Laki laki itu begitu menyebalkan, CEO yang sombong dan selalu galak padamu yang seorang asisten pengantin saja.
"Awas saja ya, lihat aku akan membuatmu jatuh cinta dan aku akan menyiksamu setiap hari"
Jdor, tiba-tiba suara guntur terdengar, ini tak ada tanda-tanda hujan, tapi kenapa ada suara guntur sungguh menakutkan, segera aku masuk kedalam mobil taksi. Aku mulai merinding padahal kan hanya main-main saja mengatakan itu.
Aku juga tak mau kalau sampai benar-benar menjadi istrinya bisa-bisa aku mati berdiri kalau ada disampingnya sampai tua. Menyeramkan sekali sungguh.
Apakah semua kata-kata itu bisa di cabut ?
Disini aku pake sudut pandang pemeran perempuan ya. Semoga kalian suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak perlu ada cinta
Sret, kalung itu diambil membuat Karina langsung mendur dan menatap siapa yang datang dan ternyata itu Farhan yang datang. Membuatnya takut saja. Karina mulai merasa tenang, tapi tak sepenuhnya tenang. Karena hidupnya masih dalam bahaya.
"Ayo sekarang kita harus cepat pergi tak bisa berlama-lama disini" ajak Farhan dan menarik tangan Karina tentu saja dengan kalung yang sudah disimpan dengan aman oleh Farhan.
"Aku ingin pulang dan mengakhiri segalanya, aku tidak mau terjebak seperti ini"
"Ya aku tahu, nanti kita akan pulang. Aku janji akan membawamu pulang dengan selamat, tenang saja tak usah takut"
Karina sekarang mengomel dalam hatinya 'enak saja tenang, dari tadi sudah dibuat takut dan keselamatannya ada di ujung tanduk, mau bagaimana tenang ada disisinya sedangkan dia adalah ancaman dan musibah untuknya' Karina begitu tak tahu hidupnya begitu menjadi kacau sekarang.
Mereka menyusuri sungai tanpa alas kaki sedikitpun, Karina yang mulai kelelahan melepaskan genggaman tangan mereka.
"Kenapa" tanya Farhan sangat tidak peka sekali.
Karina mendelik kan matanya "Aku lelah"
"Naik ke punggungku"
"Hah apa"
"Telingamu tak tuli kan Karina karena ditinggalkan sendirian di goa"
Dengan kesal Karina segera meloncat ke punggung Farhan, membuat Farhan yang tak siap sepenuhnya menjadi oleng.
"Bisa bukan pelan-pelan"
"Maafkan aku, bukannya kamu yang minta aku untuk naik ke punggungmu"
"Alasan"
Karina hanya bisa tersenyum kecil melihat Farhan yang kesal padannya, suruh siapa begitu menyebalkan dan membuatnya kesal.
"Kita mau kemana" tanya Karina yang mulai mengantuk dan ingin segera istirahat.
"Nanti juga akan tahu, tidurlah"
"Hemm, baiklah"
Karena matanya sudah tak kuat akhirnya Karina tertidur juga, biarkan saja Farhan kelelahan menggendongnya, Karina hanya ingin istirahat sekarang mengantuk sekali.
Siapa suruh Farhan membawa-bawa dirinya dalam urusannya ini.
...----------------...
Saat sinar matahari menyorot wajahku dengan perlahan kubuka kedua bola mataku, silau sekali. Aku sekarang ada dimana, kenapa tiba-tiba sudah berbaring ditempat tidur yang empuk.
Dengan panik aku segera bangun dan melihat ke kiri dan ke kanan Farhan tak ada, dia tak ada di sampingku kenapa jadi berharap sih. Seharusnya senang dong.
Namun ada yang aneh sekarang, sejak kapan aku menganti pakaian, siapa yang telah menggantinya dengan cepat aku bangkit dan membuka pintu, mencari seseorang yang pasti sudah menjadi tersangka.
"Pagi-pagi itu cuci muka, gosok gigi, sisir rambut bukan keluar kayak singa"
Saat aku membalikan tubuhku, ada Farhan yang sedang fokus memotong-motong sayur-sayuran bahkan dia tidak menatapku sama sekali.
"Siapa yang telah mengganti pakaianku" aku langsung saja to the point tak mau ada basa-basi terlebih dahulu.
"Menurutmu siapa lagi yang ada di sini. Memangnya kuntilanak yang akan mengganti pakaianmu, tentu saja aku" sewot Farhan dengan tatapan tajamnya.
