Keinginan untuk dipeluk erat oleh seseorang yang dicintai dengan sepenuh jiwa, merasakan hangatnya pelukan yang membungkus seluruh keberadaan, menghilangkan rasa takut dan kesepian, serta memberikan rasa aman dan nyaman yang tak tergantikan, seperti pelukan yang dapat menyembuhkan luka hati dan menenangkan pikiran yang kacau, memberikan kesempatan untuk melepaskan semua beban dan menemukan kembali kebahagiaan dalam pelukan kasih sayang yang tulus.
Hal tersebut adalah sesuatu yang diinginkan setiap pasangan. Namun apalah daya, ketika maut menjemput sesuatu yang harusnya di peluk dengan erat. Memisahkan dalam jurang keputusasaan dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33 : My Heart
Gita menerima pakaian dokter bedah dan masker dari Eli, merasa lega bahwa izin operasi darurat untuk Freya telah diperoleh. Ia kemudian memakai pakaian dokter bedah dan masker, siap untuk melakukan operasi transplantasi jantung pada Freya.
"Terima kasih," ucap Gita dengan tulus. "Aku berhutang budi padamu."
Eli tersenyum, "Tidak perlu berterima kasih, kita adalah teman lama. Aku hanya ingin membantu. Tapi kau pasti tau apa yang akan terjadi padamu, kan?" ucap Eli dengan hangat.
"Aku yang akan menanggung resikonya.." ucap Gita. Eli menghela nafas, sahabatnya ini memang tidak pernah berubah. Selalu melakukan sesuatu sesuai kehendaknya sendiri.
Gita kemudian menuju ke ruangan operasi. Gita merasa sedikit lebih tenang dengan bantuan Eli, tapi ia masih merasa khawatir tentang hasil operasi ini. Saat memasuki ruangan operasi, Gita melihat Freya yang terbaring di atas meja operasi. Ia merasa sedikit terharu melihat kondisi Freya yang lemah. Gita kemudian memulai operasi transplantasi jantung.
Gita mengambil napas dalam-dalam, mempersiapkan dirinya untuk melakukan operasi transplantasi jantung yang sangat kompleks. Ia memakai sarung tangan bedah dan memastikan bahwa semua peralatan operasi siap digunakan. Dengan tangan yang stabil, Gita memulai operasi dengan melakukan insisi pada dada Freya. Ia memotong kulit dan jaringan lemak dengan hati-hati, memastikan bahwa tidak ada kerusakan pada struktur sekitarnya.
Setelah membuka dada Freya, Gita melihat jantung yang lemah dan tidak berfungsi dengan baik. Ia kemudian memotong pembuluh darah yang terkait dengan jantung lama, mempersiapkannya untuk diangkat.
Gita mengangkat jantung lama Freya dengan hati-hati, memastikan bahwa tidak ada kerusakan pada struktur sekitarnya. Ia kemudian memeriksa jantung baru yang akan ditanamkan, memastikan bahwa tidak ada kerusakan atau kecacatan.
Dengan jantung baru di tangan, Gita memulai proses penanaman. Ia menghubungkan pembuluh darah yang terkait dengan jantung baru, memastikan bahwa semuanya terhubung dengan baik. Setelah jantung baru terhubung, Gita memastikan bahwa jantung baru berfungsi dengan baik dan memompa darah secara efektif. Ia memeriksa denyut nadi Freya, memastikan bahwa jantung baru bekerja dengan normal.
Sementara itu, Shanju yang baru kembali dari luar, nampak terkejut ketika tidak menemukan Freya di ruangannya. Secara kebetulan, Shanju bertemu dengan kedua orang tua Freya yang entah dari mana.
"Kenapa Freya tidak ada?" Tanya Shanju.
"Bukankah Freya saat ini sedang melakukan operasi, atas saran dokter?" Ucap Ayah Freya.
"Saya tidak pernah menyarankan untuk melakukan operasi secepat ini.." ucap Shanju.
"Ta-tapi Freya sudah di bawa ke ruang operasi.." kini ibu Shanju yang berbicara.
Secara bersamaan, Seiya dan Veranda datang ke tempat tersebut. "Shanju!" Seru Seiya.
"Om Seiya?" Ucapnya terkejut.
"Dimana Fonix? Dimana Fonix sekarang!?"
"Sayang, tenang dulu.." ucap Veranda menangkan.
Shanju terlihat panik dan khawatir ketika mendengar bahwa Freya sedang melakukan operasi tanpa sepengetahuannya. Ia langsung menghampiri Seiya dan Veranda, meminta penjelasan tentang apa yang sedang terjadi.
"Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Shanju dengan nada khawatir.
