NovelToon NovelToon
Ikhlasku Mencintaimu

Ikhlasku Mencintaimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:55.2k
Nilai: 5
Nama Author: fieThaa

Ketika di bangku SMA, Gaffi Anggasta Wiguna dan Bulan Noora selalu berjalan berdampingan layaknya sepasang kekasih yang penuh dengan keserasian. Di balik kedekatan yang mengatasnamakan pertemanan, tersembunyi rasa yang tak pernah terungkapkan. Bukan tak memiliki keberanian, melainkan Bulan Tengah mengejar seseorang. Anggasta memilih jalan sunyi, memendam dan mencoba tetap setia mendampingi sampai kebahagiaan itu benar-benar datang menghampiri perempuan yang sudah membuatnya jatuh hati. Barulah dirinya mundur pelan-pelan sambil mencoba untuk mengikhlaskan seseorang yang tak bisa dia genggam.

Lima tahun berlalu, takdir seakan sengaja mempertemukan mereka kembali. Masihkah cinta itu di hati Anggasta? Atau hanya bayang-bayang yang pernah tinggal dalam diam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Masihkah Meragu?

Seorang pria lanjut usia tersenyum begitu lebar ketika melihat video yang diberikan oleh salah satu staff rumah besar. Matanya kini beralih pada pria yang ada di hadapannya. Berwajah datar dan dingin.

"Gua akui, lu sukses didik anak dan cucu lu."

Pria itu tersenyum tipis mendengarnya. Opa Setta memperlihatkan rekaman cctv di mana Anggasta yang tidur satu ranjang dengan Alma, tapi ditemani para asisten rumah besar beserta petugas keamanan.

"Aturan Wiguna dibuat bukan untuk dilanggar," balasnya dengan nada yang serius.

"Siapa yang melanggar aturan, maka harus siap menerima konsekuensi nyata. Keluar dari kartu keluarga serta Wiguna Family."

Terdengar sadis memang. Tapi, itulah yang namanya ketegasan. Daddy Aksa tak akan pandang bulu dan pilih kasih. Buktinya, dia pernah mengirim keponakannya, Ahlam. Pergi jauh dari keluarga dan tak ada yang boleh kembali ke tanah air sampai dia bilang hukuman selesai.

Bahkan, kedua orang tua Ahlam beserta kakak dan adiknya dilarang menjenguk lebih dari tiga hari. Didikannya keras, tapi membawa hasil nyata. Ketika Ahlam kembali, dia menjadi manusia yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Dan kini menjadi lelaki yang memiliki value tinggi.

Putra kandung serta cucunya pun dididik ala VOC. Pukulan dan tamparan pernah mereka rasakan. Namun, itu sebagai cambuk agar para penerus tak hanya terpaku pada kesuksesan yang telah diraih saat ini. Serta harus bisa bertanggung jawab akan tugas yang diberikan.

Jabatan tinggi tidak semata diberi percuma. Banyak yang harus anak serta cucu Daddy Aksa bayar, terutama waktu. Mereka tak memiliki banyak waktu di luar dan hanya terpaku pada pekerjaan dan perusahaan. Dan terbukti sekarang, anak, cucu, serta para keponakannya menjadi orang yang sangat disegani di dunia bisnis. Bukan karena nama besar Wiguna. Melainkan kemampuan yang mereka punya.

"Inilah yang gua kagumi dari lu, Aksara," ucap opa Setta, dan mampu membuat Daddy Aksa menatapnya.

"Dan alasan kenapa gua ingin cucu lu sama cucu gua karena gua yakin Gagas akan menjaga Alma dengan baik ketika gua udah dipanggil Sang maha kuasa. Keluarga lu yang hangat pasti mampu membuat rasa kosong di hati Alma terisi lagi."

Daddy Aksa tersenyum mendengar ucapan sang sahabat. Dan memang benar, semakin tua sudah tak ada lagi yang namanya ambisi. Hanya menginginkan hal sederhana, yakni melihat keluarga bahagia sebelum malaikat maut menyabut nyawa.

Alma sudah duduk di meja makan sendirian. Mengecek cctv yang ada di kamarnya. Dia ingin memastikan kebenaran atau kebohongan yang terucap dari bibir asisten rumah besar.

