NovelToon NovelToon
Rush Wedding

Rush Wedding

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Anak Yatim Piatu / Pernikahan Kilat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:21.7k
Nilai: 5
Nama Author: Muffin

Sebuah kecelakaan beruntun merenggut nyawa Erna dan membuat Dimas terbaring lemah di ruang ICU. Di detik-detik terakhir hidupnya, Dimas hanya sempat berpesan: "Tolong jaga putri saya..." Reza Naradipta, yang dihantui rasa bersalah karena terlibat dalam tragedi itu, bertekad menebus dosanya dengan cara yang tak terduga-menjodohkan Tessa, putri semata wayang Dimas, dengan putra sulungnya, Rajata. Namun Rajata menolak. Hatinya sudah dimiliki Liora, perempuan yang ia cintai sepenuh jiwa. Tapi ketika penyakit jantung Reza kambuh akibat penolakannya, Rajata tak punya pilihan selain menyerah pada perjodohan itu. Tessa pun terperangkap dalam pernikahan yang tak pernah ia inginkan. Ia hanya ingin hidup tenang, tanpa harus menjadi beban orang lain. Namun takdir justru menjerat mereka dalam ikatan yang penuh luka. Bisakah Tesha bertahan di antara dinginnya penolakan? Dan mungkinkah kebencian perlahan berubah menjadi cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muffin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Istri sang Kapten

Pagi itu, Tessa datang ke kampus sedikit terlambat. Rajata sejak pagi sudah membuatnya kelimpungan.

Sejak pertama kali ia memasakkan sarapan untuk laki-laki itu, Rajata jadi ketagihan. Hampir setiap pagi kini ia merengek minta dimasakkan lagi. Dan kalau Tessa menolak, laki-laki itu akan mengeluarkan jurus andalannya—

"Istri itu harus nurut sama suami."

Klasik.

Setibanya di gedung fakultas, Tessa merasa ada yang aneh. Langkahnya terhenti sejenak saat menyadari banyak pasang mata yang menoleh ke arahnya.

Kenapa semua orang ngelihatin gue, sih? pikirnya.

Tapi Tessa memilih cuek dan terus berjalan seperti biasa. Mungkin gara-gara kemarin di tribun—waktu dia membopong Rajata—jadi bahan omongan.

Begitu Tessa melangkah masuk ke dalam kelas, suasana yang biasanya ramai mendadak menjadi hening. Pandangan sinis langsung menghujani dari segala arah. Beberapa menyunggingkan senyum mengejek, yang lain memilih melengos tanpa sapa.

Bahkan dua temannya, Raisa dan Diana, ikut melengos seolah tak mengenalnya.

Tadi di parkiran, Tessa sempat melihat Putri. Ia sudah bersiap menyapa, tapi belum sempat bibirnya terbuka, Putri malah buru-buru melengos dan pergi begitu saja—tanpa sepatah kata pun.

Tessa mengerutkan dahi, bingung.

Ini bukan April Mop, kan? batinnya.

"Sorry, Sa. Kemarin gue ninggalin kalian di tribun," ucap Tessa sambil melempar pandang ke arah Raisa yang duduk lebih dekat. Diana sendiri berada di sampingnya Raisa.

Namun tak ada tanggapan. Keduanya diam, bahkan tak menoleh.

Dan yang paling mengejutkan—Juna. Biasanya cowok itu selalu datang dengan senyum hangat dan sapaan ringan. Tapi hari ini, dia hanya lewat begitu saja. Diam. Tanpa sapa. Tanpa senyum.

Tessa semakin bingung.

Ada apa, sih? Kenapa semuanya jadi berubah begini? Apa ini semacam prank?

Ia buru-buru mengingat-ingat tanggal.

Masih Juli. Sedangkan ulang tahunnya Agustus.

Belum sempat ia bertanya pada siapa pun, pintu kelas terbuka dan suara khas Pak Irwan terdengar.

“Selamat pagi,” sapa dosen seni lukis mereka—lelaki paruh baya yang masih terlihat gagah dengan gaya khas senimannya.

“Pagi, Pak,” jawab seluruh kelas kompak.

“Kita lanjutkan lukisan yang tempo hari, ya,” ujarnya sambil meletakkan tas di meja depan.

Tessa pun mengurungkan niat bertanya. Mungkin nanti, setelah kelas selesai. Tapi perasaan tak enak di hatinya tak bisa diabaikan begitu saja.

10:00 WIB

Kelas Pak Irwan baru saja usai. Suara kursi bergeser dan barang-barang yang dibereskan mengisi ruangan. Tessa masih sibuk merapikan peralatan melukisnya, sesekali melirik ke arah Raisa dan Diana yang sejak tadi belum mengeluarkan sepatah kata pun.

Mereka bahkan sudah bersiap pergi. Kalau Tessa tidak menahan mereka, mungkin keduanya sudah lebih dulu meninggalkannya.

