Sampahmu Adalah Hartaku

"Kenapa Australia? Bukannya Taiwan?" Tanya Fishya meraih segelas air dan tissue.

"Kita punya uang walaupun tidak banyak. Karena itulah aku dan ayah memilih Australia. Walaupun syaratnya harus mengikuti kursus dulu." Ghana tersenyum mengacak-acak rambut adiknya.

Fishya menghela napas, sebelum waktu terulang, Erwin menggunakan uang pesangonnya yang sedikit untuk membiayai keberangkatan Ghana ke Taiwan.

Tapi sekarang berbeda, untuk keberangkatan ke Australia sebagai persyaratannya harus memiliki rekening tabungan minimal 50 juta rupiah. Tabungan mereka seharusnya cukup, itu karena keuntungan usaha EO beberapa bulan ini.

Mungkin mereka bisa, pasti bisa, akan ada jalan untuk segalanya.

"Kakak dan ayah harus berjanji padaku dan ibu. Setelah sukses baru akan pulang. Tabunglah uang yang banyak. Jangan kirimkan aku dan ibu uang lebih dari 5 juta. Mengerti?" Fishya memeluk tubuh kakaknya, wajahnya terlihat tersenyum.

"Iya! Janji! Kami akan mencari jalan untuk membahagiakan kalian." Gumam Ghana penuh motivasi.

Senyuman perlahan memudar dari wajahnya. Ada alasan tersendiri mengapa dirinya lebih memilih mengembalikan investasi dari Virgo.

Entah kenapa beberapa hari ini ada banyak complain. Beberapa orang menjelek-jelekkan nama EO mereka. Seorang pekerja yang ketahuan meletakkan racun ke makanan. Ada juga yang merusak dekorasi 1 hari sebelum hari yang ditentukan. Syukurlah semua masalah dapat teratasi.

Segalanya semakin berbahaya, semenjak Haikal datang ke rumah ini, meminta Erwin untuk kembali bekerja. Hal yang tidak diketahui oleh Fishya sama sekali.

Mereka seperti diseret ke jalan buntu, oleh Haikal dengan berbagai cara. Karena itu sebelum semuanya berhasil dihancurkan. Lebih baik mencari jalan yang baru.

"Fishya...kamu jujur pada kakak...apa selama ini Erlina menindasmu, mengatasnamakan pekerjaan ayah?" Tanyanya.

"Itu sudah berlalu..." Jawab Fishya penuh senyuman.

"Bagiku tidak ada kata berlalu. Mereka ingin menghancurkan kami tanpa sebab. Memecat ayahku dengan tuduhan palsu, bahkan menindas adikku." Batin Ghana berurai air mata, yang segera dihapus olehnya. Nyawa ibunya pernah hampir melayang, hanya tagihan rentenir.

Mereka tidak ingin berhutang, tapi gaji dan uang lembur yang sering ditahan tanpa sebab, berhenti bekerja juga tidak diijinkan. Setelah melewati usia produktif ayahnya dipecat tanpa uang pesangon.

Dan sekarang usaha mereka berkali-kali coba untuk dihancurkan. Hanya karena ayahnya tidak bersedia kembali bekerja di gudang.

"Fishya, nanti saat kembali kakak akan bawakan kangguru untuk menjadi pacarmu."

"Jangan kangguru, pria Australia ganteng-ganteng."

"Sudah move on?"

"Dia hanya anak kucing dalam kardus yang kehujanan."

"Dasar! Aku tidak mungkin memberikan kuntilanak pada pria plin-plan. Nanti kakak carikan vampir berjas untukmu."

***

Beberapa bulan kemudian_

"Sial!" Teriak Haikal.

"Bagaimana? Erwin mau bekerja lagi?" Tanya Saskia, tengah menyisir rambutnya.

"Erwin dan putranya baru saja berangkat. Sudah aku bilang sulit untuk mencari pekerja yang jujur dengan gaji kecil bukan hal mudah. Sudah belasan tahun Erwin bekerja padaku, dia lembur tanpa mengeluh. Ditambah ide-ide baru selalu dari Erwin!" Haikal duduk di tepi tempat tidur.

"Berangkat kemana? Ke luar kota? Tinggal hancurkan saja usahanya. Pasti kembali, kamu jangan pusing-pusing." Tanya Saskia, mulai menggunakan skincarenya.

"Luar kota pala bapak kau! Dia pergi ke luar negeri. Tetangganya bilang ke Australia. Yang tinggal di rumah cuma anak perempuan dan istrinya." Haikal menghela napas berkali-kali.

