Welcome to the sequel of You're Mine Brianna
Perjalanan seorang Hana Elodie Brown menghindari Ayahnya yang otoriter terhadap dirinya. Berbagai cara ia lakukan agar hidupnya bisa terbebas dari aturan yang menurutnya tak sesuai dengannya. Sampai pada suatu ketika, Hana dipertemukan oleh takdir dengan seorang pria yang tak pernah ia inginkan semasa hidupnya, Daniel Leonardo Smirnov. Seorang mafia yang dunianya penuh dengan kegelapan melebihi tempat tergelap di dunia. Mampukah Hana menjadi penerang bagi Daniel dan akankah Daniel mampu memberikan kehidupan yang diinginkan oleh Hana? Simak terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Kau Satu-Satunya
Satu minggu berlalu, Daniel pun masih belum bisa menemukan siapa pasukan bertopeng yang menyerangnya pada waktu itu. Sepertinya mereka memang bukan pasukan abal-abal. Karena Nikolai tak bisa menembus asal-usul mereka di website gelap manapun. Meski begitu, Daniel masih bisa memukul mundur mereka dalam waktu yang cukup singkat. Merasa aneh dengan penyerangan yang hanya terjadi beberapa menit saja, Daniel curiga jiga itu hanya sebuah salam pembuka untuk menyatakan eksistensi mereka. Tak mau kecolongan, ia pun meminta kepada Nikolai untuk terus memantau dan mencari siapa kemungkinan dan darimana pasukan bertopeng itu berasal.
Melupakan sejenak mengenai penyerangan itu, Daniel memilih untuk keluar dari ruang kerjanya dan ingin mencari dimana keberadaan istrinya. Sejak tadi ia masih belum melihat istrinya yang cantik, karena ternyata Hana baru saja selesai menyiapkan semua perlengkapan Liam yang mulai masuk sekolah di hari pertamanya. Hana juga menyiapkan bekal untuk putranya itu dengan tangannya sendiri. Setelah selesai, Hana naik ke lantai dua untuk memanggil sang putra.
Apron yang berwarna hitam pun bahkan masih terpasang di tubuhnya. Rambutnya yang diikat asal-asalan benar-benar menjadi ciri khas seorang ibu dengan segala kerepotannya di pagi hari. Daniel yang melihat istrinya dengan penampilan seperti itu malah membuatnya semakin terpikat. Baginya istrinya nampak sangat seksi dan menggoda. Apalagi ada sedikit keringat yang membasahi leher wanita itu.
Tanpa menyia-nyiakan waktu lagi, Daniel segera menghampiri Hana dan memeluknya dari belakang. Ia menaruh dagunya di atas pundak sang istri, kemudian menghirup aroma parfum bercampur keringat di ceruk leher Hana.
"Kau sangat memabukkan, Hana." ujar Daniel.
"Jangan menggodaku, Daniel. Aku bau dan berkeringat." ucap Hana sembari membuka pintu kamar Liam dan masuk ke dalam dengan posisi tubuh Daniel yang berada di belakangnya dan masih memeluk tubuhnya dengan erat.
"Kau sudah siap sayang?" Tanya Hana kepada Liam.
"I'm ready, Mom." jawab Liam dengan semangatnya. "Daddy mengapa kau menempel terus pada Mommy?" tanya putranya.
"Mommy sedang mentransfer energinya agar energi Daddy kembali penuh." jawab Daniel asal-asalan.
"Apakah bisa begitu?" tanya Liam.
"Tentu saja, cobalah." ujar Daniel.
Liam pun segera berjalan dan memeluk tubuh ibunya dari depan. Hana yang sedikit kesulitan bergerak karena di hantam dari depan dan belakang oleh dua laki-laki kesayangannya hanya bisa tertawa pasrah.
"Oh my.. Come on, lepaskan Mommy."
"Tidak."
"Tidak."
Jawab Daniel dan Liam secara bersamaan dan itu membuat tawa mereka semakin kencang.
"Kau benar, Dad. Energi ku semakin penuh setelah memeluk Mommy." ucap Liam.