Rekaman itu memperlihatkan jika dirinya tertidur di dalam pelukan Anggasta. Tangannya begitu erat memeluk pinggang lelaki tersebut. Wajahnya pun dibenamkan di dada bidang sang calon tunangan. Dan tak lama kemudian, beberapa orang masuk ke dalam kamar hingga subuh datang.

"Non, Mas Gagas benar-benar enggak tidur. Dia terus memastikan Non tidur dengan nyenyak. Saya yang jadi saksinya," terang salah satu staff keamanan.

Alma tak bisa berkata. Diraihnya ponsel yang ada di atas nakas samping tempat tidur. Sebuah pesan dari Anggasta satu jam yang lalu.

"Maaf, aku pergi enggak nunggu kamu bangun dulu. Aku harus ke Bandung pagi ini dan akan kembali mungkin besok sore. Jaga diri baik-baik ya, Sayang."

Mata Alma mulai berair ketika membaca panggilan Anggasta kepadanya. Lelaki itu selalu bisa membuatnya terharu.

Alma sedikit tak fokus pada meeting bulanan yang rutin diadakan di kantor. Ketika meeting selesai, dia yang hendak keluar dari ruangan dicekal oleh Haidar.

"Aku tahu siapa calon tunangan kamu."

Alma menghembuskan napas kasar. Ditatapnya tangan Haidar yang tidak sopan memegang lengannya mulai dihempaskan.

"Baguslah kalau kamu sudah tahu."

Haidar tersenyum sinis. Dia menggelengkan kepala pelan.

"Aku enggak nyangka ternyata kamu sejahat itu," ucap Haidar dengan begitu sarkas.

"Iya, aku emang jahat, Haidar. Dan cuma kamu yang baik di dunia ini," tunjuknya pada dada Haidar dengan tatapan datar.

Alma pun segera pergi karena rasa sakit sudah mulai terasa. Baru saja keluar dari ruangan ponselnya berdering.

"Iya, ini aku ke sana."

Di sebuah restoran yang tak jauh dari kantor dua orang manusia sudah saling berhadapan. Alma menatapnya dengan penuh keseriusan.

"Lu butuh bukti apa lagi dari si Angsa?" Alma hanya terdiam.

"Gua udah lama kenal tuh anak. Enggak pernah dia seefort ini sama perempuan."

"Aku sakit, No." Mata Alma mulai berair.

"Terus? Orang sakit enggak boleh dicintai?"

Alma menunduk dalam. Jeno mengusap pundak Alma dengan lembut.

"Percaya sama gua, ke manapun lu mau berobat pasti tuh anak akan mengiyakan. Finansial dia lebih dari cukup ditambah dia emang sayang sungguhan sama lu, Al."

Alma mulai menegakkan kepala. Matanya sudah merah. Masih terlihat sorot penuh keraguan di sana.

"Cintanya sudah habis di orang lama, No."

Jeno pun tertawa dan mulai melipat kedua tangannya di dada.

"Kata siapa?" Alma pun terdiam.

"Gua kasih tahu, ya. Cuma ke elu tuh anak masih perhatian walaupun udah putus lama. Dan cuma sama lu dia bisa tertawa lepas. Apalagi ketika di resort Jogja. Lu inget kan?" Alma mengangguk.

"Padahal, dia lagi sakit-sakitnya itu," jelas Jeno.

"Dari situ aja gua udah bisa menyimpulkan kalau tuh anak emang selalu nyaman sama lu."

Jeno menceritakan bagaimana Anggasta ketika pacaran dengan Alma. Lelaki itu begitu sibuk. Selain dengan tugas kuliahan, dia juga sudah mulai terjun ke perusahaan. Dan setiap kali bertemu dengan Alma, wajah lelahnya seketika menghilang. Apalagi Alma selalu ceria dan berisik yang membuat senyum Anggasta tak pernah pudar.

Ponsel Jeno bergetar. Senyum tipisnya terukir. Dia menunjukkan layar ponsel kepada Alma. Nama Angsa tertera di sana. Sengaja dia loudspeaker panggilan tersebut.

