Karena sering dibuli teman kampus hanya karena kutu buku dan berkaca mata tebal, Shindy memilih menyendiri dan menjalin cinta Online dengan seorang pria yang bernama Ivan di Facebook.
Karena sudah saling cinta, Ivan mengajak Shindy menikah. Tentu saja Shindy menerima lamaran Ivan. Namun, tidak Shindy sangka bahwa Ivan adalah Arkana Ivander teman satu kelas yang paling sering membuli. Pria tampan teman Shindy itu putra pengusaha kaya raya yang ditakuti di kampus swasta ternama itu.
"Jadi pria itu kamu?!"
"Iya, karena orang tua saya sudah terlanjur setuju, kamu harus tetap menjadi istri saya!"
Padahal tanpa Shindy tahu, dosen yang merangkap sebagai Ceo di salah satu perusahaan terkenal yang bernama Arya Wiguna pun mencintainya.
"Apakah Shindy akan membatalkan pernikahannya dengan Ivan? Atau memilih Arya sang dosen? Kita ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Wiguna justru tertawa terbahak-bahak menatap Arkan yang tampak kebingungan mencari Shindy. Pria itu bangkit dari kursi lalu berjalan mendekati Arkan yang masih berdiri di depan pintu. "Makanya Ar, kalau belum bisa menjaga istri itu jangan terburu-buru menikah. Tanggung jawab untuk diri sendiri saja kamu belum becus apa lagi menjadi kepala rumah tangga."
Kata-kata Wiguna itu lembut tetapi menghujam dada Arkan. Tangannya mengepal kuat, telinganya panas, kepalan tangan itu siap menonjok wajah dosen di hadapannya. "Cctv di kampus itu banyak sekali Ar, kamu tidak takut di penjara." Kata-kata Shindy kemarin pagi masih terngiang di telinga Arkan.
"Kalau tidak melihat Shindy ya sudah Pak, tidak usah mengajari. Bapak saja sudah 30 tahun belum menikah bukan? Makanya jangan menjadi penasehat rumah tangga" Arkan pun memutuskan untuk pergi. Dia malas mendengar kata-kata Wiguna yang terdengar meledek.
Wiguna memandangi Arkan dari belakang menarik napas panjang. Di Indonesia menganjurkan pria menikah usia 25 tahun, sedangkan wanita 20, supaya lebih dewasa, tapi begini jadinya ketika pria baru 21 tahun menikah. Masih kekanak-kanakan seperti Arkan. "Kasihan kamu Syi" gumam Wiguna, pikirannya teringat gadis berkaca mata yang pendiam itu. Yakin bahwa Shindy pergi lantaran bertengkar dengan pria macam Arkan.
Wiguna ambil handphone menghubungi Dila menanyakan keberadaan Shindy. Jelas Dila tidak tahu karena belum lama Arkan pun mencari ke rumahnya. Pak Gun juga menghubungi Dekan yang seharusnya hari ini bertemu dengan Shindy.
"Hari ini saya belum bisa bertemu Shindy Gun" jawab dekan. "Ada apa memang?" Lanjutnya.
"Tidak apa-apa Pak" Wiguna menyudahi pembicaraan lalu keluar dari ruangan.
.
Jam sembilan malam di depan lap top, Arkan yang hendak mengerjakan skripsi sejak jam tujuh, sama sekali belum menulis satu kata pun. Ia menunduk memandangi keyboard dengan tatapan kosong. Kedua tangannya memegangi dua sisi kepala. Bayangan Shindy di kamar ini yang selalu cerewet mengingatkan untuk shalat dan hal lainnya khususnya tugas kampus tidak terdengar lagi.
Sepi terasa hidupnya, semalaman tidak ada yang bisa ia lakukan selain melamun, tentu saja tidak menghasilkan apapun. Hingga waktu berganti pagi, dengan tubuh lemas ia mandi, ganti pakaian, lalu keluar kamar.
"Kamu mau mencari Shindy Ar?" Tanya Adisty yang sudah berada di meja makan menunggu Arkan sarapan.
"Aku mau mencari Shindy ke Jawa Timur Ma" jawabnya penuh kekhawatiran. Pagi ini sudah tiga hari Shindy menghilang.
"Ya sudah, tapi kamu sarapan dulu" Adisty sebenarnya kesal kepada anak satu-satunya itu, menyuruh Arkan dari kemarin agar mencari Shindy ke Jawa Timur, tapi selalu saja ada alasan. Namun, mau bagaimana lagi, marah pun tidak menyelesaikan masalah.
Arkan duduk di kursi lalu minum susu, sebenarnya ia tidak selera sarapan tapi menghargai Adisty saja. "Mama punya alamat Shindy?" Arkan selama ini tidak pernah bertanya di mana tempat tinggal Shindy.
"Mama kirim ya" Adisty mengirim alamat Shindy ke handphone Arkan.
Arkan memeriksa alamat yang sudah masuk, lalu memasukkan Handphone ke dalam saku.
"Roti nya dimakan Ar" Adisty mendekatkan roti yang sudah diisi keju kesukaan Arkan. Setelah meletakkan handphone.
"Sudah kenyang Ma" Arkan menunggu sebentar, begitu supir Alexander tiba, lalu berangkat diantar supir tersebut ke bandara.
Di dalam pesawat, Arkan duduk berdua dengan seorang wanita yang sudah bersandar di pinggir kaca.
"Mas dari Jakarta ya?" Tanya wanita itu.
"Iya" Arkan menoleh sekilas.
"Jakarta nya di mana Mas?" Tanyanya untuk yang kedua kali.
Arkan tidak lagi menjawab, ia pasang sabuk pengaman. Ia pikir untuk apa pula wanita ini banyak tanya.
Dua jam kemudian, Arkan yang diantar taksi tiba di tujuan. Rumah besar tempo dulu menandakan bahwa Shindy terlahir dari orang berada. Walau rumah lama, tapi rumah nenek Shindy itu paling besar dibandingkan rumah-rumah penduduk sekitar.
"Assalamualaikum..." ucap Arkan ketika tiba di halaman rumah Shindy.
"Waalaikum sallam..." Jawab seorang wanita menyambut kedatangan Arkan.
...~Bersambung~...
Sabar Iya Shindy
terus suruh si ulat bulu yg merawatnya,,
biar nyaho tu si pelakor ngerawat suami yang dia rebut🤭🤭