"Baiklah, Mommy memberikan waktu tiga menit untuk kalian." sahut Hana pasrah pada akhirnya.
"Kau canduku, sweetheart." Bisik Daniel di telinga Hana dan membuat tubuh wanita itu meremang seketika.
"Sekarang stop. Liam kau harus berangkat sekarang atau kau akan terlambat nanti."
"Daddy akan mengantarmu, son." ujar Daniel.
"Yeaayy!! Apakah Mommy juga akan ikut mengantarku?"
"Of course, baby. Mommy akan bersiap terlebih dahulu. Kau tunggu di bawah bersama Aiko." sahut Hana dan Liam mengangguk patuh.
"Daniel lepaskan, aku harus mengganti pakaianku." ucap Hana kepada suaminya yang masih saja menempel.
"Satu menit lagi, Hana." jawab Daniel dengan kedua tangan yang kini mulai bergerak di perut Hana.
"Oh God, aku tahu ini arahnya akan kemana." sahut Hana dan membuat Daniel terkekeh.
"Kau memang yang paling mengerti aku." jawab Daniel kemudian melepaskan pelukannya karena ia tak mau Liam menunggu mereka terlalu lama. Jika masih diteruskan, sudah bisa di pastikan bahwa mereka tak akan keluar kamar sampai malam.
Saat ini Daniel, Hana, Liam dan Aiko sudah berada di dalam satu mobil yang sama. Mereka sedang menuju sebuah sekolah elit dimana Liam sudah di daftarkan di sana.
"Bisakah aku menemaninya setiap Liam sekolah, Niel?" tanya Hana penuh permohonan.
Daniel menggeleng. "Akan sangat berbahaya jika kau setiap hari melakukannya, Hana. Aku tidak mau musuhku mengetahui bahwa kau istri dari Daniel Leonardo Smirnov. Mereka pasti akan mengincarmu, baby."
"Tapi, bagaimana dengan Liam? Itu juga akan berbahaya untuknya." protes Hana.
Daniel meletakkan tabletnya yang sejak tadi ia pegang, kemudian ia menggenggam tangan Hana. "Tidak usah cemas, aku menempatkan banyak pengawal untuk menjaganya. Dan mereka semua adalah orang yang sangat terlatih. Jika kau terus bersamanya, aku tak ingin konsentrasi mereka terpecah karena harus melindungimu sekaligus Liam. Kau mengerti?"
Mau tak mau, Hana menganggukkan kepalanya meski sebenarnya ia masih sangat ragu. Daniel paham akan kekhawatiran istrinya itu, tapi Daniel akan melindungi Liam dengan segenap jiwa dan raganya. Daniel mencium punggung tangan Hana dan meyakinkan wanita itu. "Aku akan melindunginya, Hana."
Ponsel Daniel berdering, ia dengan cepat menjawab panggilan tersebut saat dirinya melihat nama Nikolai yang tertera di layar ponselnya.
"Katakan.."
"..."
"Aku akan ke sana."
Wajah Daniel terlihat serius setelah memutus panggilan tersebut.
"Kau akan menemui siapa? Mantan istrimu?"
"Kau cemburu?"
"Aku hanya bertanya."
"Kau satu-satunya, Hana." ucap Daniel dengan kedua sudut bibirnya yang terangkat.
Mobil pun berhenti tepat di pelataran sekolah. Sebelum Hana keluar dari dalam mobil, Daniel memakaikan masker untuk menutupi setengah wajah Hana.
"Kau harus menggunakan ini." ucap Daniel dan Hana mengangguk patuh.
Mereka pun keluar dengan Liam yang kini berjalan di samping Daniel. "Liam, jika terjadi sesuatu kau harus mencari Aiko. Mengerti?"
"Aku mengerti, Daddy." sahut Liam.
"Jadilah anak yang pintar, Liam. Jangan membuat gurumu marah, hmm?" ucap Hana sembari merapikan rambut putranya.
"Iya Mommy." jawab Liam.
Liam pun masuk ke dalam bersama seorang guru yang sudah menunggunya.
"Hana, kau pulang lebih dulu. Aku akan pergi sebentar."
