Peradaban modern dengan peradaban kuno seperti berdampingan satu sama lain. April memakai kalung berbentuk kubus yang sudah dipakainya sejak masih bayi. April sering terjebak di dalam roh lubang hitam kubus yang tak dikenal asal-usulnya. Gejolak-gejolak yang dialami April saat umurnya masih sangat muda, membuatnya kehilangan arah. Jalan apa yang akan April ambil saat dirinya diambang dilema panjang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keypi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab XXXIII : Sekte Pedang
“M-m-m-maaf Senior, aku ceroboh.”
April menunduk.
“...”
“Oh ya, Senior. Obatnya sudah diminum belum?”
“Nanti pagi saya sudah bisa kembali beraktivitas dan sudah tidak dirawat lagi.”
“Oh, berarti tidak minum obat lagi, ya?”
“Ya”
April melihat luka A Chengyou.
‘Sudah mendingan sih, syukurlah kalo gitu.’
“Kalo gitu, Senior istirahat dulu, ini baru tengah malam. Nanti aku kesini lagi pagi, ya?”
“...”
April memandang A Chengyou yang terdiam.
“April”
“Ya, Senior?”
“Kalo kamu istirahat disini, gimana?”
Suaranya terdengar gugup. April berpikir sejenak. April tersenyum lebar.
“Boleh, Senior!”
‘Aku paham, biar nanti aku ga ribet.’
A Chengyou tersenyum kecil.
“Saya sebenarnya tidak bisa tidur, makanya tadi saya mandi, handphone saya juga lagi di charger, jadi ya..”
“Gabut ya Senior?”
A Chengyou mengangguk pelan. April tersenyum.
“Oke, aku paham maksud Senior. Tenang aja, April akan jaga disini.”
Keduanya banyak berbincang-bincang membahas misi mereka. April juga bertanya pada A Chengyou tentang teknik pedang padanya. A Chengyou menjelaskan dengan sangat jelas dan lengkap, April kagum dengan penjelasan A Chengyou.
“Sebenarnya April, prinsip pedang sendiri itu merasakan dari jiwa pedang itu sendiri. Ibaratnya tangan kosong tapi kamu bisa paham prinsip pedang maka tangan kosongmu itu akan berubah menjadi pedang.”
“Jadi, kalo aku merasakan jiwa pedang, maka aku seolah-olah menggunakan pedang walaupun itu aku tangan kosong??”
“Tepat sekali. Itu yang diajari oleh keluarga Dewi Pedang saya.”
“Ah, paham-paham! Oh ya Senior, aku penasaran dengan sejarah keluarga Senior, Dewi Pedang.”
“Kamu mau tahu?”
“Mau! Kalo diizinkan sama Senior, karena ga mungkin aku ga minta izin dulu...”
A Chengyou menatap April dengan lembut.
“Baiklah, saya akan menceritakan sejarah keluarga Dewi Pedang setahu saya.”
April menarik bangku mendekati tempat tidur rawat A Chengyou.
“Keluarga Dewi Pedang sendiri itu dahulunya bukan sebuah keluarga Dewi Pedang, melainkan Sekte Pedang.”
“Woah, Sekte Pedang!?”
A Chengyou mengangguk.
“Kata mama saya, sekte Pedang merupakan sekte utama di zaman kuno dan menjadi pemimpin tertinggi di kerajaan langit.”
“Hah? Kerajaan langit?”
“Saya juga tidak terlalu tahu, mama tidak menceritakan sejarah kerajaan langit itu apa. Pemerintahan sekte Pedang pada waktu itu dipimpin oleh seorang Dewi dari surga yang ahli pedang dan sebagai pencetus adanya sekte Pedang. Tubuhnya sudah hancur namun rohnya konon masih ada tapi tidak diketahui berada dimana apalagi pedangnya itu yang hanya diketahui tempatnya oleh para pemimpin baru dari dulu sampai nenek saya, sebagai tetua dari keluarga kami. Semenjak saat itu, zaman mulai berevolusi dan sekte Pedang berubah menjadi keluarga bangsawan Dewi Pedang. Saat ini, pemimpin keluarga Dewi Pedang belum menemukan pemimpinnya.”
Terdiam sejenak.
“Seharusnya mama saya, tapi beliau tidak bisa, sehingga nenek saya ingin menjadikan saya sebagai pemimpin Dewi Pedang.”
“Senior?”
“Ya. Kalau saya yang menjadi pemimpinnya, peraturannya turun temurun akan berubah dan nama identitas juga berubah. Sejauh ini dari dulu, tidak ada namanya pemimpin laki-laki tapi kata mama saya dulu sempat ada 1 pemimpin laki-laki di keluarga Dewi Pedang.”
“Siapa Senior?”
“Saya juga tidak tahu, mama saya tidak ingin memberitahu pada saya tentang ini, saya juga tidak mengerti, tapi mama pernah bilang ke saya, kalo saya mau mengetahui jawabannya, temui sebuah goa misterius yang hanya bisa diakses hanya sedikit orang dan merasa terdesak.”
“Goa misterius?”