“Sa, Di... Lo pada kenapa, sih?” suara Tessa terdengar pelan, tapi jelas. “Kenapa diem aja dari tadi? Gue nggak ngerti, sumpah.”

Dia sudah tak mau lagi basa-basi. Semua ini terasa terlalu aneh.

Raisa menghentikan langkahnya, lalu menoleh dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Antara marah, kecewa, dan jijik.

“Lo pikir aja sendiri, Tess. Gue males ngomong sama orang munafik.”

Tessa mengerutkan kening. “Munafik? Maksud lo apa?”

“Lo anggap kita ini apa sih?” Raisa menunjuk dirinya sendiri dan Diana. “Lo emang seputus asa itu sampai jual diri?”

Darah Tessa serasa berhenti mengalir. Matanya membelalak, menatap Raisa tak percaya.

“Jual diri...?”

“Apa gue harus sebut lebih jelas?” Raisa mendengus, lalu melirik ke arah perut Tessa seolah menekankan sesuatu. “Gue kecewa sama lo.”

Setelah itu, tanpa menunggu reaksi, Raisa pergi meninggalkan kelas.

Ruangan itu kini hanya tersisa beberapa mahasiswa yang pura-pura sibuk—termasuk Diana, Juna, dan beberapa lainnya. Tapi Tessa tahu… mereka memperlambat gerak hanya untuk satu alasan: menyaksikan drama ini sampai habis.

Tessa menoleh cepat ke arah Diana, satu-satunya orang yang masih berdiri di dekatnya.

“Di… ini maksudnya apa, sih?” suaranya bergetar. “Gue nggak ngerti. Siapa yang munafik? Siapa yang jual diri?”

Diana menatap Tessa lekat-lekat. Ada rasa iba di sana, tapi jelas, rasa kecewa jauh lebih mendominasi. Ia tidak menjawab langsung. Hanya diam sejenak, sebelum akhirnya berkata pelan namun menusuk—

“Gue harap lo bisa jadi ibu yang baik, Tess.”

Setelah itu, Diana pun pergi, menyusul Raisa.

Tessa tercekat di tempat. Kata-kata Diana terngiang di kepalanya. Ibu? Apa maksudnya?

Matanya lalu bergerak mencari satu-satunya orang yang mungkin masih bisa memberinya penjelasan. Juna.

“Jun—”

Baru saja ia mencoba menahan lengan Juna, laki-laki itu dengan cepat menepis tangannya.

Tanpa sepatah kata pun, Juna pergi meninggalkannya.

Kini, hanya Tessa dan beberapa mahasiswa lain yang tersisa di kelas. Beberapa pura-pura berkemas, tapi jelas mereka sengaja memperlambat gerakan. Menonton.

Salah satu dari mereka menyeringai dan melontarkan sindiran tajam.

“Gila ya… gue kira yang mukanya polos itu lugu. Eh, ternyata suhu juga. Hebat sih, sampai ada ‘hasilnya’.”

Tessa menoleh cepat, keningnya mengernyit tajam.

Sumpah, demi apa pun… gue nggak ngerti maksud mereka apa.

Tanpa pikir panjang, ia merapikan alat lukisnya dengan gerakan terburu-buru, lalu bergegas keluar kelas. Ia harus tahu. Ia harus cari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Biasanya setelah pelajaran selesai. Mereka pasti menuju ke kantin, jadi Tessa memutuskan langsung ke kantin mencari teman-temanya.

Dalam perjalanan menuju kantin, langkah Tessa terhenti saat mendengar suara beberapa orang dari ujung lorong—tepat di belokan menuju tangga.

Samar-samar telinganya menangkap jelas saat nama dirinya dan Rajata disebut.

“Ih, pantesan ya… kemarin Rajata sampai bela-belain datang ke sini. Ternyata memang ada hubungan mereka.”

“Ngakunya saudara, padahal jelas-jelas main belakang. Nyesel banget gue pernah ngajak Tessa nongkrong bareng. Biar bisa deket sama Rajata.”

“Gue kira Rajata ninggalin Liora buat cewek yang lebih baik. Eh, ternyata dapet yang murahan. Hamil pula.”

“Iya, parah banget.”

Suara mereka semakin pelan… lalu menghilang. Orang-orang itu sudah pergi.

Tessa masih berdiri mematung di tempat. Napasnya tercekat. Ia menggigit bibir bawah, berusaha menahan gejolak di dadanya.

Tanpa sadar, pandangannya terarah ke dinding sebelah kiri—dan di sanalah ia melihatnya.

Beberapa lembar kertas tertempel seenaknya.

Sebuah foto dirinya, berdiri di depan ruang SPOG—ruang dokter spesialis kandungan.

Tessa mengernyit. Sejak kapan gue ke ruangan itu?