"Masih ada barang orang yang mencari pekerjaan. Apalagi lulusan S1 sekarang menjamur. Apa ya istilahnya, gen Z? Mereka pasti juga lebih rajin dan mau---"

Plak!

Kalimat Saskia terhenti, kala Haikal menamparnya."Kenapa kamu menamparku!?"

"Coba kamu yang kerja dengan gen...gen Z, apa itu istilahnya. Gaji harus tepat waktu, harus tinggi dan sesuai, uang lembur, belum lagi minta cuti tahunan, pulang harus tepat waktu." Komat-kamit Haikal mengomel.

"Sepupuku yang kamu pecat. Pekerjakan saja dia kembali." Saskia menganggap semuanya enteng. Hanya jabatan kepala gudang. Bukan marketing atau keuangan.

"Karena dia korupsi mengganti stok bahan baku di gudang, aku rugi 500 juta!" Bentak Haikal.

"Dia cuma korupsi 15 juta, mana ada 500 juta. Kamu saja yang membesar-besarkan masalah." Cibir Saskia menatap kesal.

"Iya 15 juta. Tapi karena itu bahan baku yang diolah cepat membusuk. Ditambah berubah standarnya, kamu tau nilai pinaltinya? 350 juta! Belum lagi aku harus menarik produk dan mengganti yang baru." Haikal menghela napas membuat sang istri terdiam sejenak.

"Memang jabatan Erwin sebegitu pentingnya?" Tanya Saskia tertunduk. Ini semua juga karena provokasi Erlina.

"Erwin sudah bekerja dari perusahaan ini mulai berdiri. Aku memang sengaja meletakkannya di gudang. Agar dapat menekan gajinya yang hanya lulusan SMU. Selain itu, memberikannya banyak pekerjaan rangkap. Terkadang marketing dan keuangan, jika ada yang sulit diselesaikan, aku akan meminta bantuannya. Tapi sekarang....coba saja aku tidak percaya dengan kata-kata kalian, kalau ada banyak lulusan baru yang lebih baik dari Erwin." Haikal menjambak rambutnya frustasi.

Hingga, seseorang berdiri di ambang pintu. Erlina tersenyum pada ayahnya."Aku punya solusi untuk masalah ayah."

Senyuman menyungging di wajahnya. Sebelum waktu terulang 4 tahun lagi, perusahaan ayahnya akan mengalami kebangkrutan.

Karena itu.

"Bagaimana jika Andika membantu ayah di perusahaan? Dia dapat membantu ayah sembari kuliah. Pintar, dan jujur...ayah tau bukan kelebihan Andika?" Tanya Erlina penuh senyuman.

Sebelum waktu terulang Andika harus hidup dalam menderita bersama Fishya, membangun karier dari nol. Tapi sekarang, Andika adalah kekasihnya, pria dengan gaji tertinggi, incaran banyak perusahaan besar, memiliki aset triliunan rupiah. Itulah sebelum waktu terulang Andika.

Erlina yakin, Andika akan membawakan kejayaan pada perusahaan ayahnya. Tidak mengetahui, seekor ular yang akan perlahan melilit keluarganya.

"Kamu yakin Andika dapat dipercaya?" Tanya Haikal, heran pada putrinya.

"Tentu saja, dia bahkan rela dihukum menggonggong seperti anj*ng berkeliling sekolah, hanya demi menggantikanku yang kalah taruhan. Andika cinta mati padaku..." Gumamnya penuh keyakinan akan merubah takdir.

Keluarganya tidak akan jatuh, dirinya memilih suami yang tepat. Kehidupan bahagia Fishya sebelum waktu terulang akan menjadi miliknya.

"Erlina...ayah sudah menyelidiki keluarga Virgo tidak bangkrut sama sekali. Itu cuma kabar palsu, jika saat ini mendekati Virgo---" Kalimat Haikal disela.

"Ayah! Ayah harus percaya padaku." Erlina menggenggam jemari tangan ayahnya.

"Erlina, kata-kata ayahmu ada benarnya. Virgo pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan Andika. Pesta pertunangan saja, kita yang keluar modal." Gumam Saskia menghela napas kasar, meletakkan skincarenya kasar. Tidak begitu menyukai sosok Virgo.

"Ayah dan ibu harus percaya padaku." Pada akhirnya Erlina menghela napas. Tidak memiliki cara lagi agar orang tuanya percaya sepenuhnya."Sebenarnya aku... mengulangi waktu."

Sang ibu mengernyitkan keningnya."Kamu tidak waras?"

"Aku waras! Kalau kalian tidak percaya, tepat hari ini akan ada berita kematian salah satu anggota DPR, akibat serangan jantung."