak, lalu mengoleskannya perlahan di punggung Amelia. Gerakannya lembut, tapi penuh maksud. Jari-jarinya menyusuri lekuk tubuh istrinya, dari bahu, turun ke pinggang, lalu berhenti di pinggul.
“Kamu masih pegel?” tanyanya pelan.
“Nggak. Tapi kalau Mas pijet dikit, aku bakal makin rileks,” jawab Amelia sambil menoleh, matanya menggoda.
Devan tertawa kecil. “Dasar istriku suka dimanja.”
Ia memijat punggung Amelia pelan, tapi tangannya tak bisa diam. Perlahan, ia membalik tubuh istrinya menghadapnya. Air hangat mengalir di wajah mereka, rambut Amelia menempel di pipi, bikin Devan makin gatal pengin cium.
“Kamu cantik banget pas basah kaya gini,” katanya sambil menyentuh pipi Amelia.
“Karena kamu yang lihat,” balas Amelia, lalu menarik leher Devan dan menciumnya.
Ciuman itu awalnya lembut, tapi cepat berubah jadi panas. Lidah mereka saling mengejar, napas mereka berbaur dengan uap air. Tangan Devan bergerak ke depan, menyentuh dada Amelia yang masih sensitif habis semalam.
“Ah, Mas!” desah Amelia, tubuhnya melemas.
“Kamu masih sensitif, ya?” Devan tersenyum nakal, jari-jarinya terus bermain.
“Karena kamu yang sentuh,” Amelia menjawab sambil mendesah lagi. “Jangan cuma diem di sini,aku mau kamu juga bersih.”
Ia mengambil sabun, lalu mengoleskannya ke dada Devan. Tangannya bergerak perlahan, turun ke perut, lalu, berhenti tepat di tempat yang bikin Devan mendengus.
“Nakal banget sih kamu,” geram Devan, tapi matanya gelap penuh hasrat.
“Belajar dari suamiku,” Amelia tersenyum, lalu berjongkok pelan.
Devan menahan napas saat Amelia mulai membersihkannya dengan tangan,dan lidahnya yang nakal. Air hangat mengalir di tubuh mereka, tapi yang bikin Devan berkeringat bukan air itu, melainkan cara Amelia merawatnya dengan penuh cinta dan sedikit godaan.
“Sayang, kalau kamu terus begini, kita nggak bakal keluar dari sini,” Devan berusaha menahan diri, tapi tangannya malah menarik rambut Amelia pelan.
“Siapa suruh Mas jadi enak banget?” Amelia berdiri lagi, lalu menciumnya. “Lagian,kita kan udah janji, lima belas menit. Tapi sekarang udah lewat, kan?”
Devan tertawa, lalu mengangkat Amelia dan menempelkannya ke dinding kamar mandi. “Kalau udah lewat, ya lanjut aja. Toh, aku yang bayar listrik dan air.”
“Dasar!” Amelia tertawa, tapi kakinya langsung melingkar di pinggang Devan.
Devan masuk perlahan, membuat mereka berdua mendesah bersamaan. Air hangat masih mengalir, tapi yang lebih hangat adalah tubuh mereka yang saling menyatu. Gerakan Devan pelan, tapi dalam,seperti ia ingin mengingatkan Amelia, bahwa setiap inci tubuhnya adalah miliknya.
“Kamu masih jadi milikku, kan?” bisik Devan di telinga Amelia.
“Selamanya,” jawab Amelia sambil mencengkeram bahunya. “Dan malam ini, aku mau lagi.”
“Malam ini? Kamu nggak capek?”
“Capek, tapi rindu lebih kuat.”
Devan menciumnya, lalu mempercepat gerakan. Amelia mendesah, kepalanya menengadah, lehernya terbuka,bekas kismis semalam masih terlihat samar, dan itu bikin Devan makin posesif.
“Besok, aku kasih yang baru,” katanya sambil menggigit leher Amelia pelan.
“Jangan! Nanti aku diomongin HRD lagi,” protes Amelia sambil tertawa.
“Biarin. Aku CEOnya. Mereka nggak berani ngomong apa-apa.”
Amelia menarik rambutnya !“Sombong banget sih!”
“Tapi kamu suka.”
“Iya, suka banget.”
Mereka mencapai puncak hampir bersamaan, tubuh mereka bergetar dalam pelukan erat di bawah guyuran air hangat. Setelah itu, Devan memeluk Amelia, membersihkan tubuhnya dengan lembut, seperti ia sedang merawat harta paling berharganya.
“Kamu nggak boleh mandi sendirian lagi, ya?” kata Devan sambil mengeringkan rambut Amelia dengan handuk.
“Kenapa?”
“Karena aku nggak rela kamu bersih-bersih tanpa aku. Aku suka jadi orang pertama yang nyentuh kamu pas kamu bersih.”
Amelia menoleh, lalu mencium pipinya. “Kalau gitu, besok pagi juga mandi bareng ya?”
“Setiap pagi. Setiap malam. Seumur hidup.”
Mereka keluar kamar mandi, masih basah-basah, tapi saling berpegangan tangan. Di kamar, Bayu belum bangun, dan ibu Devan pasti masih tidur. Mereka punya waktu sebentar lagi sebelum hari dimulai.
Devan menarik Amelia ke kasur lagi, lalu memeluknya dari belakang. “Tidur dikit lagi?”
“Hmm … iya. Tapi peluk aku erat-erat ya.”
“Selalu.”
Amelia tersenyum, lalu menutup mata. Tubuhnya lelah, tapi hatinya ringan. Ia tak lagi merasa sendiri, tak lagi takut dihakimi, tak lagi ragu. Karena di sampingnya, ada Devan suaminya, pelindungnya, kekasihnya.
Dan malam ini,ia tahu, mereka akan melakukan ini lagi. Karena cinta mereka tak pernah habis, apalagi bosan.
sudah bucin
nunggu Devan junior...
lanjut thor ceritanya
di tunggu updatenya
malam pertama nya
apakah Devan akan ketagihan dan bucin akut... hanya author yg tau...