Aku yang tidak terima langsung mendekatinya berkaca pinggang dan melempar sayuran yang belum dipotong "Kita ini belum muhrim, kenapa tiba-tiba mengganti pakaianku apa saja yang sudah kamu lihat, kamu juga sudah berani mencium ku, memelukku seharusnya tidak seperti itu, kita bukan suami istri" teriakku mengungkit segalanya sekarang aku tak akan diam saja saat Farhan akan icip-icip padaku.
"Setelah semua masalah selesai, aku akan menikahi kamu tenang saja aku akan bertanggung jawab dan tak akan diam saja"
"Tidak tidak aku tidak mau, sekarang kamu harus tanggung jawab apa saja yang sudah kamu lihat dariku"
"Semuanya sudah aku ketahui, terus kalau tidak mau dinikahi kamu bagaimana, apa mau kumpul kebo tanpa status yang jelas"
"Ih dasar laki-laki menyebalkan" dengan membabi buta aku lempari semua sayuran yang ada di sana, bahkan daging yang tidak salah apapun aku lempar pada Farhan. Aku begitu kesal padanya dia dengan mudah mengatakan semua itu dengan raut wajah yang begitu jutek. Apakah aku siap menikah dengan laki-laki seperti itu, aku akan cepat tua kalau menikah dengan laki-laki dingin dan menyebalkan ini.
Sret, tanganku digenggam keduanya oleh Farhan, tubuhku terus mundur karena didorong olehnya, sampai tubuhku itu menabrak sebuah pintu kaca yang tembus ke arah pantai. Aku begitu takut sekarang apa yang akan Farhan lakukan, jangan sampai aku dihabisi olehnya bukannya dia seorang pembunuh kan, harusnya aku ingat itu kenapa aku seberani ini sekarang.
Wajahnya terus mendekatiku sampai hanya tersisa satu jari saja "Sudah mengamuknya, lebih baik sekarang duduk dan tunggu aku menyiapkan sarapan untuk kita, tidak usah mengamuk seperti itu sudah aku katakan akan aku nikahi dirimu nanti. Tidak usah takut aku tidak akan lari dari masalah ataupun dari janjiku"
"Tapi kamu tidak mencintaiku, untuk apa kita menikah jika kamu saja tidak mencintaiku. Apakah ada kata cinta atau kata sayang darimu padaku tidak ada bukan, aku tidak akan bisa menikah dengan laki-laki yang tak mencintai aku" jawabku dengan jujur tak mau ada yang ditutupi.
"Semua itu tidak penting, cinta kasih sayang itu tidak penting dalam pernikahan, hanya perlu 2 orang yang saling melengkapi itu sudah cukup. Kita menikah hanya untuk menikmati hari-hari berdua dan mempunyai anak sudah itu tidak usah ada kata cinta dalam pernikahan sungguh tidak penting sekali"
"Sejak kapan orang menikah tanpa cinta" protes ku tak terima dengan pernyataan itu.
"Sejak sekarang dan itu adalah prinsip hidupku, kamu akan hidup dengan nyaman tercukupi dan tak akan pernah kekurangan Karina, kamu hanya perlu menikmati hidupmu"
Perlahan pegangan tangan Farhan mengendur dan terlepas dia kembali memasak aku sendiri hanya diam termenung. Apakah benar menikah tidak perlu cinta, tidak perlu kasih sayang apakah semuanya akan berjalan dengan baik.
"Kenapa masih berdiri disitu duduklah, sebentar lagi akan siap"
Aku yang dari tadi melamun segera tersadar dan melangkah kearah meja makan duduk diam disana sampai Farhan selesai dan duduk di sampingku, Farhan memutar kursiku sampai kami berhadapan.
Dengan lembur Farhan meniup makanan yang baru saja jadi tadi dan menyuapiku, awalnya aku diam tak membuka mulutku masih binggung saja, namun saat melihat tatapan Farhan aku langsung membuka mulut dan menerima setiap suapan yang diberikan Farhan.
Enak juga masakannya, aku tak pernah berfikir kalau dia bisa memasak dan mau membuatkannya untukku.
"Kamu tidak makan" tanyaku saat selesai minum dan memberikan kembali gelas nya pada Farhan.
"Tidak, melihatmu makan sudah membuatku kenyang, makan mu banyak aku harus menyetok banyak makanan nanti" jawabnya dengan ketus lagi, melengos pergi membawa piring kotor dan mencucinya juga.
Rasannya ingin menikamnya dari belakang tapi dia sudah baik padaku, sungguh aku orangnya tak tegaan.