Ia mencoba mengingat dengan keras, tapi yang dia tahu, saat di rumah sakit tempo hari, dirinya hanya berada di UGD, lalu sebentar ke bagian administrasi sebelum pulang bersama Rajata.

Namun, yang terpampang di sana tak bisa dibantah. Foto itu ada. Wajahnya jelas. Meskipun samar dan tampak diambil dari kejauhan, itu tetap dirinya.

Dan yang lebih menghantam adalah tulisan besar di bawah foto tersebut:

TESSA ALODIA KAMANI

Mahasiswi Seni Semester 4

HAMIL ANAK KAPTEN BASKET CAKRAWALA

Tangannya bergetar. Ia nyaris tidak bisa berdiri tegak. Semua ini… fitnah kejam yang entah dari mana datangnya.

Matanya mulai memanas, tapi ia tidak mau menangis di sana. Tidak di tengah lorong kampus. Tidak ditengah benerapa tatap mata yang mulai memandang nya rendah.

Kini semuanya masuk akal. Tatapan dingin teman-temannya. Juna yang tak bicara. Diana, Raisa dan Putri yang kecewa.

Semua bersumber dari satu hal—foto dan narasi busuk yang tersebar entah oleh siapa.

Tessa menggigit bibirnya, menahan gemetar.

Siapa yang lakuin ini ke gue?

Siapa yang tega?

"Jahat banget sih sama anak yatim piatu!!! Nggak takut kualat apa ya?"

"Udah mulai kebaca ya siapa dalangnya… Cus, tandain orangnya dari sekarang. Biar nanti Rajata yang ngasih pelajaran!"

💬 Jangan lupa like dan komen yaa guyysss, biar aku makin semangat lanjutinnya!

1
iqueena
Artinya skrg, syg nya lebih dari Liora dong
Azurre
begitu Dateng sosok nya jadi fokus semua orang
Rezqhi Amalia
pengen aku santet mertuanya itu
Muffin: Jangan dong uuhuhu
total 1 replies
Rezqhi Amalia
bener banget 😂
Nur Yuliastuti
hei hei siapa dia
Muffin: Siapa yaaa kira kira ehhee
total 1 replies
bluemoon
makanya kalau ga mau pisah Rajata jangan nakal
Muffin: Iyaaa bilangin tuh jangan nakal hehe
total 1 replies
Pandandut
wah ini tanda tanda mulai ada rasa/Chuckle/
Pandandut
kasihan ya tessa haduh haduh
istianah istianah
sabar tessa mngkin raja masih syik aja dengan adanya pernikahan ini ,
maknya dia kayak gitu glaknya sok jual mahal , padahal kna bukan keinginanya si tessa ,yg sabar aja ya tes ..
Muffin: Tessa : Iyaaa kak makasih yaaa ini udah sabar bangr kok wheh
total 1 replies
Anyelir
Raja cemburu, Tessa nya salah paham
wahh, menarik nih /Chuckle/
Muffin: Gak ketemu” jalannya kwkw
total 1 replies
Afriyeni Official
kasih waktu Rajata melepaskan kenangannya dgn mantan Tessa
Dewi Ink
idiiihh
Dewi Ink
hemm co cweet😍
£rvina
nah klo laki kaya gini mang harus dihempaskan
£rvina
baru ngeh si Tibra klo dibahasa sunda itukan Nyenyak. apa pas lahir dia gak nangis tidur mulu gitu 😅🤷‍♀️
Muffin: Iyaa siaaap . Gak ada yang ngembarin hihi
£rvina: gak pa2 thor emang jadi unik 😁
total 3 replies
drpiupou
eh Tess... lu tau kagak author Lo baru ganti cover lagi/Joyful/.

kalau gua takut banget sih di marahin Edi gue /Joyful/
Muffin: Udah dimarahin jwkwk katanya ini yang terakhir kekw
total 1 replies
drpiupou
duh nggak ada adegan Liora di jambak sama istrinya roby.

eh tapi seru juga Liora di tampar kaya gitu. aku maunya sih dia ditendang aja sekalian bokong nya


kenapa cuma dipukul mertua sih si Robby.
Muffin: Belooommm masih panjang. Sabar netizen ku yang budimaaan hehe
total 1 replies
Nur Yuliastuti
dan dia lupa bahwa diatas langit masih ada langit
Oma Gavin
penasaran ini wanita setengah baya yg panggil rajata jgn ngomong mau jodohin anak perempuan nya udah ngga laku, puas banget lihat liora diusir ortunya giliran robby ini yg blm puas bikin mendekam dipenjara aja kakean gaya menantu lucknut ngga tau diri
Muffin: Pelan pelan kwkw sambil jalan kita proses hukum siroby yaa kak 😁✌️
total 1 replies
🌹Widianingsih,💐♥️
Rajata cemburu ...sampai pertandingan yang membawa nama kampusnya, dia jadi nggak fokus gitu.
Tessa juga salah ...kenapa nggak pindah tempat duduk , ?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!