A Chengyou mengangguk. April berpikir sejenak.
‘Goa?’
Bayangan ingatan April saat masih berumur 7 tahun tentang dirinya yang pernah berada di dalam goa dengan teriakan dan panggilan namanya.
‘Apakah ada hubungannya?’
A Chengyou menatap ke arah April yang melamun.
“April?”
A Chengyou mendekati wajahnya ke hadapan wajah April.
‘Kenapa dia? Sudah sedekat ini, masih belum menyadari.’
Tangan kanan A Chengyou terpeleset dari tempat tidur rawat dan tubuh A Chengyou jatuh ke arah April. April tersadar dan keduanya terjatuh. A Chengyou menahan agar tidak menimpa tubuh April.
‘KEDUBRAK!!’
“Aww!”
“Duh”
April terjatuh di lantai, A Chengyou berada di atas tubuhnya. A Chengyou merasa bersalah.
“April, maaf, tangan saya tiba-tiba terpeleset saat menahan di tempat tidur.”
“Ga apa-apa Senior.”
Empat mata saling bertemu. Sekilas teringat pertemuan pertama kali keduanya saat A Chengyou tidak sengaja menabrak April dan keduanya terjatuh. Momen kecil itu membuat keduanya teringat. Deja Vu! Empat mata itu seperti berbicara satu sama lain. Menelan air ludah. A Chengyou bangun dan membantu April bangun. A Chengyou mengulurkan tangannya. April menatap uluran tangan A Chengyou padanya. Uluran tangan ini mengingatkannya dengan ayahnya yang selalu mengulurkan tangan disaat April terjatuh. Sekilas April melihat bayangan ayahnya pada A Chengyou.
‘Ayah...’
Air matanya menetes. April menggapai uluran tangan A Chengyou. April bangun.
“Terimakasih, Senior.”
A Chengyou sadar, April menangis. Tangan A Chengyou mengelap air mata yang menetes di pipi April. April terkejut.
“Tidak perlu sedih, kamu tidak sendiri, April.”
A Chengyou sangat mengerti tentang perasaan April yang merindukan ayahnya.
“Ada saya disini, April.”
“Senior...”
“Saya akan selalu melindungi, mendukungmu saat ini maupun seterusnya, April. Jika hal paling buruk terjadi padamu dan saya menjadi lawanmu, saya akan melawan dan membawamu kembali. Saya selalu berdoa, itu tidak akan pernah terjadi, saya takut kalo saya sudah memiliki perasaan seperti ini, itu akan terjadi...”
Mata April berbinar, menatap A Chengyou dengan dalam. Pipinya memerah tomat. A Chengyou melihat April yang terus menatap A Chengyou.
“Ada apa, April?”
“Ah! Ga, ga.”
April berbalik karena salah tingkah.
‘Kenapa, kenapa, kenapa??? Dia kan Senior aku, aku ga mungkin tertarik sama Senior ku sendiri kan? Ga, ga, bangunlah April, janjinya itu padaku sekedar adik dan kakak.’
April menghela nafas. April berbalik lagi menghadap A Chengyou.
“Maaf Senior, aku tadi mau bersin tapi ga jadi bersinnya.”
A Chengyou tahu April sedang berbohong padanya.
“Benarkah?”
“YA!”
“Eh maaf, maksudku, iya, Senior!”
April mengayunkan kedua tangannya.
\*\*\*
Pagi hari
A Chengyou sudah bisa kembali ke kamar pribadinya. April sudah membantu A Chengyou berberes dan April akan menjaga San, Ling datang dan menyuruh April untuk istirahat, sekarang giliran Ling yang akan menjaga San. April tidak bisa menolak dan April kembali ke kamar pribadinya. Saat April membuka pintu kamarnya, sudah ada Aoren yang menanti April. Kucing oranye yang dulu masih kecil kini sudah tumbuh remaja. April menggendong Aoren dan memeluk Aoren.
“Aoren!!!”
“Aku kangen sama kamu!”
“Meongg~~”
Sudah sekitar seminggu, April dengan Aoren tidak bertemu, makan Aoren juga sudah habis dalam seminggu. Akhirnya, April bisa bertemu dengan Aoren kembali. April menutup pintu kamarnya dan mengecek pasokan makanan Aoren yang ternyata tak tersisa.
“Makanannya sudah habis ya? Maaf ya Aoren, aku belakangan ini sibuk dan ga bisa bawa kamu, sedih banget tau ga sih!”
“Meongg~~”
“Yaudah, nanti aku ambilin lagi makanan kamu ya, Aoren!”
“Meongg~~”
April menurunkan Aoren.
“Aoren, aku mau mandi dulu ya, kamu disini dulu, oke?”
April mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Aoren berubah wujud menjadi manusia. Pakaiannya tampak berbeda dengan pakaiannya waktu kecil, warna oranye dengan putih. Rambutnya panjang berwarna oranye tergerai. Benar-benar kucing oranye tampan!
“Kangen juga aku, udah lama ga ketemu sama dia.”
Aoren tersenyum.
TO BE CONTINUED...