"Kau tidak pergi bersamaku?"
"Anak buahku sudah dalam perjalanan untuk menjemput."
"Baiklah."
"Jangan keluar tanpa seizinku."
"Ya ya ya.. Aku mengerti."
Daniel pun mencium bibir Hana kemudian ia membukakan pintu mobil untuk wanitanya.
***
"Apa yang terjadi Nikol?" Daniel berjalan menuju ruangan yang ditunjuk oleh Nikolai. Amarahnya hampir meledak saat ia mendengar ada kekacauan yang terjadi.
"Hampir semua kapal milik kita di sita, Tuan." jawab Nikolai dengan sedikit rasa takut.
"Bagaimana bisa? Bukankah kita belum beroperasi lagi selama satu bulan ini?" tanya Daniel dengan jengkel.
"Anggota Kepolisian Rusia mengadakan razia gabungan, mereka menemukan heroin senilai lima juta rubel di teluk Khatanga. Tapi kapal itu berasal dari Florida, dan mereka mengatakan bahwa heroin tersebut merupakan milik Daniel Leonardo Smirnov."
"Apa?? Kita bahkan belum melakukan pengiriman lagi semenjak Michael Rodriguez mengatakan ada operasi gabungan di Amerika."
"Sepertinya ini sengaja di rencanakan untuk menjebakmu, Tuan." jawab Nikolai.
"Orang-orang itu tidak pernah kenyang rupanya. Hubungi kepala polisinya, Nikol. Aku ingin berbicara dengannya dan menemukan siapa yang berani membayarnya melebihi aku."
"Baik, Tuan."
"Ada apa, baby?" ucap Daniel saat ia menerima sebuah panggilan dari istrinya. Suaranya berubah seketika menjadi sangat lembut. Padahal beberapa detik yang lalu ia berteriak frustasi karena jengkel dengan kelakuan para aparat yang bertindak seenak jidat mereka.
"Daniel, banyak polisi di mansion kita. Mereka mencarimu dan menerobos masuk ke dalam. Tapi para penjaga berhasil menahannya." ujar Hana dengan suara penuh ketakutan.
"Hana, tenang. Aku akan segera pulang."
"Ada apa?" tanya Nikolai yang menangkap kekhawatiran di wajag Daniel.
"Polisi mendatangi mansionku."
"Shit."
Daniel dan Nikolai bergegas keluar dari markas dan segera menuju ke mansion. Nikolai menginjak pedal gasnya dengan kecepatan penuh. Mereka khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di sana. Daniel bahkan berkali-kali mengumpat kesal atas apa yang terjadi hari ini. Sesampainya di pelataran mansion, Daniel segera keluar dari mobil dan menutup pintu mobilnya dengan sangat keras.
Ia memasuki mansionnya dengan langkah lebar dan para polisi di sana menoleh ke belakang. Hana yang menyadari Daniel telah datang pun dengan cepat berlari menghampiri suaminya.
Saat Hana tepat berada di hadapan Daniel, kedua tangannya menangkup wajah Hana. Ia menatap manik mata Hana dan dirinya melihat ada ketakutan di sana. "Tenanglah, aku sudah di sini."
"A-aku takut..."
"Kau takut sesuatu terjadi padaku, hmm?" tanya Daniel sembari menyelipkan beberapa helai rambut Hana ke belakang telinga Hana.
Hana mengangguk berkali-kali, hal itu membuat kedua sudut bibir Daniel tertarik ke atas. "Tak akan ada yang berani mengeluarkan senjata tanpa seizinku. Jangan terlalu cemas."
Daniel menautkan bibirnya dengan bibir Hana tanpa memedulikan puluhan pasang mata sedang melihat ke arah dua sejoli itu. Daniel kemudian menggenggam tangan Hana dan membawanya kembali masuk ke dalam dimana semua polisi sedang menunggu kedatangan seorang Daniel Leonardo Smirnov. Nikolai yang membuntuti keduanya sama geramnya ketika melihat tatapan meremehkan dan seakan puas telah bisa menginjakkan kakinya di kediaman pemilik klan Bratva.
TBC