"Lu lagi sama Alma?"

Jeno menatap Alma yang kini sudah menggelengkan kepala.

"Udah balik anaknya. Kenapa?"

"Jagain dia dulu, ya. Masih banyak masalah yang harus gua tangani."

"Bukannya lu emang balik besok?"

"Target gua hari ini selesai dan langsung pulang. Lagi diinfus aja sambil gawe gua."

Mata Alma melebar. Jeno meletakkan jari telunjuk di bibirnya. Menggeleng pelan.

"Lu sakit?"

"Tadi sempat drop. Makanya gua minta diinfus. Gua enggak mau lama-lama jauh dari Alma, No. Lu tahu kan tuh anak enggak bakalan hubungin gua kalah bukan gua yang hubungin dia."

Bibir Alma tercekat mendengar penuturan Anggasta via sambungan telepon dengan Jeno.

"Kan banyak yang jagain tuh cewek." Jeno sengaja memancing.

"Tetep gua gak tenang karena gua enggak bisa liat secara langsung keadaannya, No."

"Sayang banget ya sama si Selir." Jeno terus memancing.

"Apa harus gua perjelas?" Ucapan Anggasta terjeda untuk beberapa detik. "Kalau bisa sakit Alma dipindahin, mending gua yang ngerasain sakitnya. Gua enggak tega liat dia kesakitan, No."

Tak terasa bulir bening menetes begitu saja mendengar ucapan Anggasta. Jeno malah tersenyum melihat perempuan di depannya.

"Gimana, Selir? Suami gua udah pol-polan tuh jujurnya. Masihkah lu ragu?"

Dari balik sambungan telepon Anggasta terkejut mendengar perkataan Jeno. Ternyata lelaki itu masih bersama Alma.

"No--"

"Tanggung jawab lu. Si selir nangis nih."

Anggasta sudah sangat cemas. Dia mulai memanggil nama Alma, tapi tak jua ada jawaban.

"Al, tolong jawab a--"

"Aku juga sayang kamu, Gas."

...*** BERSAMBUNG ***...

Hayu atuh dikomen ...

1
Rahmawati
skrg udah yakin kan? jenooo pinter bgt mancing🤣
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
nah kan kan selir nya jadi mewek loh.
Saadah Rangkuti
aaaaaahhhhh...jadi baper aku thor 🥰🥰🥰🥰
suryani duriah
hadeeh jadi meleyot🤭kalian tuh ya manis bgt😊lanjuuut💪
Amidah Anhar
Masih aja Sik Haidar gangguin Alma, awas ya Thor jangan belok belok 🤣🤣🤣
Sri Lestari
Bang Jeno mah ada aja proyeknya untuk nyatuin duo bucin yang gengsi ,,, semangat selir
Lusi Hariyani
alma cm membentengi diri agar g terluka lg
N I A 🌺🌻🌹
cus lah langsung ijab aja biar haidar sama bulan shak shek shok😂😂😂😂😂
Lusia
hayo lo, gara gara istri tua, si selir nangis dehh... pokoknya istri tua harus tanggu jawab... 🤣🤣🤣🤣🤣
Nurminah
ah akhirnya
mewek
Salim S
kondangan lagi ini mah...makasih istri tua udah membuka mata dan hati alma atas ketulusan gagas...
Ida Lestari
ah.....akhirnya Uda Sling sayang.....momen2 bucin bentar lgi brmunculan nie hehehehehee
lnjut trus Thor
semangat
Tanti Retno Wati
lanjut
Irma Minul
cpet2 kondangan ni🤭🤭🤭🤭
Kasih Sklhqu
yuuuhhh akhirnya si angsa dan Alma saking cinta 😍😍😍
Wiwin Winarsih
gagas adalah obat segala penyakit km alma....
Wiwin Winarsih
istri tua ngadi" minta cium 🤣🤣🤣
Wiwin Winarsih
apa yg gagas ga tau tentang km alma.. semua'y tau yaaa
Wiwin Winarsih
haidar, bulan kalian kepooo kaaaan
Riris
baru sayang alma
apalagi cinta....alma
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!