"Fonix berniat untuk mendonorkan jantungnya pada kekasihnya.." ucap Seiya.
Shanju nampak terkejut sekali lagi, begitu juga dengan orang tua Freya.
"Apa!? Jika dia melakukan itu, dia akan.."
"Untuk itu, kita harus mencarinya sekarang!" Ucap Seiya.
"Tapi, saat ini Freya sedang melakukan operasi." Ucap Shanju.
"Apa!?"
Sementara itu, Setelah operasi selesai, Gita menutup luka pada dada Freya dengan hati-hati. Ia memastikan bahwa semua pembuluh darah terkait dengan jantung baru berfungsi dengan baik dan tidak ada kerusakan pada struktur sekitarnya.
Eli yang berjaga di luar ruangan, menoleh pada beberapa orang yang datang menghampirinya.
"Direktur!" Ucap Shanju.
Ayah Shani hendak masuk kedalam ruang operasi, namun Eli mencegahnya. "Maaf, saya tidak bisa membiarkan anda masuk." Ucap Eli.
"Putri saya ada di dalam, lalu siapa yang mengoperasinya." Ujar Ayah Shani. Eli mengerti situasi saat ini, dia berharap Gita akan segera keluar.
"Bukan saya yang akan menjelaskannya.." ucap Eli.
"Jangan halangi saya, atau saya yang akan masuk secara paksa!" Sentak Seiya.
Eli hanya diam, memandang satu persatu dari mereka. Tidak lama, pintu ruang operasi terbuka, menampilkan Gita yang nampak lelah.
"Bagaimana?" tanya Eli.
"Operasi berhasil," jawab Gita, dengan napas lega. Tapi kemudian dia ambruk tidak sadarkan diri.
...***...
Tiga hari berlalu, waktu yang di tunggu telah tiba. Untuk pertama kalinya setelah proses operasi, Freya mulai membuka matanya yang indah, pada pagi yang hangat. Hal pertama yang dia lihat adalah langit-langit kamar rumah sakit yang nampak cerah. Pantulan sinar mentari pagi yang menembus gorden, memberikan penerangan berlebih pada ruangan tersebut.
Freya mencoba menggerakkan tubuhnya, tapi ia merasa lelah dan sakit. Ia kemudian melihat sekitarnya, mencari tahu di mana ia berada dan apa yang terjadi. Ia melihat peralatan medis di sekitarnya dan tahu bahwa ia berada di rumah sakit. Freya kemudian mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum ini. Ia ingat bahwa ia sakit parah dan tidak bisa berbuat apa-apa. Lalu, ia ingat tentang Fonix, orang yang sangat berarti bagi dirinya.
Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dan kedua orang tua Freya masuk. "Sayang, kamu sudah sadar" ucap Ibunda Freya dengan kegembiraan dan haru.
Freya mencoba berbicara, tapi suaranya masih lemah. "Fonix...di mana...Fonix?" tanya Freya dengan nada khawatir.
Ayah dan Ibu Freya saling menatap, tidak tahu bagaimana menjelaskan situasi yang sebenarnya kepada Freya. "Freya, kamu harus istirahat dulu," ucap Ayah Freya dengan lembut. "Kamu baru saja melakukan operasi dan masih dalam masa pemulihan."
Freya terlihat tidak puas dengan jawaban tersebut. Ia ingin tahu apa yang terjadi dengan Fonix. "Fonix...apa yang terjadi dengan Fonix?" tanya Freya lagi dengan nada yang lebih kuat.
Ibu Freya kemudian mengambil napas dalam-dalam dan menjelaskan situasi yang sebenarnya kepada Freya. "Freya, Fonix...telah tiada. Dia memberikan jantungnya untukmu," ucap Ibu Freya dengan suara yang lembut. "Ia ingin menyelamatkanmu, dan operasi tersebut berhasil."
Ekspresi terkejut Freya terpancar dari wajahnya yang pucat dan mata yang membesar. Ia terlihat seperti tidak percaya apa yang baru saja didengarnya. Bibirnya yang terkatup rapat dan napasnya yang tercekat menunjukkan betapa besar kejutannya.
"Fonix...telah tiada?" ulang Freya dengan suara yang hampir tidak terdengar. Ia merasa seperti sedang berada dalam mimpi buruk yang tidak bisa diakhiri. Freya kemudian menundukkan kepalanya, dan air matanya mulai mengalir deras. Ia merasa sedih dan kehilangan yang sangat besar. Fonix, orang yang sangat berarti bagi dirinya, telah pergi selamanya. Dalam keheningan yang menyelimuti kamar rumah sakit, hanya suara isak tangis Freya yang terdengar. Ia merasa seperti kehilangan sebagian dari dirinya sendiri.